Banjirembun.com - Cintailah produk-produk Indonesia. Itulah jargon salah satu iklan yang sering didengar. Sebenarnya, itu bukan berarti mengajak rakyat jadi anti asing dan menolak sama sekali sesuatu darinya.
Ketika produk 100% bisa dibuat di Indonesia dan seluruhnya diproduksi oleh generasi bangsa, lantas mengapa impor. Kalau ada produsen milik saudara setanah air sendiri kenapa pilih "dagangan" buatan asing.
Seluruh konsumen punya hak memilih dan mendukung merk atau brand tertentu. Yang tidak boleh itu menjelekan produk lain. Sebab, persaingan yang cerdas bukan dengan cara menjatuhkan.
Baca juga: Muslim Boleh Pilih-pilih Penjual dan Konten Kreator Sesuai Ajaran Islam
Agar produk diterima masyarakat strateginya yaitu terus-menerus meningkatkan kualitas layanan, fasilitas, dan mutu barang. Menginjak-injak pesaing yang sedang terjatuh sama saja ingin melakukan monopoli pasar.
Berikut ini aplikasi transportasi online buatan dalam negeri yang patut didukung dan diapresiasi:
1. NUJEK
Nujek atau NUsantara oJEK adalah aplikasi ojek dan taksi online yang diberdayakan oleh 4 santri organisasi terbesar di dunia bernama Nahdlatul Ulama (NU). Di mana, peluncuran pertama kalinya pada tahun 2019.
Baca juga: NU Organisasi Terbesar di Dunia: Data Statistik, Struktur Organiasi, Lembaga-lembaga, dan Badan Otonomnya
Empat santri alumni pondok pesantren Al Yasini Dusun Areng-areng Desa Sambisirah Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan pendiri nujek tersebut bernama Ghozali, Lukman, Abdul Rachman, dan Imam Syafii.
Kini NUJEK yang berkantor pusat di Surabaya memang "masih" beroperasi dan menyebar lebih dari 34 (tiga puluh empat) kota di seluruh penjuru Indonesia. Ke depannya diprediksi aplikasi milik santri milenial ini bakal populer dan sukses mengabdi di negeri sendiri.
|
Ilustrasi tampilan beranda aplikasi Nujek |
Tak cuma melayani transportasi, NUJEK juga menawarkan fasilitas antar barang, pesan-antar kuliner, belanja bahan mentah untuk kebutuhan sehari-hari, penginapan, hingga menyediakan bentuk jasa lainnya secara profesional.
2. Anterin
Aplikasi transpotasi online Anterin didirikan oleh Imron Hamzah dan Rachmat Efendi. Di mana, Hamzah juga bertindak sebagai CEO Anterin. Sayangnya, perusahaan tersebut telah diakuisisi alias dicaplok oleh MNC grup milik pengusaha kondang Hary Tanoesudibyo.
Umumnya aplikasi bermodal kecil lainnya, taktik yang dilakukan Anterin bukan bakar-bakar uang. Melainkan menggunakan sistem "lelang" dalam mematok tarif bagi konsumen. Jadi, pengguna aplikasi tersebut bebas memilih pengemudi mana yang cocok untuknya.
Dengan begitu pelanggan Anterin dapat menentukan pengemudi berdasarkan harga yang ditawarkan, jenis kelaminnya, model kendaraan, hingga yang sudah dikenal atau telah jadi langganan. Kelebihan ini membuat pengguna leluasa memutuskan sesuai preferensi.
3. Bonceng
Di antara beberapa aplikasi transportasi online "kuda hitam" alias pendatang baru, Bonceng yang paling bersifat malu-malu kucing. Terbukti, sejak berdiri sekitar tahun 2018 hingga kini belum menunjukkan perkembangan mencolok.
Faiz Noufal sebagai pendiri Bonceng sepertinya menciptakan aplikasi tersebut bukan semata-mata cari duit. Terbukti, pasar yang disasar adalah warga daerah yang masih minim tersentuh oleh fasilitas transportasi umum yang murah dan mudah.
Hal yang bikin geleng-geleng kepala yaitu nilai rating bintang dari aplikasi driver maupun penumpang Bonceng semuanya di bawah 3. Tak cuma itu, website atau situs resmi aplikasi ini juga tidak ada. Kalau boleh dibilang aplikasi ini enggan hidup tapi juga tak mau mati.
Semoga ke depannya aplikasi Bonceng berkenan meningkatkan diri agar mampu berkarya di kampung tempat tinggal bernama Indonesia ini. Negara ini masih membutuhkan penerus yang kreatif dan berdaya saing kuat dengan bangsa-bangsa "penjajah".
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Aplikasi Transportasi Online "Kuda Hitam" yang Mulai Menjamur di Kota Indonesia"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*