Banjirembun.com - Ditinggal nikah oleh manusia terindah yang didambakan kelak jadi teman menua bersama, memang sungguh menyakitkan. Mirisnya lagi, dia menikah di usia muda. Di mana, dikira masih punya kesempatan waktu panjang ternyata ditinggal nikah duluan.
Parahnya lagi, kondisi hubungan sebelumnya dengan sang mantan tersebut berstatus menggantung. Tanpa kejelasan ucapan apapun untuk "mengikat" atau melepaskan hatinya. Cuma mengandalkan keyakinan diri yang penuh konyol bahwa dia pasti nikahnya masih lama. Toh, umurnya belum utuh 22 tahun.
Padahal, tak selamanya firasat itu sesuai dengan kenyataan. Bagaimanapun, mengandalkan perkiraan semata merupakan sikap ceroboh dan mengentengkan urusan krusial. Alhasil, saat apa yang diduga itu nyatanya meleset bikin hati hancur tak karuan. Terus kalau sudah begitu mau apa?
Walau sekali saja, hindari menebak atau menyimpulkan isi hati manusia. Serta juga, jangan main tebak-tebakan terkait bagaimana langkah pilihan dan keputusan hidup yang diambil insan. Khususnya menyangkut persoalan cinta, kasih sayang, dan hubungan batin.
Itulah bentuk spekulasi alias ajang pertaruhan tingkat tinggi. Apapun alasannya berbuat seperti itu, termasuk guna memanipulasi hati sendiri, tetaplah salah. Sebab, seorang pejuang sejati seharusnya tegas dan berani mengambil risiko. Semua itu, demi menyelamatkan hati dari tersiksa berkepanjangan.
Lebih baik gagal dan ditolak tegas. Ketimbang bergeming tanpa disertai ucapan, yang semestinya pula diimbuhi tindakan kesatria sebagai bukti kepedulian padanya. Asumsinya, kepastian ditolak menjalin ikatan serius lebih bagus buat hati. Daripada, serba masih mengambang tanpa pertanyaan maupun dapat jawaban.
Akhirnya, berakibat berbuah penyesalan. Apalagi, ketika setelah berusaha mati-matian menemukan penggantinya, ternyata tak kunjung tiba. Teramat sulit memperoleh kesempurnaan yang setara dengannya. Kalaupun ada, pasti sensasi dan kadar cintanya tak seperti perasaan kepada dia.
Biarkan Dia Bahagia Dengan Pasangan Halalnya
Bolehlah menyesal lantaran di masa lalu tak mengungkapkan keinginan untuk menikahinya. Namun, amat dilarang meratapi karena tidak bisa hidup berkeluarga dengannya. Relakan dia hidup bahagia bersama pasangan halal dan anak-anaknya. Jangan merusak tatanan mapan yang sudah dibangun mereka.
Kendati boleh berandai-andai, tatkala berhasil menikahinya belum tentu juga hidup dia lebih bahagia. Kalaupun dia bahagia di tengah keterbatasan ekonomi akibat mau dinikahi, orang tua dan saudara kandungnya bisa jadi tak terima. Ujung-ujungnya, banyak ujian berumah tangga yang datang bertubi-tubi.
Hal penting lainnya, cegah diri teracuni nafsu ragawi. Yakni, penasaran bagaimana rasanya bermalam pertama bersamanya. Sangat biadab angan-angan seperti itu. Menganggap pernikahan sekadar pelampiasan birahi. Jika betul-betul menghargai cinta di masa lalu maka bukan itu yang tertanam di pikirannya.
Sebaliknya pula tolak bisikan iblis, sebagai bentuk protes pada takdir atau apapun itu dalihnya sehingga menolak nikah. Membujang untuk selamanya, setidaknya menikah di usia tua, demi berkabung penuh duka cita menyiksa diri. Hanya gara-gara ditinggal nikah duluan oleh cinta pertama.
|
Ilustrasi lelaki ditinggal nikah duluan oleh cinta pertama (sumber gambar koleksi pribadi) |
Segera nikah. Kondisimu menikah atau tidak, mungkin dia tak memedulikan. Kamu menikah atau tidak, hidup dia akan terus bahagia bersama kehidupan barunya. Tidak usah pilih-pilih pasangan terlalu ketat. Wajib mirip seperti dia atau berharap lebih unggul darinya. Hiduplah realistis meski barangkali luka hati masih sulit sembuh.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ditinggal Nikah Manusia Pilihan Hati Memang Sungguh Sakit, Tapi Mau Apa Lagi?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*