Banjirembun.com - Senyampang tidak mengandung unsur tindakan pidana, perilaku kriminal, maupun melanggar norma agama sebenarnya perbuatan seperti apapun dari konsumen tak elok dikategorikan meresahkan serta merepotkan. Bagamanapun, pelanggan wajib diperlukan secara layak. Hindari sedikit-sedikit mengeluh terhadap sikap mereka sehingga langsung bermuka masam. Apalagi, bicara maupun gerak tubuhnya tak sopan.
Kini zaman mulai berubah. Era monopoli telah berakhir. Pembeli lebih leluasa karena banyak pilihan untuk menemukan penjual mana yang baginya pantas dijadikan langganan. Lebih sadisnya, mereka teramat mudah memberikan ulasan atau komentar disertai foto atau video di media sosial terkait pelayanan dan fasilitas yang diterima. Bahkan, memberikan rating bintang rendah di Google Maps dan aplikasi tertentu sebagai senjata menyerang.
|
Bisnis "Banjir Embun" mendapatkan ulasan positif dan rating bintang 4,7 |
Era digital telah dimulai. Pedagang atau pebisnis yang masih terus-terusan mengandalkan pemasukan dari konsumen fanatik yang gaptek dan kolot ketinggalan informasi bakal tersingkir. Kelak generasi jadul (jaman dulu) tersebut lama kelamaan pasti habis tergantikan oleh anak muda yang sedari bayi sudah terbiasa menggunakan teknologi. Oleh sebab itu, lebih bijak persiapkan diri menghadapi digitalisasi.
Pelanggan yang membeli secara langsung maupun lewat aplikasi bukan cuma berstatus raja alias sultan. Lebih dari itu mereka adalah harimau. Tak berlebihan tatkala dikatakan "Pelangganmu harimaumu". Maknanya, jagalah baik-baik mereka. Jangan sampai karyawan atau pekerja di bisnis yang tengah dijalani meremehkan. Terlebih lagi, diskriminasi pada pelanggan. Ditegaskan kembali, mudahlah untuk mentoleransi kekurangan konsumen.
Baca juga: 5 Sikap Karyawan Toko ini Menunjukkan Mental Babu
Salah langkah dalam melayani dan memberikan fasilitas pada konsumen bisa berakibat fatal. Sebab, lisan mereka mampu menyuarakan pengalaman buruk di mana saja. Termasuk di internet. Setidaknya, tak akan merekomendasikan bisnis tersebut pada siapapun. Walau takut menjelek-jelekkan di muka publik secara terbuka terang-terangan, mungkin sebaliknya memuji-muji bisnis pesaing yang jenis dan bidangnya sama.
Berikut ini karakter pembeli, konsumen, dan pelanggan dalam segala macam bidang bisnis:
1. Memprioritaskan Sopan Santun
Tipe konsumen yang pertama yaitu kemauan utamanya ingin diperlakukan sopan. Ketidakcekatan atau kelambanan serta harga agak mahal sedikit sanggup mereka maafkan. Asal, dilayani bagaikan boss atau juragan telah membuat mereka terpuaskan. Disenggol "ringan" saja, semisal disepelekan dan direndahkan harga dirinya bakal membuat murka. Sungguh tak termaafkan bagi mereka.
Contohnya, dalam kasus ada konsumen pesan makanan di aplikasi ojek online. Di mana, si Fulan yang jadi driver ojek online kata-katanya sungguh halus dan sopan saat di-chat melalui aplikasi. Ditambah, ketika mengantar makanan sangat cepat melebihi perkiraan dari pihak pemesan. Namun, di kala serah terima pesanan gelagat dan tindak tanduknya berubah tak sopan. Lantaran yang menerima seorang ART (Asisten Rumah Tangga) bernama Fulanah.
Fulan mengira yang pesan adalah pemilik rumah. Padahal yang memesan ialah Fulanah sendiri. Meski profesi ART, faktanya Fulanah tidak gagap teknologi. Dia tahu bagaimana mengoperasikan ponsel dengan benar. Berhubung pintar mencari diskon makanan sehingga harga murah, membuat Fulanah memutuskan pesan online. Alhasil, Fulan mendapatkan bintang satu. Dampaknya, orderan Fulan jadi "gaguk" sepi orderan.
2. Mengidamkan Kecepatan dalam Melayani
Kecekatan bagi sebagian pelanggan merupakan segalanya. Menurut mereka harga sedikit lebih tinggi bukan suatu masalah. Asal tak duduk manis menunggu lama ataupun mengantre berdiri berderet panjang. Tipe konsumen ini barangkali suka privasi. Mereka tak butuh ekspos diri. Sebab, fokusnya berupa mendapatkan barang jualan atau makanan yang diidamkan. Inilah salah satu faktor jasa pesan kuliner via ojol tetap ramai.
Misalnya, Fulanah hendak belanja ke minimarket. Bukan kebutuhan terlalu mendesak tapi masih bisa ditangguhkan untuk beberapa hari. Berhubung ruang parkir minimarket agak penuh serta nampak banyak pengunjung yang diperparah ada antrean di kasir, bikin Fulanah menunda menepi mampir. Dia lebih pilih meneruskan berkendara. Sambil nanti mencari minimarket lain yang lebih longgar.
Baca juga: Trik Broker, Agen, Makelar, atau Sales dalam Menghadapi 5 Karakter Konsumen Seperti ini
Di zaman dulu, orang belanja di minimarket dan mampir di rumah makan yang populer, kebanyakan faktornya gengsi atau ingin pamer. Merasa bangga tatkala mampu jadi pembeli bisnis tersebut. Sayangnya, minimarket dan rumah makan mewah bukan lagi kebutuhan sekunder, lebih-lebih tersier. Kedua hal tersebut berganti menjadi kebutuhan primer bagi orang-orang tajir. Disebabkan, keunggulan yang minimarket dan rumah makan yang mampu hadirkan.
3. Mengutamakan Kuantitas yang Melimpah
Jumlah, takaran, ukuran, atau porsi yang besar/banyak merupakan komponen penting yang wajib terpenuhi bagi karakter pelanggan tertentu. Wajarnya, lebih suka lagi ketika kuantitas yang menggiurkan itu dibarengi dengan kualitas istimewa. Sayangnya, untuk mendapatkan kualitas super tentunya mesti ditebus dengan harga melambung tinggi. Ibarat kata, "Ada harga ada rupa".
Contohnya, Fulanah lebih pilih membungkus nasi Padang ketimbang memakannya di tempat bersama keluarga. Sebagaimana diketahui banyak orang, meski harganya sama nasi Padang yang dibungkus akan mendapat porsi lebih besar daripada tatkala di makan di tempat. Di lain kesempatan, Fulanah juga tak segan beli makanan di warung tegal. Alasannya, umumnya warung tegal harganya murah dengan takaran hidangan jumbo.
4. Menyukai Hemat Ongkos dan Harga Murah
Konsumen yang pilih-pilih dagangan berdasarkan rarif, ongkos, atau harga sebelum membeli lantaran ekonominya sulit kerapkali sadar diri. Mereka tahu diri bahwa harga murah dan rendah sangat tak pantas menuntut berlebihan. Di benak mereka asalkan cocok lantas mampu dibayar sesuai kantong tentu akan ditebus. Berbeda halnya dengan pelanggan berduit tapi pelit. Sikapnya, sok kaya tetapi perhitungan sekali.
Ada kasus cukup unik. Fulan sebagai pebisnis mengadakan strategi bakar uang. Dia menjual murah dagangan jauh di bawah pasaran. Padahal kuantitas dan kualitas terjamin asli. Akibatnya, Fulanah yang tahu ada barang/makanan premium dijual murah rela antre serta berdesak-desakan. Fulanah mengabaikan dan mengorbankan "harga diri" demi mendapatkan keuntungan. Terlebih lagi, dia sadar harga murah itu tak akan selamanya ada.
5. Memilih yang Punya Fasilitas Banyak dan Pelayanan Ekstra
Fasilitas lengkap yang banyak pilihannya menjadi kebutuhan bagi sebagian konsumen. Penyebabnya, mereka tergolong mudah bosan. Sulit tertebak apa maunya. Malahan, dirinya sendiri pun tak dapat mempredeksi apa yang diinginkan nanti. Tiba-tiba mendadak begitu saja ingin sesuatu yang beda. Nah, andai di bisnis itu tak menyuguhkan, menawarkan, atau menyediakan berbagai pilihan berakibat mereka ogah datang kembali.
Segmen bisnis yang menargetkan pelanggan seperti di atas harus memberikan fasilitas dan pelayanan spesial. Tidak cuma unik atau berbeda dengan bisnis punyanya pesaing. Lebih dari itu, pastikan segala yang diberikan merupakan hal-hal yang istimewa alias berkelas. Sebab, bagi konsumen seperti ini keluar uang banyak bukan suatu masalah. Terpenting mereka memperoleh sesuatu yang sulit diperoleh oleh kebanyakan manusia.
Baca juga: Perbedaan Perumahan Cluster dan Non Cluster
Contohnya, Fulan ingin membeli perumahan yang menerapkan sistem cluster. Dia menimbang-nimbang dulu di antara sejumlah rumah berkonsep cluster yang mana yang paling menarik dalam memberikan fasilitas dan pelayanan di dalam perumahan. Bagaimanapun, Fulan berpikiran bahwa dia tak ingin mendapatkan perumahan cluster abal-abal. Melainkan yang benar-benar ekslusif dan membanggakan saat ditinggali kelak.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Macam-macam Tipe Pelanggan atau Konsumen di Segala Bidang Bisnis"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*