Banjirembun.com - Simalakama merupakan salah satu kata dari bahasa Melayu. Ia dijadikan sebagai sebutan atau istilah lain dari pohon Makhota Dewa. Jadi, buah yang dihasilkan dari pohon mahkota dewa itu juga bisa disebut Simalakama. Lantas mengapa buah Simalakama dijadikan peribahasa?
Pohon Simalakama di zaman dulu pernah tumbuh subur di Sumatera. Oleh sebab itu, wajar masyarakat di sana yang kental dengan kebudayaan Melayu mengenal Simalakama. Begitu pula di negeri jiran Malaysia, masyarakatnya menyebut buah Makhota Dewa sebagai Simalakama.
Baca juga: Arti Kata "Jiran" dan Keterkaitannya dengan Negeri Malaysia
Meski tidak bisa menjulang tinggi dan batang pohon tak berukuran besar, nyatanya tanaman tersebut mampu memberikan nuansa keteduhan. Hal itu terjadi lantaran dedaunnya rimbun menutupi seluruh tanah di bawah. Serta, gerombolan buahnya juga berjumlah banyak.
Tinggi pohon Makhota Dewa maksimal antara 2 hingga 3 meter. Buahnya mampu membesar hingga 4 - 6 cm. Di dalamnya terdapat biji yang sangat gede. Perbandingan dengan daging buah sekitar 25%:75%. Tekstur buahnya mirip serabut kelapa tapi tidak kering. Rasanya sangat pahit menggetirkan.
Saat muda atau mentah buah Simalakama berwarna hijau seperti daunnya. Lantas, berubah keungu-unguan. Setelah matang warnanya merah merona persis seperti apel Washington. Dapat pula dikatakan, warnanya mirip buah kopi yang masak di pohon.
Sungguh menggoda bentuk dan kesan warna buah Makhota Dewa. Namun, nyatanya itu hanya "harapan palsu". Tatkala dimakan, bukan cuma tak enak. Lebih dari itu, bijinya berpotensi amat beracun. Kendati diakui, sebagai tanaman obat herbal yang alami, buah Simalakama punya khasiat hebat.
Beberapa manfaat kesehatan buah Simalakama yaitu untuk anti peradangan (inflamasi) yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau mikroorganisme jahat lainnya. Dia juga dipercaya ampuh sebagai zat anti alergi, menghilangkan racun-racun di tubuh, mencegah risiko jantung koroner, sampai meningkatkan kekebalan tubuh.
Nah, itulah mungkin yang menyebabkan ada peribahasa "Bagai makan buah Simalakama, dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati". Artinya, buah yang ketika dimakan maupun dihindari untuk dikonsumsi keduanya tetap mendatangkan bencana tersendiri. Barangkali, mustahil untuk menyelamatkan semuanya.
Bagaimana tidak, dimakan rasanya pahit, malah berpeluang beracun. Akan tetapi, ketika diabaikan bakal kehilangan manfaat darinya. Sebuah pilihan yang serba salah ketika diambil. Di mana, itu sangat mirip dengan peribahasa "Sayang-sayang buah kepayang, dimakan mabuk dibuang sayang".
Arti dua ungkapan bahasa di atas yaitu sebuah keadaan atau situasi yang tak ada pilihan yang jadi solusi terbaik tanpa disertai risiko. Maksudnya, mau dibuang atau tak dimakan bakal kehilangan sesuatu yang telah dipunya. Namun, tatkala dipertahankan atau dikonsumsi berisiko menelan pil pahit.
Baca juga: Arti Istilah Kepayang yang Dipakai dalam Beberapa Peribahasa Berikut
Kandungan arti selanjutnya yaitu kebingungan lantaran menghadapi sesuatu yang cantik mempesona tapi "berbahaya". Ingin diperjuangkan bikin ragu dan takut. Sebaliknya, ketika ditinggalkan begitu saja membuat hati tak tega serta terancam bahwa penyakitnya tak sembuh.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti Simalakama, Salah Satu Buah yang Kerap Dilantunkan di Peribahasa"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*