Banjirembun.com - Sikap pura-pura kerap dipahami sebagai hal yang tabu dan dipandang negatif. Salah satu alasannya yaitu menandakan tentang sesuatu palsu, berbohong, atau memanipulasi. Padahal, berpura-pura bahagia itu amat baik lantaran bermanfaat bagi kesehatan mental.
Dalam kondisi tertentu, pura-pura gembira nyatanya tak sia-sia. Enggak bakal melelahkan pikiran maupun kejiwaan. Sebagian ahli membuktikan bahwa perilaku tersebut membantu seseorang akan benar-benar menjadi bahagia. Awalnya mungkin pura-pura, akhirnya bahagia yang sejati terwujud juga.
Misalnya pura-pura tersenyum pada orang-orang di sekitar, nyatanya sangat mempengaruhi suasana hati. Baik itu bagi pelakunya maupun orang yang melihat senyuman "palsu" tersebut. Akhirnya, terjadilah komunikasi timbal balik intim secara non verbal oleh satu sama lain.
Lebih dari itu, senyuman yang tersungging di bibir secara reflek mengaktifkan proses biologis di dalam tubuh. Yakni, terkait dengan hormon kebahagiaan. Nah, efek tersebut makin lebih manjur lagi tatkala kepuraan-puraan itu terus dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu.
Pasalnya tertawa serta tersenyum yang dibuat-buat sekalipun, berakibat membuat otot yang bergerak di wajah dapat memicu otak untuk menghasilkan hormon bahagia. Intinya, senyuman merekah walau pura-pura dapat menimbulkan perasaan senang.
Ilustrasi sedang pura-pura tersenyum
Bisa dibilang, perubahan sistem hormon dalam tubuh tidak hanya mengakibatkan respon emosi manusia. Sebaliknya, tindakan pura-pura yang terkumpul dalam jangka panjang dapat melatih sistem hormon untuk sering menghasilkan emosi kebahagiaan.
Pura-pura tersenyum maupun senyum natural tanpa disadari membuat individu merasa lebih terhibur. Di mana, guratan alias "tulisan" jejak senyuman di wajah dapat merangsang perasaan manusia untuk tetap bahagia. Meski, faktanya suasana sekitar seharusnya bikin kecewa.
Ekspresi senyum yang dipaksakan sekalipun yang sering dilakukan dapat menancap bertahan lama di muka. Bahkan, jika senyuman itu hasil meniru dari artis atau idola maka masih tetap berpengaruh positif bagi kesehatan mental. Hasilnya rasa cemas, marah, lelah, hingga bingung jadi mereda.
Perasaan bahagia tampak meningkat pada pelaku yang konsisten mengintervensi diri sendiri untuk selalu tersenyum saat bertemu orang lain. Perilaku seperti bunglon yang mampu ikut-ikutan tersenyum di tengah kesedihan pribadi dampaknya sangat baik pula bagi diri sendiri serta komunitas.
Bukankah umumnya orang lain bakal lebih menyukai berjumpa dengan orang berwajah bahagia daripada murung? Bagaimanapun, kadar hawa bahagia "kuat" yang disemburkan oleh satu individu boleh jadi menular pada lainnya. Di sinilah, kebahagiaan komunal dapat tercipta.
Hasil temuan selanjutnya adalah cukup dengan tersenyum sudah sanggup memberikan kebahagian yang lebih besar ketimbang rasa bahagia yang didapat dari gerakan otot seperti olahraga. Sebagaimana diketahui, dengan berjalan kaki saja membuat otak menghasilkan hormon bahagia.
Malahan, yang lebih menakjubkan ialah tanpa adanya rangsangan emosi bahagia dari luar (contohnya ada kabar gembira, kenikmatan makan, dan lain-lain) kebahagiaan tetap bisa muncul dengan mudah. Itulah manfaat berpura-pura tersenyum dan tertawa bagi kesehatan jiwa.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Berpura-pura Bahagia itu Baik, Ternyata Ada Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*