Banjirembun.com - Hidup hemat adalah pola pembelanjaan uang yang dilandaskan pada prinsip kehati-hatian disertai penuh kecermatan dan perhitungan matang yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan diri dalam mengelola sesuatu yang dibeli, pendapatan yang diperoleh, maupun perencanaan finansial jangka menengah hingga panjang.
Hidup hemat juga bisa dikatakan sebagai perilaku kehidupan anti boros. Dengan demikian, siapapun dapat hidup hemat termasuk orang kaya sekalipun. Di mana, umumnya orang yang sedang menjalani hidup hemat bakal bergaya sederhana. Tampil secukupnya, seperlunya, dan maksimalnya sesuai standar kebutuhan.
Ilustrasi sedang menjalani hidup hemat (sumber gambar) |
Mereka tak ingin mencolok dengan cara memiliki sesuatu yang mewah, mahal, bermerk, keluaran versi terbaru (up date), hingga kesan ekslusif lainnya. Kendati mengeluarkan uang lebih, itu hanyalah untuk memanjakan diri. Tanpa perlu diumbar ke sana ke mari. Cukup dia sendiri yang tahu. Sebab, dia tak butuh pengakuan dan pujian dari harta yang dimiliki.
Berikut ini cara hidup hemat yang dapat diterapkan oleh semua kalangan tingkat ekonomi:
1. Baca Serta Tonton Konten Bertema Hidup Hemat dan Manajemen Keuangan
Tontonan seperti mukbang, mokbang, atau meokbang (makan sendirian dalam porsi besar) berpotensi buang-buang makanan. Bukan cuma kemungkinan sisa makanan jadi sampah sia-sia. Lebih dari itu, uang keluar untuk beli makanan yang ukuran dan nutrisinya melebihi apa yang dibutuhkan oleh tubuh. Alhasil, ancaman serangan penyakit di masa depan sangat rentan terjadi.
Begitu pula, konten seputar aplikasi video game berbayar. Sebaiknya wajib dihindari. Sangat bijak, pikiran dan waktu dialihkan untuk membaca artikel maupun menonton video tentang manajemen keuangan serta konten terkait gaya hidup hemat. Daripada mengikuti jejak hidup seseorang yang tak sesuai kemampuan, sebagai saran saja semestinya pilih realistis. Ikuti gaya hidup dari figur yang cocok untuk dijalani sehari-hari.
2. Masa Bodoh Dengan Status Media Sosial dan Omongan Teman
Terkadang perasaan kesal dan meratapi nasib diri muncul tatkala melihat status media sosial milik teman. Bahkan tanpa "saringan", omongan teman saat bertemu tak dijaga. Seolah mengumbar dan memprovokasi agar hati menjadi iri/dengki di kala tahu si teman telah mampu beli sesuatu yang mewah. Setidaknya, telah berwisata ke tempat nan jauh di sana.
Kondisi keuangan seseorang siapa yang tahu. Kemungkinan teman mampu bergaya hidup "ugal-ugalan" lantaran baru dapat rejeki nomplok tanpa perlu peras keringat. Contohnya, dapat hadiah atau baru saja menerima hibah serta warisan. Boleh jadi pula, di balik hidup glamor tersebut si teman punya hutang. Baik pada temannya yang lain, bank, ataupun barang yang dibeli hasil cicilan kredit.
3. Gabung di Komunitas Tepat
Komunitas orang-orang yang terbiasa hidup boros sebaiknya dijauhi. Kumpulan para penghobi atau penyuka kendaraan mewah, tas bermerk, perhiasan mahal, hingga barang-barang berkelas lainnya tak perlu tergiur bergabung. Toh, kalau sudah terlanjur masuk ke dalamnya belum tentu hidup makin bahagia. Malahan, yang ada persaingan gaya hidup hedon makin liar tanpa kendali.
Bergabung pada komunitas yang menekuni bidang keagamaan, hobi yang produktif, serta aktivitas sosial amat disarankan. Walau barangkali mengeluarkan uang untuk sedekah, nyatanya bikin hati lega dan mendapatkan kepuasan batin yang hakiki. Ketimbang uang dipakai jor-joran (berlomba) beli barang mewah, tentu eloknya sebagian dianggarkan untuk praktik kepedulian sosial.
4. Jangan Berpikiran Perekonomian Terus Stabil
Hindari baru mau hidup hemat penuh kesederhanaan tatkala krisis ekonomi terlanjur melanda keluarga, negara, atau dunia. Biasakan menabung kendati uang yang diterima dari orang tua, suami, dan gaji hasil kerja masih masa gede-gedenya. Bagaimanapun, menyisihkan uang dalam nominal angka tertentu saban bulan bakal sangat berguna di masa-masa mendatang.
Baca juga: Perhatikan 5 Aspek Penting ini Sebelum Menabung Uang
Meski punya uang tabungan "berlebihan" bukan berarti membuat para pelaku hidup hemat akan tergoda untuk membelanjakan barang yang diinginkan dan disukai. Salah satu alasannya, dia menyadari bahwa kondisi perekonomian dunia dan negara belum tentu terus-menerus stabil. Ada kalanya, terdapat masa-masa suram yang gelap untuk dilalui.
5. Hemat Bukan Berarti Menyiksa Diri Sendiri
Ingat selalu bahwa berhemat bukan berarti harus menyiksa diri. Namun, jika kondisi memang memaksa untuk hemat super ketat maka bijaklah dalam menggunakan uang. Pastikan uang yang dikeluarkan itu mampu menyehatkan jiwa maupun raga. Hati senang tubuh bugar. Buat apa berhemat tetapi berakibat produktivitas menurun.
Bukan berarti dengan berhemat seseorang harus jadi pribadi yang pelit, perhitungan, maupun "menyakiti" diri sendiri. Tak elok menyiksa diri dengan makan seadanya hingga bikin badan mudah sakit-sakitan. Hanya demi menyukseskan misi bisa beli smartphone, tiket konser harga jutaan, hingga sepeda motor idaman.
Manusia tetap butuh hiburan, makanan sehat, dan berbagai peralatan penunjang hidup yang berkualitas. Nah, bukan berarti untuk memenuhi semua itu harus menebus dengan biaya mahal. Bukan pula mesti dengan beli barang mewah. Terkadang, sesuatu yang sederhana dan mudah didapat jauh bikin bahagia. Asal saja, punya kepekaan dan rasa syukur.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Cara Mendidik Hati dan Pikiran Agar Ikhlas Menjalani Hidup Hemat"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*