Banjirembun.com - Membeli rumah sejatinya bukan hanya menaksir nilai unit bangunan. Lebih dari itu mesti memperhatikan lingkungan alami maupun buatan manusia di sekitarnya. Asumsinya, buat apa harga lebih murah dan kualitas rumah bagus tapi sangat berisiko kala dihuni.
Mau dikontrakkan atau disewakan pun sulit laku. Kecuali ketika biaya sewa di bawah harga pasar baru ada yang mau. Setelah diselidiki ternyata area rumah yang baru dibeli berada pada zona merah. Yakni, sebuah kawasan yang sebaiknya dihindari. Risiko bagi kesehatan, keamanan, serta kenyamanan amat besar.
Telat disadari kenyataannya rumah yang diincar berada di daerah rawan bencana alam, tindak kejahatan, paparan radiasi tinggi, dekat pusat sampah, hingga banyaknya perilaku amoral. Serta ditambah merebaknya polusi air, udara, tanah, suara, cahaya (di malam hari), maupun polusi radioaktif.
Baca juga: 5 Penyebab Harga Jual Rumah Jadi Murah Jauh di Bawah Pasar, Masih Layak Dibeli?
Salah satu hal yang diabaikan, lebih tepatnya tak dipahami, calon pembeli rumah yaitu keberadaan menara BTS (Base Transceiver Station) alias stasiun pemancar dasar. Di mana, tower BTS tersebut justru dianggap menguntungkan karena bakal memperoleh sinyal ponsel kuat dan stabil.
Perlu diketahui dalam pendirian menara BTS wajib memenuhi standarisasi. Sebut saja meliputi ada izin pendirian bangunan, berjarak minimal 20 meter dari pemukiman, serta memenuhi ambang batas radiasi yang ditetapkan WHO. Yakni, 4,5 watt/m² untuk tower berfrekuensi 900 Mhz serta 9 watt/m² untuk frekuensi 1800 Mhz.
Suka atau tidak, ancaman memiliki rumah di dekat tiang BTS yang menjulang ke atas tidak bisa disepelekan. Lebih detailnya berikut ini risiko serta dampak buruk letak rumah di dekat menara BTS:
1. Gangguan Kesehatan
Penjelasan tentang memburuknya gejala penyakit akibat terus-menerus terpapar radiasi dari menara pemancar sinyal seluler masih saja ada yang memperselisihkan. Bagaimanapun, kondisi tubuh tiap manusia berbeda. Ada yang kebal pada keganjilan lingkungan tapi ada pula yang ringkih.
Malahan barangkali penyakit yang diderita akibat terpapar radiasi BTS bukan dalam jangka pendek. Melainkan perlu waktu puluhan tahun untuk mengakibatkan berbagai penyakit kronis seperti kanker. Setidak-tidaknya, transmisi sinyal dari tower BTS meningkatkan risiko gangguan kesehatan di masa depan.
Lebih ekstrim lagi terdapat pendapat yang enggak boleh dianggap remeh terkait sinyal dari menara BTS ialah mampu menurunkan dan menekan kinerja sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut terjadi disebabkan tubuh manusia kerap terbebani "serangan" medan elektromagnetik yang bersumber dari BTS.
2. Kejatuhan Perangkat
Makin dekat sebuah rumah dengan menara sinyal ponsel semakin besar risiko yang didapat. Apalagi tepat mepet di bawahnya. Risiko robohnya tower BTS memang kecil. Namun, sejumlah kejadian roboh tersebut dapat ditemukan dengan mudah di internet. Paling tidak jatuhnya perangkat kecil dan besar yang bertengger di atas menara.
3. Merusak Tata Ruang
Umumnya lokasi tower berada di dekat lingkungan padat penduduk. Teramat jarang dibangun menjauhi keramaian. Salah satu alasannya adalah pemilik menara tersebut tak perlu repot keluarkan biaya keamanan untuk menjaga instalasinya. Hal itu tentu bakal merusak pemandangan dan tata kelola ruang yang sudah mapan.
4. Risiko Lain yang Mirip dengan Menara SUTET
Menara SUTET maupun BTS tidak cuma memproduksi paparan radiasi. Sebagai bangunan menjulang tinggi, keduanya berdampak buruk hampir mirip. Perbedaannya, SUTET dibangun bertujuan non komersial (subsidi listrik) serta umumnya terbangun lebih dulu daripada pemukiman. Artinya, SUTET punya posisi "kuat" di tengah-tengah masyarakat.
Adapun BTS bertujuan keuntungan perusahaan serta dibangun belakangan saat pemukiman sudah ada. Lebih dari itu, perusahaan BTS aneka ragam pilihan merknya. Agar lebih tahu risiko SUTET selengkapnya baca Kerugian Finansial dan Dampak Bahaya Beli Rumah Dekat SUTET.
Itulah mungkin banyak warga sekitar BTS pada radius 25 meter menuntut kompensasi uang. Baik itu yang diberikan tiap bulan maupun diberikan selama 5 tahun sekali (sesuai masa kontrak habis). Serta biaya sewa lahan yang juga sangat mahal yang tentunya menguntungkan pemilik tanah.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Waktu pembangunan tower telkomsel tdk ijin kpd rumah dibawahnya dan denah di kosongkan cuma ada satu rmh padahal byk rmh. Sdh habis kontrak. Mlh tambah jaringan.
BalasHapusBarangkali peran RT dan kekompakan warga untuk minta solusi terbaik (win win solution) sangat diperlukan...
Hapus