Banjirembun.com - Menyamakan jual-beli tanah dan rumah dengan jenis transaksi lainnya merupakan tindakan gegabah. Bagaimanapun serta sampai kapan pun, yang namanya menjual dan membeli aset properti butuh perlakuan istimewa. Terutama terkait dengan pengaturan kondisi kejiwaan agar tetap waras.
Melibatkan perasaan dalam bisnis properti bakal jadi kesalahan fatal. Misalnya, rumah warisan orang tua yang mengandung "konflik" dengan keluarga diputuskan jual murah. Tujuannya, selain agar cepat melupakan trauma masa lalu juga ingin "menyakiti" hati kerabatnya yang tak rela rumah peninggalan orang tua dijual.
Jadikanlah aset properti sebagai harta berharga yang harus disimpan rapat melebihi perhiasan. Hindari bermain-main padanya. Sebab, untuk mendapatkan nilai yang setara dengannya kemungkinan sulit. Ibarat kata bolehlah hidup sederhana dengan uang secukupnya, kendati nyatanya tetap mampu mempertahankan tanah dan rumah.
Nah, kalau memang sangat perlu menjual tanah atau rumah karena alasan tertentu serta didasarkan pada pertimbangan matang, lebih baik perhatikan tiga hal di bawah agar properti yang dijual tidak dihargai murah:
1. Jangan Jual Saat Butuh Uang
Lagi BU alias butuh uang sering jadi alasan pemilik tanah maupun rumah hendak menjualnya. Para calon pembeli yang mengetahui kondisi keuangan penjual akan memiliki posisi tawar lebih. Dengan sesuka hati mereka seakan mempermainkan dan mengaduk-aduk hati penjual. Ujung-ujungnya merugikan penjual.
Kalau sudah mantap dan kokoh mau bermaksud melepaskan aset properti, disarankan menjualnya saat keadaan sedang banyak duit. Dengan begitu, bukannya menurunkan patokan angka jual malah dinaikkan 30-50% dari harga pasaran. Contohnya, apabila harga pasar 1 m² adalah 1 juta maka dinaikkan 1,3-1,5 juta.
Baca juga: 5 Cara Menggetahui Harga Pasar Tanah Agar Tak Kemahalan
Kondisi keuangan yang leluasa menciptakan ketenangan tatkala bertransaksi. Begitu pula tiap tahun hati terbebas khawatir tanah dan rumah sulit laku atau tidak, karena harga jual secara konsisten selalu dinaikkan. Ditambah, mempunyai uang menganggur dapat dialokasikan sebagai biaya meningkatkan kualitas dan kuantitas aset properti.
|
Contoh aset properti berupa rumah |
Tindakan memagar, merenovasi, hingga menguruk lantas meratakan tanah tentunya butuh anggaran tersendiri. Terkait dengan peningkatan atau upgrade properti silakan baca 5 Penyebab Tanah dan Rumah yang Dijual Sulit Laku. Di bagian nomor 3 dipaparkan secara detail tentang proses peningkatan nilai jual rumah dan tanah.
Tekatkan ketetapan dan keteguhan pada diri ketika kesulitan uang, wajib merasa tak memiliki rumah atau tanah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tersebut pilihlah jalan lain. Bukan dengan cara menggadaikan sertifikat tanah. Melainkan menyewakan aset properti dengan harga murah dalam jangka tak lebih satu tahun.
Beda cerita tatkala properti tersebut memang rumah atau tanah warisan milik beberapa ahli waris (penerima warisan). Semestinya memang cepat dijual lalu hasilnya dibagikan kepada pihak-pihak yang berhak. Akan tetapi untuk harga sudah seharusnya sesuai kesepakatan bersama. Apalagi, kedua orang tua sudah meninggal dunia semua.
Haram hukumnya memaksakan menjual murah harta milik bersama, sedangkan ahli waris lain menginginkan dijual normal atau harga sewajarnya. Paling tidak agar tak menzalimi salah satu ahli waris, dijual minimal sesuai dengan harga pasar. Guna mengetahui harga pasaran tanah dan rumah silakan buka tautan di atas yang telah disinggung sebelumnya.
2. Gunakan Strategi Komunikasi Marketing
Kuatkan mental saat menghadapi berbagai karakter calon pembeli tanah maupun makelar. Diprioritaskan untuk dicoba yaitu menggunakan strategi marketing sales/agen properti ketika berkomunisi dengan peminat tanah dan rumah. Salah satu alasannya, demi mencegah mereka memberi penilaian bahwa penjual berkategori mudah dibodohi.
Sikap berhati-hati dan waspada dalam bertansaksi amat penting diperhatikan. Hal itu lantaran pembeli properti maupun perantara (broker) kerap kali punya siasat dalam negoisasi. Baik dengan cara halus maupun dengan brutal terang-terangan. Inilah manfaat bersikap layaknya pebisnis properti. Bukan semata-mata "awam" sebagai pemilik tanah dan rumah.
Kerap ditemukan pembeli dan perantara terlalu pintar merayu dan mengambil celah. Semuanya demi meraih hati penjual maupun memperdayai. Intinya, mereka melakukannya tidak tulus. Terbukti, setelah oknum itu gagal dalam bertansaksi sikap mereka langsung berubah. Awalnya lembut bagai kucing rumahan, tiba-tiba berubah jadi anjing liar.
Terkadang orang-orang yang datang menawar merupakan satu komplotan. Di mana, salah satu orang gagal menawar lalu orang berikutnya yang akan ditampilkan ke depan. Lebih parah lagi, ada satu orang yang memakai nomor ponsel berbeda-beda untuk menyamar jadi orang lain. Modus penyamaran itu untuk mengacaukan.
Kesampingkan dulu kebiasaan gampang terbawa perasaan saat sudah terlanjur enak dan nyaman ngobrol sama para pembeli. Toh, ujungnya suasana "surga" itu cuma trik atau cara mereka mendapatkan simpati demi memperoleh harga murah. Lebih baik fokus pada pembeli yang serius beli, tanpa memberikan syarat apapun pada penjual tanah.
Barangkali terdapat calon pembeli yang etika bicaranya agak "kaku". Namun, jika uang dibayar kontan seketika tanpa minta tempo pembayaran maka itu "sejatinya" lebih manusiawi daripada pembeli yang berwujud domba tapi hatinya serigala. Ingatlah, tujuan menjual tanah dan rumah untuk mendapatkan keuntungan uang. Bukan aksi sosial-dermawan.
Contoh kasus di bawah sebagai gambaran:
Fulanah menjual rumah dengan murah di bawah pasaran seharga 2 miliar rupiah. Di sisi lain, ada Fulan yang juga ingin menjual rumah yang boros pengeluaran tahunan, seharga 700 juta. Berhubung tak kunjung laku akhirnya terpaksa turun harga menjadi 550 juta. Namun, harga segitu belum terjual juga.
Lalu Fulan menemui Fulanah. Sebelum bertansaksi dan bersepakat si Fulan bertanya pada Fulanah "Mengapa rumah sebagus ini dijual murah?" Usut punya usut ternyata Fulanah terbentur hutang sebesar 850 juta. Alhasil, situasi itu dimanfaatkan oleh Fulan. Dia mengaku hanya punya uang 1,2 miliar.
Singkat cerita, Fulan menego Fulanah untuk "tukar guling". Dia akan membayar tunai 1,2 miliar lalu sisanya 800 juta ditukar dengan rumah si Fulan yang tak laku-laku. Nah, berhubung Fulanah sedang butuh uang, tentunya dengan mudah tanpa pikir panjang menerima tawaran itu.
Fulanah tak terlalu ambil pusing memikirkan berapa harga jual sebenarnya dari rumah milik Fulan. Terpenting baginya jalan keluar atas masalah yang dihadapi bisa terselesaikan. Risiko rumah milik Fulan dipikirkan belakang. Adapun di pihak Fulan keuntungan yang diraup berlipat-lipat.
Kasus selanjutnya, ada pembeli yang melakukan pendekatan dari hati ke hati sebagaimana yang dipraktikkan oleh Fulan di atas. Saat bertamu ke rumah pemilik tanah seharga 100 juta, dia membawakan oleh-oleh bingkisan. Disertai tutur katanya lembut penuh kesopanan.
Di momen yang tepat pembeli itu mulai menanyakan alasan penjual melepaskan kepemilikan tanahnya. Singkat kata, diperoleh jawaban uangnya hendak dipakai untuk ongkos pernikahan anaknya. Informasi tersebut tentu bikin pembeli riang gembira.
Dengan begitu antusias pembeli segera mengeluarkan uang tunai 5 juta dari tas. Dia berkata "Ini pak uang pengikat sebagai tanda jadi atau DP. Saya cuma punya uang 65 juta. Kalau memang bapak mau, besok kita langsung ke notaris tanda tangan jual-beli sambil 60 juta saya berikan di sana".
Tentu mata penjual langsung hijau melihat duit di depan mata. Siapa pun kebanyakan akan berpikir "lebih baik telur di hari ini daripada ayam tapi besok". Artinya, lebih baik 65 juta secepatnya beres ketimbang 100 juta tapi belum jelas kepastiannya.
3. Seleksi Secara Elegan Calon Pembeli
Tanah dan rumah adalah aset paling akhir yang dimasukkan dalam daftar penjualan harta. Kalau lagi butuh uang mending jual barang lain. Oleh sebab itu, jangan sampai terbujuk rayuan para pembeli. Pemilik tanah dan rumah punya wewenang penuh mempertahankan tanah dan rumah di kala harga tak sesuai dengan perencanaan.
Pilihlah pembeli yang berduit, kaya, menggunakan tanah atau rumah untuk digunakan sendiri. Bukan dijadikan ajang bisnis atau investasi properti. Waspadai pula orang yang bertele-tele banyak basa-basi saat menawar. Semestinya, pihak yang serius membeli tidak akan mengutarakan penilaian baik atau buruk pada aset properti yang mau dibeli.
Orang yang tertarik pada tanah atau rumah yang dijual akan sungguh-sungguh ingin memilikinya. Bukan dengan cara menawar jualan tersebut serendah-rendahnya atau menjelek-jelekkan. Pembeli yang betul-betul minat akan menawar tanah dan rumah dengan harga pantas. Kalau sudah biasa jual-beli properti pasti kelihatan bedanya.
Bermacam-macam tipe pembeli harus diingat cara menolak atau menghindarinya tetap wajib secara elegan, sopan, dan manusiawi. Sebab, saat nekat bertahan meladeni pembeli atau makelar berkarakter "mengganggu" tersebut justru hanya bikin kesal dan menyita perhatian. Lebih baik fokus pada pembeli "alami".
Jangan terkecoh tampilan pakaian rapi, menggunakan setelan dinas, dan kendaraan yang dibawa mereka. Malah orang yang tampilan biasa saja atau sederhana yang terkadang serius dan sanggup membayar cash keras. Sedangkan yang tampak mewah ternyata sistem pembayarannya ribet. Kelihatannya berduit tapi saat beli mencekik.
Fokuskan perhatian pada jual-beli yang praktis tanpa berlarut-larut. Risiko melayani dan deal dengan pembeli "ruwet" yang metode bayarnya rumit bikin tambah beban pikiran berkepanjangan. Mungkin secara finansial tak rugi. Sayangnya, dari aspek lainnya rugi besar. Lantaran, salah satunya kerap harus menagih uang cicilan.
Pesan terakhir, beri catatan pada makelar dan pembeli mesti dilakukan lunas keras tanpa tempo. Selain itu, sebelum ada uang tanda jadi (pengikat) atau DP harga sewaktu-waktu bisa naik. Persyaratan dan penekanan tersebut yang ditujukan pada mereka, dengan sendirinya bakal ada seleksi pembersihan duri-duri. Mana pembeli "murni" lantas mana yang yang cuma bisnis (kulakan) properti bakal terlihat.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Tips Penting Saat Jual Tanah dan Rumah Agar Tak Dihargai Murah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*