Banjirembun.com - Di daerah perkotaan maupun di pinggirannya sekalipun sangat sulit mencari kontraktor rumah dan tukang bangunan yang jujur. Apalagi diketahui orang yang sedang melengkapi, memperbaiki, merenovasi, atau membangun rumah itu merupakan perantau alias pendatang.
Maksud penipuan di sini ialah ketidakjujuran. Artinya, sedari awal para kontraktor dan tukang sudah punya niat untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya dari pemilik rumah. Mereka ingin memperoleh duit yang bukan hasil jerih payah sendiri. Sebab, apa yang didapat tak sesuai yang dikerjakan.
Berikut ini penipuan yang dilakukan tukang bangunan dan kontraktor:
1. Penggelembungan Harga
Mark up alias penggelembungan kerap dilakukan dalam sistem pengerjaan borongan. Terkadang, model pembayaran harian pun para kontraktor dan tukang tetap bisa mendapat ceperan dari mark up harga. Misalnya, saat membeli bahan-bahan bangunan harga-harga digelembungkan.
Mungkin saja hasil pekerjaan mereka bagus, diselesaikan dengan cepat, tidak "rewel" di tengah pengerjaan, hingga bentuk-bentuk kelebihan lain. Namun, nyatanya ongkos yang dipatok sangat mahal. Laba alias penggelembungan harganya minimal 25% dari biaya yang seharusnya dikeluarkan.
2. Pengerjaan Tidak Tuntas
Saat memperbaiki AC, sistem perairan rumah, kelistrikan, atau bentuk perbaikan lainnya biasanya tukang bangunan akan memperbaiki setengah-setengah (minimal 80%). Tujuannya, ketika mengalami kerusakan mereka bakal dipanggil kembali. Tentu pemilik rumah harus keluar uang.
Solusinya, bersikap tegas di awal. Yakni, terapkan perjanjian atau kesepakatan secara gamblang sebelum proyek dilakukan. Kemudian, tatkala proses pengerjaan lakukanlah pengawasan. Kalau ada hal-hal di luar akad langsung saja ditegur. Jangan lupa, pastikan terdapat garansi minimal 1 bulan setelah semua tuntas.
3. Tidak Memberi Arahan pada Pemilik Rumah
Kontraktor dan tukang bangunan yang baik akan menjawab dengan jujur di kala pemilik rumah bertanya tentang hal-hal terkait proyek di kediamannya itu. Nahasnya, bukan malah mengarahkan justru mereka menutup-nutupi. Lebih parah, menakut-nakuti orang yang telah membayarnya tersebut.
Bikin miris, mereka mencari-cari "lahan basah" terkait renovasi lain yang dianggap perlu dilakukan pemilik rumah. Nyatanya, semua itu masih bisa disiasati tanpa perlu keluar biaya tambahan. Hal tersebut, bukan lagi mencari kesempatan dalam kesempitan. Akan tetapi lebih pantasnya disebut bentuk penipuan.
4. Mengesankan Pengerjaan Sulit
Kontraktor dan tukang bangunan yang berpengalaman serta handal semestinya sudah terbiasa mengerjakan masalah pertukangan. Apalagi ketika apa yang dikerjakan itu spesialisasi atau spesifikasinya sesuai dengan keahlian. Contoh, dia sangat ahli masalah perpipaan (pompa air).
|
Ilustrasi pengerjaan pasang pompa air (sumber gambar koleksi pribadi) |
Sayangnya, mereka ingin mengesankan diri seolah apa yang dikerjakan sulit. Butuh tenaga, pikiran, waktu, dan hal-hal lain. Taktik itu dilakukan untuk mengelabui pemilik rumah bahwa uang yang dikeluarkan telah sesuai dengan apa yang didapat. Faktanya, itu bentuk penipuan para pekerja lapangan.
5. Bawa Kabur Uang
Sebaiknya jangan bayar uang muka apapun pada kontraktor maupun tukang bangunan yang tak resmi tanpa berbadan hukum. Meski ada tanda tangan hitam di atas putih, risiko terjadi penggelapan dana masih ada. Intinya, hindari mudah percaya menyerahkan uang nominal besar pada mereka.
Baca juga 5 Pihak yang Kerap Jadi Sasaran Empuk Penipu Spesialis Aset Properti
Jangan melunasi pembayaran sebelum pengerjaan benar-benar 100% selesai. Malah, bila terdapat kesepakatan garansi maka adakan kesepakatan pelunasan dilakukan setelah masa garansi habis. Perlu diketahui saja, dunia pertukangan dan kontraktor tak semuanya bersih. Sudah banyak korban penipuan dari mereka.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Bentuk Penipuan yang Sering Dilakukan Kontraktor Rumah dan Tukang Bangunan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*