Banjirembun.com - Harus diakui bahwa harga makanan yang murah dan rasanya enak merupakan karakter bisnis kuliner yang paling banyak dicari oleh konsumen panganan. Baik itu jenis santapan rutin harian (makanan pokok) hingga makanan "hiburan" sebagai selingan, semuanya ditentukan oleh dua faktor utama tersebut.
Bahkan, ketika usaha kuliner itu berada di lokasi ekstrim dan tersembunyi sekalipun, para pelanggan tetap rela menempuh blusukan. Hal tersebut demi menikmati santapan terjangkau kantong yang rasanya disukai oleh lidah mereka. Justru, tempat terpencil bagi sebagian konsumen sangat bikin nyaman dan "aman".
Baca juga Inilah 3 Ciri-ciri Dagangan Kuliner yang Direkomendasikan
Pembeli lebih suka tempat yang sulit terjangkau oleh mata publik, lantaran barangkali malu saat diketahui sedang beli makanan berharga murah. Bagi mereka, gengsi bakal dinomorsatukan daripada asupan nutrisi dan rasa kenyang perut. Berhubung ingin hemat, akhirnya pilih warung murah meriah.
Bukan sekadar bandrol murah dan enak. Guna menjamin konsumen tetap bertahan sehingga omset tidak turun drastis, masih diperlukan aspek lainnya. Di antaranya meliputi lokasi harus menetap (tidak pindah-pindah), penjual atau yang melayani dalam "meracik" makanan tak boleh gonta-ganti, dan sebagainya.
Seperti halnya kasus nyata pedagang nasi pecel yang mengalami penurunan keuntungan gara-gara ada perubahan tiba-tiba secara mendadak. Padahal racikan bahan sama serta harga masih bertahan tak naik, tetapi pelanggan semakin sedikit jumlahnya yang mau berdatangan. Kecuali, yang sudah terlanjur fanatik serta malas cari lokasi lain.
Berikut ini dua fenomena pedagang nasi pecel yang omsetnya kecil gara-gara seperti ini:
1. Penjual Nasi Pecel yang Ganti Penjajanya
Terdapat peristiwa heroik, seorang kakak meminta adiknya untuk menggantikan dia berjualan pecel. Sebenarnya popularitas nasi pecel itu sudah diakui banyak pembeli. Berhubung bisnis kuliner sang kakak juga banyak, ditambah guna ingin membantu adiknya, dia memutuskan memberikan sepenuhnya stand rombong pecel beserta lokasi jualannya itu pada adiknya.
Video unboxing nasi pecel harga 5 ribu
Nah karena pelepasan atau perpindahan posisi penjual pecel itu secara tiba-tiba, berakibat pelanggan kaget. Semestinya sebelum diserahkan penuh pada si adik, sang kakak menemani adiknya berjualan selama berhari-hari. Tujuannya supaya konsumen tahu bahwa penjual sebelumnya sedang "baik-baik saja".
Nyatanya, meski semuanya sama (gerobak, letak, harga, menu, porsi, sampai rasanya) tetap berpengaruh pada gairah pembeli untuk mendatangi. Tidak hanya disebabkan si adik dalam melayani kurang gesit sehingga pelanggan merasa harus menunggu lama. Lebih dari itu, kharisma si adik tak memancar layaknya sang kakak.
Bagi sebagian pelanggan, sosok siapa yang menjual juga dipandang penting. Sebab, mereka berhasrat membeli panganan bukan melulu untuk memenuhi kebutuhan perut sendiri. Melainkan pula, terkadang berniat membantu penjualnya. Sekaligus hendak "bercengkrama" sambil melihat senyuman si penjual.
Baik dibungkus atau pun dimakan di tempat, pelayanan penjual yang ramah sangat penting menurut beberapa pembeli. Malah, bisa jadi selera melahap dan menikmati wisata kuliner tersebut penentunya yaitu pada akhlak pedagang. Alasannya, seni dalam berkuliner bukan cuma tentang perut kenyang dan kelezatan. Akan tetapi juga kepuasan batin.
2. Pedagang Nasi Pecel yang Pindah Lokasi
Dalam kasus yang tak biasa dan tampak unik adalah ditemukan penjual pecel yang bangkrut gara-gara lokasinya berpindah-pindah. Lokasi pertama sangat strategis di pinggir jalan lebar, ramai, dan agak di pojokan. Walau terletak berdekatan dengan sudut jalan sehingga terekspos jelas, nyatanya untuk parkir tetap mudah.
Pengusaha kuliner di bidang nasi pecel tersebut memiliki keunggulan higienis (steril) dalam meracik menu, kiosnya bersih, beraneka ragam lauk dari yang kelas "teri" hingga "kakap", penataan kursi serta meja yang pas, dan dilayani secara cepat karena memiliki banyak pegawai muda-mudi yang masih segar.
Para pengunjung warung pecel itu sangat banyak yang memakai mobil, sepeda motor gede, sepeda pancal mahal, atau yang semacamnya. Bukan cuma kalangan pribumi. Para warga keturunan ikut serta yang berduyun-duyun berdatangan ke sana. Hal itu wajar karena sekitar lokasi dagangan pecel itu merupakan kawasan perumahan kelas menengah atas.
Nahasnya, sebagian oknum dinas pemerintahan daerah mencium aroma "duit basah" di bisnis kuliner itu. Dengan berbagai dalih, salah satunya terkait alasan parkir, oknum itu melakukan pungutan liar. Belum lagi, pemilik kios (perlu diketahui penjual pecel itu status tempatnya menyewa) ikut-ikutan menaikkan harga sewa setelah melihat bisnis penyewanya laris manis.
Diperparah dengan terjadinya pandemi membuat pebisnis makanan jadi terpukul. Alhasil, dia memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kios. Kemudian pindah lokasi yang posisinya sebenarnya tidak jauh dari yang awal. Namun, untuk menujunya harus memasuki gang dulu. Tentu bagi pengguna mobil agak merasa kesusahan.
Padahal, di lokasi baru tersebut kiosnya jauh lebih bagus dan terkesan mewah. Parkirnya juga tersedia lebar, khusus untuk pengunjung. Teramat berbeda dengan lokasi sebelumnya yang harus memakan bahu jalan. Menu dan pelayannya juga sama. Hanya gara-gara pindah lokasi, antuisasme pelanggan jadi surut.
Baca juga Mengenal Pecel Punten Makanan Khas Daerah di Jawa Timur
Adapun bagi pelanggan pecel yang ingin eksis dilihat pengguna jalan raya tentu tidak akan mendapatkan sensasi "bangga" lagi. Penyebabnya di lokasi baru itu walau gangnya enggak kecil-kecil amat, nyatanya sepi dari lintasan pengendara. Diperparah bahwa gang tersebut terlalu jauh ketika ditempuh dengan jalan kaki bagi konsumen lama.
Dari sini dapat dimaknai bahwa bukan sekedar aura atau pancaran energi positif dari penjual yang diperlukan untuk "menarik" para pembeli. Kadang, lokasi beserta penataan tempat di dalamnya sangat berpengaruh mendatangkan minat pengunjung. Sebab, bagi mereka harga mahal tak masalah. Terpenting lokasi maupun pelayanannya istimewa.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Dua Pedagang Nasi Pecel Omset Turun Drastis Gara-gara Hal Berikut"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*