Banjirembun.com - Ini bukan tulisan yang membahas tentang masalah radikalisme, rasisme, konflik SARA, fanatisme, atau fobia pada golongan tertentu. Melainkan membicarakan tentang hak dan kesetaraan umat Islam untuk meraih kehidupan mulia menurut sudut pandang keyakinan.
Dalam ajaran agama Islam untuk memperoleh pahala amat beragam caranya. Tentunya ibadah wajib yang dikerjakan sesuai aturan pasti bakal bernilai ganjaran dari Allah SWT. Begitu pula kegiatan sehari-hari dari bangun tidur hingga istirahat lagi bagi umat Islam mampu menjadi ladang pahala.
Dari sini dapat dipahami bahwa memilih, mensubscribe, memfollow, hingga menjadi konsumen setia sesama umat Islam dapat bernilai pahala. Apalagi ketika diniatkan sedekah untuk membantu seiman, bakal dapat tambahan kebaikan ekstra di mata Allah SWT.
Kendati demikian, perlu digarisbawahi bahwa menjadi pemeluk Islam itu mesti berakhlak baik pada semua makhluk seperti manusia, hewan, tumbuhan, bahkan benda mati. Artinya, berakhlak baik pada non muslim alias kafir juga dianjurkan. Dapat berfungsi sebagai dakwah dan syiar kemuliaan Islam.
Tentu sebelum berakhlak luhur pada orang yang jauh dan "asing", lebih bijak utamakan dulu ditujukan pada kerabat dan tetangga. Baru kemudian sesama umat Islam. Jangan langsung memilih orang-orang "tak jelas" asal usulnya tapi justru mengabaikan untuk perhatian dan peduli terhadap sesama pengikut Rasulullah SAW.
Dalam segala hal utamakan atau prioritaskan umat Islam. Baru setelah mengalami jalan buntu, apa boleh buat terpaksa manfaatkan apa yang ada. Namun, jangan lupa diniatkan dengan tepat. Sebab, bermuamalah atau berinteraksi dengan orang kafir juga dapat pahala saat tujuannya mencari ridho Allah SWT.
Dari sini dapat ditegaskan tentang memilih-milih teman, toko, mitra, penyedia jasa, konten kreator, atau hal-hal lain terkait kebutuhan hidup merupakan kewajaran. Semua manusia memiliki kecenderungan dan orientasi tersendiri dalam memutuskan siapa serta apa yang harus menghiasi hidupnya.
Lihatlah mayoritas komunitas, suku, agama, atau ras tertentu umumnya mereka lebih condong beli dan jadi pelanggan pada orang yang "sewarna" dengan dirinya. Kalau pun dibagikan ke pihak lain atau orang "luar", itu nilainya teramat kecil bagi mereka. Cuma bagai kotoran kuku. Dengan kata lain, hanya sebagai basa-basi.
Baca juga: 5 Alasan Umat Islam Indonesia Harus Kaya Raya
Periksa SUBSCRIBE YouTube kalian. Tentu yang banyak mengikuti channel kalian mayoritas orang seagama, sesuku, satu minat (hobi), satu ideologi, sewarna kulit, atau yang tak jauh dari itu. Intinya bahwa perilaku pilih-pilih merupakan peristiwa alami. Tak perlu diperselisihkan.
|
Ilustrasi akun YouTube |
Saat ada Muslim yang menolak keras beli di minimarket waralaba juga jangan disalahkan. Apapun itu alasannya, termasuk lantaran pemilik perusahaan tersebut tak ada daya tariknya maupun ternyata pengelola toko itu (pemegang franchise) bukan bagian dari komunitasnya. Lantas memutuskan beli di toko milik warga lokal.
Pesan terakhir, jadilah muslim cerdas. Tak perlu mengkampanyekan boikot sana boikot sini. Lakukan dakwah secara elegan. Hindari gembar-gembor di media sosial. Cukup bagikan tautan artikel ini pada sesama muslim. Supaya mereka sadar dan tak salah pilih tempat dalam mengeluarkan uang.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Muslim Boleh Pilih-pilih Penjual dan Konten Kreator Sesuai Ajaran Islam "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*