Banjirembun.com - Sebagaimana pembeli yang umumnya menerapkan pilih-pilih dulu sebelum memutuskan bayar, begitu pula penjual properti disarankan jeli menyeleksi calon pembeli. Oleh sebab itu, tetaplah waspada terhadap siapapun yang mengaku-akui maupun menawar ingin beli. Termasuk pada teman, tetangga, atau pihak lain yang dikenal.
Hindari memandang sosok konsumen bagaikan lihat duit berjalan. Terlebih, dianggap pahlawan sebagai solusi atas permasalahan keuangan yang mendera. Jangan sampai penjual tersandera, didekte, dan dikontrol oleh pembeli gegara iming-iming uang. Tegaskan segera putus hubungan, sebelum berlarut-larut, saat di awal peminat properti polahnya sudah "kurang ajar".
Baca juga: 3 Tips Penting Saat Jual Tanah dan Rumah Agar Tak Dihargai Murah
Supaya penjualan properti lancar dengan cara pilih-pilih pembeli tapi tanpa meninggalkan luka sayatan mendalam, ikuti 3 tips berikut:
1. Ketahui Tujuan Pembelian
Pembeli yang hendak membeli properti dengan tujuan berbisnis atau investasi, sangat jauh beda dengan yang ingin dipakai sendiri. Serta, berbeda juga dengan pembeli "gabut" yang lantaran ada uang menganggur tiba-tiba berhasrat memiliki properti. Berhubung sebelumnya tak pernah punya, akhirnya membeli seadanya biar ada aset "simpanan". Alhasil, tanpa terlalu memikirkan untung-rugi (capital gain).
Konsumen berduit, apalagi tergolong orang kaya baru (OKB), yang kebelet punya properti tetapi wawasan dan seluk-beluk tentangnya amat minim merupakan sasaran atau mangsa empuk. Karakter pembeli seperti itu sangat disenangi oleh makelar maupun sales/agen marketing properti. Ditambahi wataknya lugu, penurut, polos, gampang percaya, atau semacamnya.
Demi mengetahui apa tujuan pembelian properti, salah satu caranya langsung bertanya. Jika masih sungkan mengajukan pertanyaan maka coba pahami gestur, gerak-gerik, raut muka, intonasi bicara, hingga kata-kata yang dilontarkan bagaimana. Ketika didapati semua menunjukkan antusiasme "alami" barangkali dia memang sedang butuh properti tersebut.
|
Ilustrasi pembeli rumah yang banyak tanya |
Sebaliknya, bila calon pembeli secara "terang-terangan" bahasa tubuhnya nampak kecewa yang diperparah dengan menjelek-jelekkan barang yang dijual, lebih baik coret dia dari daftar para pembeli yang diprioritaskan lanjut. Bisa jadi itu dikarenakan tujuan beli untuk berbisnis. Patut dicurigai dia seorang pemodal/bandar. Nah, melalui cara apapun dia pasti ingin membeli dengan angka serendah-rendahnya.
Bolehlah untuk tegas dan bulatkan tekat agar terhindar dari bualan atau bujuk rayu omongan pembeli. Namun, lakukan dengan elegan. Tetaplah sabar menemani dan mendengarkan "kemauan" calon pembeli. Walau barangkali terkesan buang-buang waktu. Sebab, bisa jadi berkat berjumpa orang tersebut malah dipertemukan dengan pembeli baik hati. Lebih bagusnya, dialah yang membeli sendiri.
Senantiasa ingat, setiap manusia punya lisan untuk bersuara maupun punya jari untuk mengetik tulisan. Salah bicara sedikit saja mampu menutup pintu rezeki. Di sisi lain, saat berbaik hati pada siapapun bakal banyak lisan berdoa. Lebih bagus lagi, mereka ikut mempromosikan aset properti yang tengah dijual. Bagaimanapun, menjual properti tak semudah melepas kendaraan yang dapat dititipkan ke showroom.
Baca juga: 3 Tujuan Utama Seseorang Membeli Tanah Kaveling
2. Perjelas Mekanisme Pembayaran
Agar tak ada penyesalan setelah deal (sepakat harga) dianjurkan tahan diri dulu. Cegah seketika setuju pada berbagai persyaratan yang diajukan oleh pembeli terkait sistem pelunasan. Pegang teguh bahwa pembayaran hanya dua langkah. Yakni, DP atau uang muka sebagai tanda pengikat transaksi lalu baru melunasi. Bukan disertai embel-embel lain. Itupun, pastikan jarak waktu enggak lama.
Perjelas pada calon pembeli terkait DP bisa hangus saat tanggal pelunasan telah jatuh tempo tapi tak kunjung dibayar kontan. Ingatkan bahwa membayarnya sebagian (cicil) berarti sama dengan membatalkan transaksi. Kemudian, beritahu pembeli bahwa sebelum DP diberikan harga sewaktu-waktu dapat dinaikkan. Tentunya juga masih boleh ditransaksikan dengan orang lain.
Hal lain yang wajib dilaksanakan yaitu perjelas uang yang diterima berwujud kertas (tunai) atau melalui transfer rekening bank. Serta, jangan mau tanda tangan PPJB (Perjanjian Pengikat Jual Beli) terlebih ke PPAT (Pejabat Pembuatan Akta Tanah) untuk tanda tangan AJB (Akta Jual Beli) sebelum uang benar-benar diterima dan dikuasai semua alias dilunasi. Agar lebih yakin cetak rekening koran sebagai bukti transaksi jual-beli beres.
Pembeli yang meminjam sertipikat atau surat dengan dalih serta alasan "diperiksa" dulu oleh pihak bank karena hendak KPR (Kredit Pemilikan Rumah) sebaiknya juga dihindari. Intinya, lebih baik batal transaksi daripada mempersulit diri menghadapi pembeli yang ruwet, mbulet, dan menambah beban pikiran pemilik aset properti yang dijual. Bila memang ingin serius memiliki maka pembeli akan menuruti kemauan dan ketentuan dari penjual.
3. Ketahui Latar Belakang Pembeli
Profil atau biodata singkat calon pembeli mesti diketahui oleh penjual. Daripada salah strategi dalam berkomunikasi, lebih baik ketahui dulu siapa di balik sosok yang dihadapi. Sebab, kalau cara meladeni salah lantas meremehkan atau merendahkannya akan berdampak buruk. Terlebih, tak tahu latar belakangnya seperti apa. Kalau dia orang berpengaruh di medsos akibatnya runyam.
Prinsip yang berlaku di manapun, lebih baik tidak mempunyai musuh akibat salah ucap kata, ketimbang egois mencari kepuasan diri dengan cara memaki, menghina, atau "sekadar" menyindir. Risiko menyakiti hati seseorang mengakibatkan orang tersebut bakal tidak merekomendasikan properti yang dijual pada orang lain. Malahan, kemungkinan terburuknya menjatuhkan aset properti itu di komunitas jual-beli properti.
Selanjutnya yang tidak pula boleh diabaikan ialah jangan sampai pembeli properti ternyata merupakan sampah masyarakat yang sering bikin gaduh, konflik, dan merusak tatanan mapan. Menjual properti pada mereka sama saja dengan mendukung kezaliman. Minimal akan menzalimi orang di sekitar lokasi objek properti diperjualbelikan. Bolehlah cari duit tapi moralitas harus dijunjung ke langit.
Mesti jeli pula tentang apakah orang yang sedang diajak transaksi itu seorang perantara, mediator, atau makelar? Hal fatal terjadi ketika dia ternyata kaki tangan seorang pemodal/bandar "nakal". Bukannya membantu pembeli yang memang butuh properti untuk dipakai pribadi, justru hanya demi uang rela menggadaikan idealisme. Alhasil, yang dirugikan bukan cuma pemilik tanah melainkan juga warga sekitar.
Pilih-pilih pembeli memang penting. Percuma melayani calon pembeli yang bermaksud menjerumuskan atau parahnya menipu. Masih beruntung mendapati pembeli bawel banyak tanya. Di mana, sesungguhnya peminat properti yang banyak bertanya bukan suatu masalah. Terpenting pertanyaannya fokus pada spesifikasi objek properti. Bukan berupa tanya-tanya yang menjebak, ada unsur merendahkan, maupun ke arah menghasut.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Tips Bagi Penjual Properti Supaya Tidak Salah Langkah dalam Pilih-pilih Calon Pembeli"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*