Banjirembun.com - Rasa saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi antara suami-istri merupakan anugerah luar biasa yang patut disyukuri. Sebab, masih ditemukan lebih banyak lagi orang yang meski saling jatuh hati satu sama lain, nyatanya takdir tidak menyatukan mereka. Entah, lantaran faktor hambatan dari luar serta disebabkan oleh kondisi kejiwaan yang belum matang menuju pelaminan.
Ketertarikan seseorang pada insan lawan jenis kadang memang layak untuk diperjuangkan. Tentulah, caranya sesuai dengan kebudayaan serta karakter masing-masing di antara mereka berdua. Untuk perempuan, langkah menempuh itu umumnya bukan dengan tindakan agresif. Melainkan dicukupkan dengan memberi "kode" beberapa kali sambil menunggu respon si pria.
Sayangnya, terdapat unsur kebodohan yang dilakukan oleh insan dalam memperjuangkan dan mempertahankan hubungan cinta pada lawan jenis. Salah satu pemicunya yaitu adanya keinginan kuat untuk tetap memiliki serta takut kehilangan cintanya. Dia rela mempertaruhkan nilai-nilai kehidupan maupun "mengaburkan" jati diri demi menyenangkan orang yang dicintainya.
Berikut ini 3 kesalahan yang dilakukan manusia demi memperjuangkan dan mempertahankan hubungan cinta:
1. Menggadaikan Keimanan
Ini bukan cuma tentang hubungan percintaan beda agama. Lebih dari itu, sesama internal pemeluk agama tertentu ketika cara pandang serta komunitas keagamaan yang diikuti beda, kadang juga menjadi persoalan pelik. Bahkan, gejolak dan konflik batin jauh lebih ekstrim ketimbang gesekan dengan penganut keyakinan lain. Alhasil, hampir mustahil terjadi pernikahan beda mazhab.
Nah, demi orang yang dicintai tetap bahagia, seorang laki-laki mungkin rela dengan sepenuh jiwa pilih "bergeser" ke golongan agama tertentu. Tujuannya demi mencegah pisah dengan istri. Padahal, di waktu bujangan dulu dia teramat rajin ibadah ke Masjid serta ikut aktivitas keagamaan. Namun, karena istrinya yang posesif, kini dia bagaikan kucing manis yang dikekang majikannya.
Hanya gara-gara perasaan cinta pada lawan jenis, seseorang mau merubah haluan aqidah agar sesuai dengan yang dipegang oleh pasangan hidup yang diidamkan. Menanggalkan konsep takdir serta tentang ketuhanan yang selama ini sudah dipercayai. Begitu pula meninggalkan aturan berumah tangga yang sesuai dengan ajaran agama. Misalnya, anak-anak mereka dijauhkan dari hal-hal berbau keagamaan.
2. Melakukan Maksiat
Maksiat adalah segala perilaku yang melanggar perintah Tuhan. Artinya, maksiat bukan hanya terkait nafsu seksual. Salah satu contoh seseorang nekat melakukan maksiat untuk kebahagian pasangan ialah suami korupsi demi istri. Hal tersebut barangkali akibat dari mempunyai istri yang bersifat menuntut, menekan, dan semaunya karena merasa dibutuhkan oleh suami.
Bodohnya lagi, bukannya memegang prinsip hidup serta menampakkan jati diri yang suci, malah si suami bagaikan kerbau yang dicocok atau dicucuk hidungnya. Menuruti begitu saja tanpa penolakan. Alih-alih merasa bersalah dan terbebani telah berbuat maksiat, malahan merasa bangga serta lega lantaran berhasil memenuhi apa yang diinginkan istri.
Sungguh di atas merupakan perilaku membagongkan. Atas nama cinta, justru semangat dalam berbuat nista. Hanya gara-gara cinta rela bermaksiat. Menzalimi banyak orang demi memenuhi permintaan pasangan. Inilah mungkin yang disebut sebagai budak cinta (bucin) yang paling sejati. Masih mending bucinnya sekadar memberi kejutan dan seremonial kecil demi memberi kesan pada keluarga.
|
Ilustrasi orang yang kena sindrom bucin (sumber gambar koleksi pribadi) |
Baca juga: Arti Bucin dan Ciri-cirinya
3. Melupakan Tuhan
Sebagai orang yang beriman, sudah semestinya senantiasa mengingat Tuhan. Waktu sehari-hari mayoritasnya tak bakal melupakan Tuhan. Selalu dia genggam kuat di dalam hati keimanan itu. Di mana, hubungan batin dia dengan Tuhan konsisten terjaga. Tanpa ada rasa ragu dalam dirinya sehingga berisiko mengesampingkan kehadiran Tuhan dalam sanubarinya.
Nahasnya, saking begitu besar rasa cinta terhadap manusia membikin seseorang kadar cintanya turun pada Maha Pencipta. Sebelum nikah hari-harinya dilakukan berhubungan baik dengan Tuhan. Akan tetapi, setelah nikah eksistensi Tuhan di dada lambat laun luntur. Dulu dia merasa bahagia karena senantiasa ingat Tuhan. Sekarang, dia baru bisa bahagia saat bersama serta dimanjakkan pasangan.
Hanya gara-gara cinta membuat lupa diri pada Tuhan. Padahal, Dia Yang Maha Pengasih yang telah memberikan perasaan cinta itu. Tentu saja, Dia jua yang menghidupkan dan mematikan manusia yang dicintainya. Orang tersebut lupa bahwa perasaan cinta itu tidak kekal. Apalagi umur manusia yang dicintai, jauh lebih singkat daripada kenangan percintaan dalam tulisan sejarah.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Kebodohan yang Dilakukan Insan Demi Memperjuangkan dan Mempertahankan Cinta pada Lawan Jenis"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*