Banjirembun.com - Taufik adalah kemampuan dan keridhoan umat Islam untuk melakukan amal sholeh melalui cara-cara yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Di mana, taufik terjadi biasanya tanpa sebab. Begitu saja tiba-tiba hati ingin beramal saleh. Tentunya, taufiq hanya diberikan pada orang yang beriman atau sudah meyakini kebenaran agama Islam.
Arti dari amal saleh adalah segala apa saja yang ada di dalam hati atau pikiran, perkataan, dan perbuatan umat Islam yang mendatangkan pahala. Baik itu terkait yang haram, makruh, mubah, sunah, ataupun wajib. Konsekuensi dari definisi tersebut ialah segala apapun itu, entah yang menyangkut interaksi sesama manusia maupun hubungan dengan Allah SWT, dapat menjadi amal saleh ketika niatnya benar.
Adapun, hidayah adalah segala sesuatu yang dapat mengantarkan manusia untuk mendapatkan hakikat kebenaran, kebaikan, dan kemuliaan melalui perantara apa-apa yang diterima. Umumnya hidayah didapatkan lewat panca indera. Biasanya, hidayah bisa benar-benar "diterima" ketika sudah berupaya mencari sekuat tenaga, butuh banyak waktu, dan berkali-kali diulang.
Nah, setelah sampai pada titik puncak pencarian diputuskanlah "tiarap" dulu demi memperoleh ketenangan untuk merenung. Sampai masa tiba, muncul faktor pencetus untuk menerima dan mengakui atas kebenaran tentang ajaran Islam yang sebelumnya diragukan. Terkadang, ada kalanya baru "mau" menerima hidayah setelah bermimpi saat tidur.
Beberapa orang kafir pilih pindah server menjadi mualaf salah satunya disebabkan mendengarkan azan serta menonton sholat jamaah di Masjidil Haram Makkah pada acara TV. Dalam pemahaman bahwa sebelum itu mereka sudah mempelajari tentang agama Islam. Tinggal menunggu "alasan" tepat untuk memilih Islam sebagai agamanya.
Contoh sederhana untuk membedakan antara taufik dengan hidayah:
Fulan membaca selebaran tentang kegiatan majelis taklim di Masjid. Lantas, Fulan mendapatkan taufik sehingga tergerak dan memutuskan ikuti acara tersebut. Sesudah mengikuti agenda tersebut Fulan meraih hidayah berupa sejumlah ilmu agama yang mencerahkan baginya. Tinggal dia mau mengambil dan menjalankan hidayah tersebut atau tidak.
Dari sini dapat dipahami bahwa banyak ungkapan seperti "Belum dapat hidayah" sesungguhnya tidak tepat. Seharusnya dikatan "belum mendapat taufik". Sebab, Allah senantiasa melimpahkan hidayah-Nya. Tinggal segera disadari, diambil, atau dicari tidak oleh hamba-Nya. Semakin diabaikan makin berpeluang besar hidayah hilang dari hatinya.
Misalnya, seseorang telah memperoleh hidayah bahwa membaca al Quran itu pahalanya dilipatkan 10 kali di tiap-tiap hurufnya. Tatkala seseorang mau menerapkan baca al Quran lantaran ingin mendapat keutamaan pahala darinya berarti dia memperoleh taufiq. Sebaliknya, jika menolak ajaran tentang keutamaan baca al Quran berarti dia tak dapat hidayah.
Dari sini dapat dipahami bahwa hidayah bisa diusahakan untuk diberikan pada semua manusia. Tinggal mereka mau menerimanya enggak. Dengan demikian boleh disimpulkan apa-apa yang sudah dipelajari, diketahui, dan dilakukan sehingga tahu benar maupun salahnya disebut sebagai hidayah.
Hidayah levelnya hanya sekadar tahu dan paham. Kendati mau melakukan apa-apa yang telah diketahui, ternyata hatinya belum tergerak untuk punya niat lurus dan ikhlas dalam menjalankan amal saleh. Kasus seperti itu yang paling mudah ditemukan pada kaum munafik. Mereka kelihatannya sholat jamaah di Masjid tapi hatinya benci Islam.
Kegagalan mendapatkan hidayah yang menimpa kebanyakan umat Islam ialah hanya tahu ajaran syariat Islam tapi hatinya tidak mengimani bahwa ketika melakukan bakal mendapatkan pahala. Mereka menganggap memeluk Islam hanya sebagai tren ikut-ikutan untuk menghormati dan menghargai umat Islam yang serius menjalankan agamanya.
Lebih lanjut, boleh dikatakan orang yang diberi taufik pasti mendapatkan hidayah. Alasanya, ciri-ciri orang yang mendapatkan taufiq yaitu dipermudah dalam beramal shaleh karena suasana hati dan situasi yang dialami sangat mendukung untuk hal tersebut. Di mana, dalam hati terdapat keingin untuk taat dan bertambah makin baik ibadahnya. Semisal, dengan cara melaksanakan perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Perbedaan hidayah dan taufik:
1. Penerima
Hidayah diberikan kepada semua makhluk di alam semesta secara merata. Termasuk pada hewan. Semisal, lebah diberi hidayah untuk menghisap nektar bunga supaya sanggup memproduksi madu. Bedanya, hidayah pada manusia "disampaikan" melalui petunjuk dan rambu-rambu berupa ilmu. Diperoleh dengan langkah membaca, melihat, mendengar, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, taufiq hanya diberikan pada orang khusus atau spesial. Di antara satu fungsinya yaitu agar orang itu memiliki ketepatan dan kelurusan dalam menghadapi masalah di segala hal urusan. Singkatnya, tidak tersesat. Hatinya terbimbing sehingga bisa menjawab pertanyaan atau memberi solusi dari persoalan dalam diri maupun yang diajukan oleh orang lain.
2. Peran atau Kegunaan
Bagi orang beriman mendapatkan taufik sangat penting agar tak terkena penyakit hati. Misalnya lisannya menjadi lancar bezikir, kakinya ringan melangkah ke tempat mulia, tangannya mudah mengulur untuk sedekah, serta amal saleh jenis lain.
Hidayah menjadi jalan atau arah menuju taufik. Dalam artian, taufik menjadi ujung alias titik akhir dari segala bentuk hidayah yang dicari dan diperoleh. Namun, ada kalanya taufik diterima seolah-olah tanpa didahului hidayah.
3. Bentuk atau Wujud
Taufik wujudnya bisa berupa dorongan, semangat, atau hatinya tersentuh untuk melakukan kebaikan. Sedangkan, hidayah bentuknya berupa pemahaman dan pengakuan terhadap ajaran agama Islam. Saat mau menerapkan ilmu "lurus" yang didapat berarti seseorang telah mendapat taufik.
4. Cakupan atau Lingkup
Hidayah tanpa batasan waktu dan tempat. Setiap manusia butuh hidayah sampai kapanpun. Kebutuhan pada hidayah melebihi dari apapun. Termasuk makan, minum, uang, atau bentuk rezeki lainnya. Sebab, dengan hidayah dapat menuntun siapapun apalagi umat Islam untuk masuk surga.
Cakupan taufiq terbatas hanya untuk orang beriman dan yang sudah mendapatkan hidayah (ilmu dan mengakui kebenaran ajaran Islam). Sangat jarang orang yang sebelumnya tak tahu dan kenal dunia Islam tiba-tiba mendapatkan taufik tanpa didahului oleh proses pencarian hidayah kebenaran. Kecuali, terpaksa atau ada akal bulus.
5. Kewajiban Mencari
Taufiq secara nalar logika sulit diusahan untuk diraih. Seberapa keras pun usaha, seluas apapun ilmu, hingga semahir apapun lisan berkata-kata bila Allah tidak memberi taufik pada orang yang menyampaikan beserta pendengarnya maka bakal gagal. Contohnya, Nabi Muhammad tidak bisa mengislamkan paman beliau Abu Tholib.
Hidayah wajib dicari. Malah, semestinya terus-menerus diulang untuk meminta hidayah pada-Nya. Tujuannya, agar tetap berada di dalam jalan lurus tanpa tergelincir pada kesesatan. Lagian, masih banyak pintu hidayah yang belum diketahui. Masih ada berbagai ilmu yang belum dipahami.
Hidayah jangan hanya berhenti atau dicukupkan pada "sudah memeluk Islam". Hidayah bukan cuma tentang ilmu agama tetapi juga ilmu sosial dan alam. Begitu juga hindari memaksakan taufik. Jangankan mendapatkan taufik, mendapatkan hidayah saja banyak manusia yang tak mampu menerima.
Banyak Muslim yang lisannya lalai dari zikir lantaran tidak memperoleh taufik. Barangsiapa lidahnya dimudahkan untuk dibasahi dengan memperbanyak ucapan istighfar berarti sejatinya Allah sedang ingin mengampuni dosa hamba-Nya tersebut.
Seseorang bisa saja memperoleh hidayah tapi belum tentu mendapatkan taufik. Bagaimanapun, taufik mutlak pemberian dari Allah SWT. Seberapa pun hebat sosok manusia untuk mengajak pada kebenaran, kalau Allah tak memberi taufik baik pada pengajak maupun yang diajak berakibat pada "kegagalan".
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Perbedaan Taufik dan Hidayah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*