Banjirembun.com - Banyak alasan mahasiswa memilih program studi (prodi) tertentu sebagai fokus utama untuk dijadikan tempat belajar, latihan, dan mengembangkan keilmuan tertentu. Sebelum memilih prodi, tentunya mahasiswa memilih kampus dulu. Di mana, ada berbagai alasan pula mengapa perguruan tersebut dijadikan tempat pendidikan diri.
Bahkan, dalam lingkup lebih awal lagi. Terlalu beraneka ragam ditemukan alasan kenapa mahasiswa memutuskan untuk berkuliah saja ketimbang kerja, kursus, atau memulai bisnis sendiri. Begitu pula, apa alasan mahasiswa mau mengorbankan dirinya demi berkuliah. Dengan cara buang-buang waktu, uang, dan pikiran untuk perkuliahan.
Nah, dalam cakupan penyebab mahasiswa pilih prodi tertentu umumnya disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal misalnya intervensi orang tua, saran tokoh tertentu, jarak domisili dengan kampus, aktivitas rutin harian yang disesuaikan dengan jadwal kuliah, hingga biaya (ada bantuan beasiswa).
Sedangkan faktor internal meliputi hatinya terpengaruh untuk ikut-ikutan pilih prodi tertentu yang dianggap populer, fanatisme dengan tema ajaran yang menjadi bahan kajian di prodi, maupun disesuaikan dengan bakat serta impian. Hipotesisnya ialah pilihan prodi yang berasal dari faktor internal, jauh berpotensi lebih bikin menyesal daripada faktor eksternal.
Fokus pembahasan terkait potensi besar terjadinya penyesalan pada mahasiswa sesudah lulus kuliah yaitu di bidang profesi, posisi atau jenjang karir pekerjaan, dan nilai penghasilannya (gaji). Artinya, tolok ukurnya pada segi materi duniawi. Bukan persoalan menyesal atau enggak ada sesal di bidang kejiwaan atau kepuasan batin.
Memang harus diakui, sejauh ini lulusan sarjana masih sangat menjanjikan lulusannya sanggup segera bisa mendapat pekerjaan. Dibanding lulusan SMA, malah faktanya mayoritas pengangguran didominasi lulusan SMK, lulusan perguruan tinggi tetap punya kontribusi besar bagi peluang memperoleh lapangan kerja.
Sayangnya, meski mendapatkan pekerjaan cukup mudah dibanding lulusan di bawahnya ternyata kebanyakan lulusan sarjana menyesal telah mengambil program studi untuk digeluti. Lebih parah lagi, penyesalan tersebut muncul bukan di tengah-tengah masa pembelajaran formal tetapi saat lulus utamanya telah mendapatkan pekerjaan.
Pada awalnya sebagian mahasiswa tertarik dan punya minat untuk menekuni prodi tertentu. Nahasnya tatkala kelulusan telah terlampaui, mereka dihadapkan pada kenyataan kehidupan yang jauh lebih "sadis" dari dunia kampus. Maksudnya, kebutuhan hidup telah melunturkan idealisme mereka.
Kewajiban membayar tagihan listrik, pulsa, dan lain-lain telah membuat lulusan S1 kelabakan. Gaji yang dikantongi begitu minim untuk memenuhi tanggung jawab hidup layak. Maknanya yaitu nominal angka bayaran dari profesi yang dipilih sesuai prodi menjadi prioritas utama bagi seseorang sesudah lulus tiba.
Berikut ini urutan delapan program studi yang paling berpotensi menimbulkan penyesalan mahasiswa setelah lulus:
1. Jurnalisme
Sekarang ini media massa cetak maupun online telah menjamur. Pekerja jurnalistik generasi lama semakin matang dalam menyajikan berita karena sejumlah pengalaman yang terus bertambah. Para blogger (situs atau website pribadi) juga makin bertaburan. Belum lagi lulusan bidang jurnalisme tak sedikit pula jumlahnya. Persaingan sengit itu menjadi pukulan telak bagi lulusan prodi jurnalisme.
2. Sosiologi
Jurusan sosiologi barangkali tidak membludak mahasiswanya. Akan tetapi setelah lulus di bidang tersebut, mahasiswa berisiko susah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang kajian di prodi. Kalau pun ada gaji, tetapi posisinya enggak sesuai harapan (jadi bawahan sulit naik jabatan).
3. Seni
Seni lebih pantas disebut ilmu praktik. Membicarakan seni berarti membicarakan jiwa. Alhasil, bergelimang teori tentang seni terkadang justru bikin individu kehilangan naluri berseni secara alami. Terbukti, banyak seniman terlahir tanpa perlu kuliah di bidang persenian. Lagi pula, lulusan seni juga bernasib "terbuang" kalau tak benar-benar berbakat.
4. Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan prodi yang terlalu umum. Dia adalah induk dari ilmu-ilmu lain seperti jurnalistik, public relation (hubungan masyarakat), periklanan, komunikasi pemasaran, penyiaran, atau yang semacamnya. Oleh sebab itu, untuk masuk di bidang pekerjaan yang spesifik butuh up grade keilmuan.
5. Pendidikan
Lulusan program studi pendidikan sampai kapan pun akan terus dibutuhkan. Kendati seperti itu, pada prodi pendidikan tertentu nyatanya jumlah mahasiswa melampaui kebutuhan pendidik yang diperlukan daerah. Akhirnya, terjadi persaingan ketat antar sesama calon pendidik.
Video mahasiswa prodi pendidikan sedang pra-PPL (micro teaching)
6. Pendampingan Medis
Perawat, laborat, apoteker, atau semacamnya memang dibutuhkan oleh masyarakat. Selama masih ada populasi manusia selama itu pula tenaga kesehatan terus diperlukan. Hal yang bikin menyesal adalah gaji yang diperoleh tenaga pendampingan medis tak sebanding dengan bayaran.
7. Ilmu Politik dan Pemerintahan
Idealnya lulusan ilmu politik dan pemerintahan menjadi staf ahli bagi pejabat negara. Baik itu tingkat pusat hingga daerah. Kenyataannya, untuk menjadi staf ahli bukan kulaifikasi yang menjadi penentu utama. Melainkan koneksi dan politik balas jasa yang menjadi pertimbangan.
8. Biologi
Ilmu biologi murni berpotensi memiliki prospek kerja yang sempit. Lingkupnya hanya terkait bidang laboratorium biologi, peneliti makhluk hidup, dan analis tentang makhluk hidup.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "8 Program Studi yang Paling Berpotensi Bikin Mahasiswa Menyesal Setelah Lulus"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*