Banjirembun.com - Absurd adalah sesuatu yang tidak jelas, teramat aneh, dan super konyol sehingga mustahil ada di dunia nyata karena tak masuk akal. Sedangkan, halusinasi adalah gangguan persepsi atau kekeliruan cara pandang yang fatal akibat dari salah dalam menyimpulkan fenomena "palsu" yang telah dirasakan oleh panca indera. Di mana, halusinasi menganggap sesuatu yang tak ada merupakan sebuah kenyataan.
Adapun, ilusi adalah kesalahan panca indera dalam memaknai atau memahami objek atau fakta tertentu. Akibatnya, dapat muncul kesalahpahaman. Persamaan antara halusinasi dan ilusi yaitu sesuatu yang dirasakan oleh individu belum tentu akan menghasilkan "penerimaan" rasa yang sama oleh orang lain. Sedangkan perbedaannya, halusinasi bagian dari gangguan jiwa (skizofrenia) dan ilusi "wajar" dialami semua manusia.
Asal-usul Julukan Jonathan dan Alasan Ada Unsur Halusinasi dalam Kisah Cinta Absurd ini
Perkenalkan namaku Jonathan. Sebuah nama julukan yang sudah kupakai dalam goresan ngawurku berupa cerpen alias cerita pendek. Judulnya "Kisah Kasih Aktivis". Dibuat sekitar tahun 2008 yang juga telah rilis di situs ini. Nama "sapaan" itu selalu kuingat sampai kini. Serta dengan nekatnya, aku dulu menambahinya menjadi "Jonathan si Tampan" di tanda tangan SMS ponsel Nokia jadul.
Agar tak ada salah sangka. Perlu aku jelaskan bahwa tambahan "si Tampan" merupakan aksi lucu-lucuan. Serta guna mempraktikan strategi marketing. Soalnya, aku dulu ikut organisasi kampus. Nah, demi meraih perhatian adik-adik mahasiswa, aku putuskan ketika SMS mereka semua diimbuhi gelar "si Tampan". Terbukti, dalam sesi pertemuan anggota terdapat sebagian yang "berani" menanyakan alasannya.
Jonathan adalah sebutan nama yang kudapatkan langsung dari lisan gadis di masa laluku. Sosok perawan yang menurut imajinasiku di masa itu seorang cewek yang manis bagaikan kucing rumahan yang manja di istana. Entah, kenapa sekarang jadi berubah. Jadi begini, aku kemarin kirimi dia pesan Whatsapp. Apes diri ini, tanggapan dia galak bagaikan macan lapar. Seingatku, aku tak begitu salah-salah amat padanya.šŖšŖšŖ
Dia adalah cinta pertamaku. Menurut ingatanku, dia pernah memanggil aku "Jonathan". Yakni, saat di teras depan kelas. Dia berjalan di sana dari arah gedung aula menuju arah kantor guru. Sambil melangkahkan kaki berucap "Jonathan Frizzy" disertai menatapku. Jantungku jedag-jedug. Entah responku dulu bagaimana, sayangnya aku lupa. Seingatku aku diam saja. Itu bukan bermaksud sombong. Lantaran, disebabkan semua tubuhku terasa kaku.
Baca juga: Kepedihan Ditinggal Nikah "Cinta Pertama"
Tenang dulu. Sebelum aku lanjutkan cerita, aku teramat mengakui dan sadar bahwa bisa jadi aku salah dengar dan salah lihat. Serta dapat pula benar adanya dia berucap seperti itu, tetapi bukan ditujukan untukku. Entah untuk siapa. Oh iya lupa, dia dulu saat bilang begitu tengah pakai seragam mayoret drum band warna merah. Cuma itu yang kuingat. Tidak lebih.
Jiwa lelakiku mengatakan "dia mungkin menganggapku mirip si Jon artis ganteng itu" wkwkwš¤£š¤£ (maaf canda) Benar atau salahnya hanya dia yang tahu. Tinggal dia-nya mau jujur atau tidak. Bukan cuma mengakui pernah mengucap "Jonathan". Melainkan pula, apakah pengucapan tersebut ditujukan pada diriku ini? Yang pada waktu itu, aku masih belum matang akal dan jiwaku.
Oh ya, kamu pasti penasaran kenapa judulnya memakai istilah halusinasi? Perlu diketahui saja, aku curiga pada diriku sendiri telah berhalusinasi. Alasanya, selama 3 tahun di SMA aku tak pernah mengobrol dengannya. Kalaupun bercakap itu cuma sepenggal dua penggal kata. Itupun, persis tegur sapa sehingga tak interaktif. Hanya saling lempar tatapan yang "mungkin" pernah kulakukan.
Terpenting lagi, saat aku chat WA barusan, dia menyangkal kenal padaku.ššš Bayangkan, puluhan tahun aku tersiksa menderita akibat "pisah" dengannya. Penuh entengnya dia bilang lewat Whatsapp "Lagian ya aku ga ngerti samean" (samean: kamu, dirimu). Tentunya, aku langsung "kena mental". Bertanya-tanya pada diri sendiri, jadi apa selama 3 tahun itu aku hanya halusinasi?š¤š¤š¤
Sebelum melanjutkan kisahku tentangnya, kukasih jeda dulu. Mungkin berikut ini bisa pula disebut halusinasi. Yakni, aku baru "sadar" setelah lulus sekolah ternyata ada beberapa siswi di SMA dulu yang naksir aku. Persepsiku tersebut muncul baru akhir-akhir ini. Setelah aku maknai dan kupahami ulang, terkait sejumlah cewek di sekitarku dulu yang menunjukkan gerak-gerik berbeda.
Mulai dari ada yang memberikan kode berupa kata-kata yang multitafsir, gestur atau bahasa tubuh yang "anggun" dan kadang salah tingkah, sampai mimik muka merah ketika melihatku. Sekali lagi, itu bisa jadi cuma kesalahanku dalam memaknai peristiwa sehingga melahirkan pemahaman salah. Setidaknya, mungkin akibat rasa percaya diri tinggi dan GR (gede rasa) dariku yang terlalu berlebihan.
Cinta Pandangan Pertama Jonathan dan Retaknya Hubungan
Layaknya ABG pada umumnya yang adrenalin dan hormon masih membanjiri seluruh tubuh, saat pertama kali MOS (Masa Orientasi Siswa) tentu gemar curi-curi pandang. Mata sungguh lincah lirik kanan, kiri, depan, dan belakang. Di mana, acara MOS tersebut lokasinya di aula sekolah. Para siswa dan siswi baru dikumpulkan jadi satu di sana. Tanpa kursi. Hampir semua duduk bersila beralaskan lantai warna merah.
Tak berselang lama, mataku menemukan dia. Bermata sipit dan kulitnya putih. Jantungku jelas dag-dig-dug tanpa terkendali dong. Entah di hari sama atau waktu yang berbeda (aku lupa), beberapa cowok membicarakan dia. Di tempat yang sama yaitu dalam gedung aula. Sudah ada kasak-kusuk bahwa dia anaknya orang kaya. Langsung saja diriku lemas. Sambil membatin "Saingan untuk mendapatkan hatinya pasti kelas berat dan berjibun".š©š©š©
Sedang aku ini banyak kelemahan, kekurangan, dan hal-hal "negatif" lain yang bikin sadar diri. Jangankan kamu yang sedang baca cerita ini, aku sendiri saja enggan "mengakui" masa laluku. Kendati demikian, jika waktu dapat diputarbalik lagi maka aku tetap ridho menerima takdir itu. Tak ingin kembali pergi ke masa lalu demi merubahnya. Sebagai gantinya, semoga kelak di akhirat mendapatkan balasan yang lebih indah.
Alhasil, makin minder diri ini. Berujung, mau maju takut "kalah". Namun, mundur pun hatiku tak dapat dibohongi untuk mengabaikannya. Bagaimana tidak, dia keturunan sultan tajir melintir. Entah darimana para siswa ganteng itu punya informasi akurat terkait insan wanita yang cantik itu. Seingatku, aku tak ikutan nimbrung. Cuma menguping sambil "bersandiwara" fokus ke lainnya. Jaga image dong. Selain itu takut "diserang" duluan oleh pesaing.š„±š„±š„±
Peristiwa lain yang jadi kenangan terindah yang tak terlupakan yaitu saat acara perkemahan diadakan oleh ekstrakurikuler pramuka di lapangan sekolah. Tatkala kegiatan jelajah ke penjuru desa melewati persawahan sampai aliran sungai, aku melihat dia berjalan sendirian di pematang sawah. Aku yakin pada momen tersebut dia juga "merasakan" kehadiranku. Kala itu cara jalannya sangat anggun. Berbanding terbalik dengan sekarang yang garang ketika aku chat.ššš Gini amat risiko ngefans "artis" seperti dia.
Singkat cerita, aku pernah curhat pada teman sekelas dia yang juga temanku. Kuberitahu ya, meski di tingkat sama tapi aku dan dia beda ruang kelas. Temanku itu amat tak percaya saat aku keceplosan "Sepertinya dia juga naksir aku". Lantas temanku mengancam "Yaudah, aku kasih tahu ke dia ya?". Jawabku dengan tegas "Yaudah, silakan". Padahal, aku cuma asal ngomong.
Di hari yang beda, dengan wajah tampak pasrah dan penuh ketidakpercayaan temanku itu memberitahuku. Bodohnya, aku lupa kata-kata persis temanku itu seperti apa. Menurut apa yang aku pahami, kesimpulannya ialah dia juga ada rasa padaku. Makin bodohnya aku, bukannya titip "salam balik" ke dia melalui temanku itu, malahan entah respon seperti apa yang kuberikan pada temanku itu, aku juga lupa. Serius!!
Andaikan, pada waktu itu aku menulis surat di atas kertas untuk dia, lalu kutitipkan pada temanku. Hasilnya pasti beda. Terlebih lagi ketika isi suratnya dibumbui puisi. Aku yakin akan mampu menjerat jantungnya. Sekaligus biar tahu, aku sedang halusinasi atau tidak. Sejujurnya, aku sendiri juga masih ragu tentang ingatan-ingatanku di masa lalu. Walaupun itu, ada bukti kuat berupa bekas luka menganga di lubuk terdalam.
Kemudian, yang tak boleh lupa saat terjadi "tragedi di bawah pohon kelengkeng sekolah". Di mana, momentum itu sebenarnya kesempatan terakhirku mengucapkan perasaan suka padanya. Terbukti, tak lama sesudahnya dia pacaran dengan putranya tokoh besar di kota. Dia sudah berhasil melukaiku tanpa darah. Sayangnya, aku pun seolah-olah tak terjadi apa-apa. Nyatanya, hatiku bergemuruh parah.
Baca juga: Tragedi di Bawah Pohon Kelengkeng Sekolah
Terakhir, momen yang membuatku kaget yaitu saat pembagian kelompok kelas les untuk persiapan ujian kelulusan. Hatiku sangat senang tatkala tahu satu kelas dengannya. Bergembira karena mengira dapat kerap jumpa dia. Nahasnya, aku belum terlalu merasakan aura tak nyaman dari fisiknya. Sadisnya, sesudah hari les dilakukan sesuai pembagian, dia tak muncul di ruang les sampai ujian terlaksana.
Mungkinkah dia sengaja menghindariku? Dosa apa aku sehingga dia menjauhiku. Kesalahan yang kulakukan seperti apa yang membuatnya tak termaafkan. Kalau itu terkait kesalahanku yang tidak sesuai prinsip hidupnya, aku sangat rela menerima. Misalnya, perbuatanku melanggar norma. Akan tetapi, ketika kesalahan tersebut menyangkut percintaan, masih layakkah tak dimaafkan?
Lagian, aku tak pernah menolak maupun merasa pernah menghinakannya dengan cara "membuangnya". Justru, akulah yang membuang diri dari kehidupannya. Tetapi mengapa dia sekarang begitu bencinya padaku? Mungkin benar yang dikatakan Chu Pat Kay "Sejak dulu, beginilah cinta, deritanya tiada akhir". Intinya, cinta kerap membuahkan penderitaan batin dan penyesalan.
Sebenarnya, masih ada cerita lain antara aku dengan dia yang cara komunikasinya minim sekali melibatkan suara. Namun, demi menjaga privasiku sekaligus privasinya diputuskan untuk tak dipublikasikan. Barangkali saja, di kesempatan lain bakal dibuat tulisan yang lebih halus dan elegan. Hal itu, biar tak ada kesan dilebih-lebihkan atau dramatisasi.
Pelajaran moral dari kisah di atas yaitu ungkapkan perasaan cintamu. Meski tanpa disertai pacaran apalagi menuju jenjang pernikahan, setidaknya gemuruh hati telah tersuarakan. Cinta sejati itu tanpa nafsu. Sebab, hawa nafsu dan birahi akan dilakukan setelah hubungan nikah. Kalau seseorang mau melakukan hubungan penuh nafsu sebelum nikah, sudah dipastikan itu bukan cinta sejati.
Anehnya, tak ada satupun wanita yang kucinta sebelum dan setelah dia yang berujung penyesalan meski aku tak ungkapkan cinta. Hanya padanya penyesalan itu terjadi. Sungguh membingungkan (bukan membagongkan).
Ingatlah, cinta pertama bisa terkalahkan oleh cinta sejati! Tentulah, yang namanya cinta sejati wajib di bawah naungan hubungan pernikahan. Bukan melalui perzinaan.
TAMAT
[Video Ilustrasi orang sedang bucin alias budak cinta] Video di bawah bisa diputar. Klik saja!
Keren
BalasHapusTerima kasih banyak Pak Guru
Hapus