Banjirembun.com - Bagaimana bisa disebut mampu serta layak mengelola anggaran bulanan keluarga kalau uang untuk kebutuhan pribadi gagal dalam mengaturnya. Terkebih lagi ditugaskan memegang uang milik komunitas, organisasi, hingga perusahaan yang tentu tanggungjawabnya lebih besar.
Prinsip dalam mengelola uang bukan semata-mata tertuju pada upaya bagaimana sebanyak-banyaknya uang bisa masuk ke kantong. Melainkan pula terkait langkah mengatur proses pengeluarannya. Sebab, kondisi perekonomian keluarga maupun negara kedepannya seperti apa tak ada yang tahu.
Boleh jadi tahun ini dana di dompet sanggup memborong barang-barang mewah. Namun, apakah terdapat jaminan tahun depan tetap mampu menjalani hidup hedonis. Oleh sebab itu, bersikap bijak dan berhati-hati dalam menjaga diri sangat penting. Ketimbang ujungnya penyesalan tanpa disertai tangisan.
Sebagai bahan pelajaran dan peringatan, berikut ini beberapa penyebab kegagalan dalam mengelola keuangan:
1. Labil dan Tak Konsisten
Mengatur keuangan pribadi mestinya punya prinsip hidup yang kuat. Tetap kokoh dalam menolak ajakan seseorang maupun tren yang sedang ngehits. Menjadi pribadi yang tidak melibatkan perasaan ketika mengelola uang merupakan kewajiban mendesak. Hal itu agar cara pandang terhadap duit tidak menjadi salah.
Jadilah pribadi yang stabil dan konsisten dalam menampilkan roman wajah atau mimik muka. Dengan begitu orang lain bakal sulit menebak suasana hati. Hindari cepat merubah ekspresi tubuh menjadi penuh kesombongan maupun memasang status "bahagia" disertai bukti foto di media sosial tatkala ketiban durian runtuh.
Seseorang yang gampang berubah suasana hatinya gara-gara "tampilan" dan omongan orang, menjadi salah satu sebab kegagalan dalam mengatur uang. Ketika banyak duit hati berbunga-bunga tak tertahankan. Sebaliknya, saat uang menipis hati mendadak sedih seakan dunia runtuh. Akibatnya, kejiwaan mudah dikendalikan uang.
Memang diakui uang dapat bikin bahagia. Akan tetapi jangan jadikan uang sebagai satu-satunya cara memperoleh kebahagiaan. Berperilaku sewajarnya saja. Biarkan orang lain enggak tahu apakah sedang pegang uang banyak atau sebaliknya lagi paceklik lantaran baru saja beli sesuatu. Jadilah sosok yang emosinya terkesan biasa saja.
Menjaga "kewarasan" pada situasi keuangan seperti apapun teramat penting. Jangan sampai akibat terbawa perasaan muncul kesalahan dalam mengambil keputusan. Misalnya, tatkala banyak uang balas dendam beli apapun yang diinginkan. Nah, di waktu uang sedikit mengambil jalan pintas dengan berhutang.
2. Salah dalam Meletakkan Uang
Membuat peta alokasi penempatan uang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan finansial. Sebelum merencanakan digunakan membeli sesuatu, pastikan uang tersebut terletak di tempat yang tepat. Apakah di dompet, lemari, bawah kasur, atau di rekening perbankan. Bisa juga sebagian langsung diberikan pada anak dan istri untuk jatah sebulan.
Biarkan anak dan istri yang mengelola uang tersebut dalam kurun sebulan sehingga tak perlu lagi dibebani mengatur kebutuhan uang mereka. Fokuslah mengelola uang pribadi dengan cara bikin perencanaan keuangan. Buat batasan maksimal untuk pos, sektor, atau jenis pengeluaran tertentu. Sebut saja untuk jajan, transportasi, hiburan, dan lain-lain.
Ilustrasi uang untuk uang saku bulanan anak |
Pastikan sisihkan 5%-30% penghasilan (tergantung profesi) untuk ditabung. Dengan catatan berkomitmen tak akan menggunakan uang tabungan tersebut. Letakkan uang tabungan tersebut di tempat yang benar-benar bikin malas dan kesusahan untuk mengambilnya. Contohnya, ditabung pada rekening bank tanpa kartu ATM maupun tanpa aplikasi e-bangking.
Dari sini dapat dipahami bahwa memisah-misah uang amat diperlukan. Sefantastis apapun angka pemasukan yang diterima jika tidak ada kontrol dengan cara memisahkan sesuai perencanaan maka berisiko akan gampang lenyap begitu saja. Cegahlah diri menyatukan porsi anggaran dalam satu tempat agar mudah mengaturnya.
3. Tidak Ada Evaluasi
Barangkali seseorang malas melakukan pencatatan pada setiap pengeluaran uang yang terjadi. Alasannya, lebih fokus dalam bekerja supaya mendapatkan pemasukan sebanyak-banyaknya. Hal itu dianggap lebih berguna daripada repot-repot mencatat arus uang setiap hari. Kendati seperti itu, meski tak mencatat setidaknya lakukan evaluasi.
Intropeksi keuangan bukan cuma pada masalah besaran angka. Lebih dari itu, juga dinilai tentang manfaat yang didapat dari uang yang keluar. Apakah pengeluaran yang dilakukan benar-benar dibutuhkan atau hanya untuk menuruti perasaan "manja" yang ada dalam diri. Sesekali bolehlah keluar duit untuk hiburan sebagai hadiah untuk diri sendiri.
Walaupun itu uang pribadi tetaplah berkeyakinan bahwa kelak juga ada pertanggungjawabannya. Demi menghindari penyesalan di kemudian hari lakukan evaluasi keuangan secara berkala. Hal tersebut juga sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam menata dan merencanakan kehidupan di masa mendatang.
Terapkan evaluasi keuangan pribadi dengan rutin dan benar, agar diri sendiri tidak jadi bahan evaluasi orang lain. Lantaran banyak hutang, sering minta gratisan, kerap mengeluh masalah keuangan, hingga dianggap tak kreatif mencari uang. Pada akhirnya dijauhi kerabat dan teman karena hanya jadi beban bagi mereka.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Sebab Kegagalan dalam Mengatur Uang Pribadi"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*