Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

3 Hal yang Terjadi Ketika Muslim di Fase Terendah Hidupnya Ditemui Malaikat Jibril yang Menjelma Manusia

Banjirembun.com - Sebagaimana telah banyak diketahui oleh umat Islam, bahwa Malaikat Jibril pada zaman Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pernah menjelma menjadi manusia berparas sangat tampan dan berbaju bersih nan rapi.


Di mana, saking wujud malaikat yang menjumpai Rasul persis seperti manusia, membuat para sahabat Nabi Muhammad mengira bahwa Malaikat Jibril hanyalah manusia biasa. Mereka baru bisa menyadarinya setelah beliau memberitahu.


Dari kenyataan di atas terdapat sebuah pertanyaan, apakah Malaikat Jibril masih menjelma menjadi manusia sesudah sepeninggalan wafatnya Rasulullah? Jawabannya iya tetap. Malaikat akan senantiasa melakukan misi penyamaran di kehidupan dunia hingga kiamat.


Baca juga Apa Malaikat dapat Menjelma Jadi Manusia Meski Rasulullah SAW Telah Wafat?


Nah, pertanyaan selanjutnya ialah apa yang terjadi ketika seorang umat Islam yang sedang berada di fase terendah dalam hidupnya ditemui Malaikat Jibril yang menyamar jadi manusia? Berikut ini 3 kemungkinan potensi yang timbul:


1. Bertambah Kuatnya Iman

Di jaman edan alias zaman gila yang dipenuhi teknologi modern ini, salah satunya berupa digitalisasi, seolah terasa makin sulit untuk memiliki iman yang kuat. Iman yang "lurus", istiqomah, atau stabil hanya dimiliki oleh segelintir manusia di bumi.


Barangkali ada umat Islam di pagi hari hatinya punya iman, seakan-akan tak tergoyah oleh godaan. Namun, kenyataannya saat di sore dan malam hari iman tersebut telah berkurang drastis. Kalaupun fisik tampak seperti sosok Muslim taat, tapi hatinya "rapuh".


Siapapun boleh saja mengaku beragama Islam. Sayangnya, hati dan jiwanya tak memegang teguh terhadap 6 rukun iman. Kalaupun beriman nyatanya hanya pada Allah, kitab-kitab-Nya, dan Rasulullah. Sedangkan pada malaikat, hari kiamat, serta qada dan qadar takaran keimanannya sangat kecil.


Tentulah bagi siapapun yang mengalami berkurangnya kadar tingkat iman, salah satunya berdampak pada dia merasa posisi hidup tengah berada dalam titik terendah, baru sanggup bertambah lagi iman ketika ditemui malaikat Jibril yang menjelma menjadi manusia.


Apalagi ketika Malaikat Jibril tersebut menemui Muslim di tempat yang suasananya mendukung. Intinya, waktu dan lokasi pertemuan dua makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa ta'aal itu sangat tepat. Bikin menimbulkan sensasi iman yang makin "tersambung" pada-Nya.


2. Ada Teman Bicara yang Mengerti

Umumnya, individu yang berada di fase terendah dalam hidup mengalami kehilangan teman bicara. Pemicunya, enggak sekadar ditinggalkan oleh keluarga dan sahabat. Melainkan pula lantaran dia memang sangat ogah ingin bicara pada mereka. Alasannya, dianggap tak perlu melakukan dialog.


Hati dan jiwanya sudah tak lagi percaya pada manusia. Bukan cuma tak percaya risiko tentang "mulut" mereka bakal bocor. Lebih dari itu, seseorang yang diajak bicara pun hanya bisa mendengar tapi tak mengasih solusi. Alhasil, ia menganggap "curhat" pada manusia amat percuma.

Video manusia sedang berada di fase terendah dalam hidup

Tatkala Malaikat Jibril menjumpai Muslim yang sedang butuh teman bicara yang tepat, tentulah manusia tersebut bakal merasa telah menemukan teman bicara yang mampu mengimbangi. Yakni, antara orientasi akhirat yang terpendam di dada dengan prinsip keislamannya sudah "dimengerti" malaikat.


Dalam artian Malaikat Jibril tersebut, atas hikmah Allah Subhanahu wa ta'ala sudah tahu permasalahan beserta keluh kesahnya. Lebih lanjut, tentunya pembicaraan menjadi menyambung. Pada keduanya ada keseimbangan dan kesinambungan terkait topik percakapan.


3. Merasa Diberi Anugerah

Manusia beragama Islam yang punya tauhid (iman) utuh bakal mencintai Allah Subhanahu wa ta'ala. Kalau memang betul-betul mencintai-Nya, enggak perlu bertemu langsung, cukup ditemui oleh malaikat-Nya sudah bikin orang beriman merasa mendapatkan anugerah.


Baca juga 7 Ciri Kondisi Individu yang Berada di Titik Terendah dalam Hidup


Kehadiran Malaikat Jibril di depannya yang berwujud manusia merupakan sebuah hadiah paling indah. Jangankan umat Islam masa kini yang terpandang keilmuannya, para sahabat pun tidak semuanya diberi anugerah melihat malaikat yang menjelma manusia.


Lebih dari itu, faktanya malaikat hanya menampakkan diri serta berbicara pada insan tertentu. Artinya, malaikat yang menyamar jadi manusia juga belum mutlak mau berbicara pada manusia. Entah apa alasannya, masih perlu diadakan pendalaman kajian tersendiri.


Oleh sebab itu barang siapa yang telah berbicara pada Malaikat Jibril, baik itu disadari bahwa itu malaikat maupun tidak, tetaplah sebuah anugerah luar biasa. Apalagi tatkala diketahui bahwa itu malaikat, makin besarlah kadar imannya. Makin cinta dia pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


Ibarat kata, pada waktu fase hidup di level terbawah sehingga di luar nalar batas toleransi jiwa manusia, ada "kompensasi" tersendiri. Yakni, bukan bersangkutan dengan kegemilangan dunia. Akan tetapi terkait yang jauh lebih dahsyat lagi yaitu bertemu malaikat.


"Sudah Jatuh Tertimpa Tangga" diganti dengan "Tahun kesedihan dihibur dengan kedatangan malaikat". Di mana, saking parahnya rasa sedih sudah enggak mempan lagi saat sekadar dihibur dengan perhiasan dunia yang penuh palsu, semu, dan berefek tak lama.


Maknanya, Allah Subhanahu wa ta'ala sudah tahu hamba-Nya mana yang sedang benar-benar butuh pendekatan khusus untuk menghibur hati ciptaan-Nya. 


Terkadang, bukan doa-doa hamba yang dikabulkan tetapi karena kasih-Nya sebagai "uang muka" sebelum masuk surga diganjar dulu dengan musibah-musibah.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Hal yang Terjadi Ketika Muslim di Fase Terendah Hidupnya Ditemui Malaikat Jibril yang Menjelma Manusia"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*