Banjirembun.com - Orang yang punya sifat takut mati kebanyakan disebabkan oleh sikap ogah kehilangan apa yang sudah dimiliki. Serta khawatir ketika mati terjadi nanti, tak dapat lagi menggapai impian-impian yang diidamkan.
Ada pula orang enggan menghadapi kematian lantaran meyakini bakal merasakan proses menyakitkan saat tercabutnya nyawa. Belum lagi masih pesimis karena amal dan pahala dinilai terlalu sedikit sebagai bekal di akhirat kelak.
Sungguh tak masuk akal. Mengaku punya iman, malah percaya diri mengatakan cinta Allah SWT, tapi saat Dia menghendaki hamba-Nya mati justru "agak" menolak. Seakan-akan tidak menerima takdir yang telah ditetapkan-Nya.
Kelahiran, kehidupan, dan kematian merupakan bagian sunatullah. Diterima atau ditolak, pasti semua manusia menjalaninya. Namun, bukan berarti setiap makhluk hidup mesti mengalami siklus atau ritme yang sama.
Umumnya runtutan kehidupan insan yaitu dari lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, pensiun, sepuh, baru meninggal. Kenyataannya semuanya enggak bisa semulus itu. Di tengah-tengah kadang terdapat kondisi serius.
Ada yang semasa hidup sebelum matinya mengalami cacat fisik, sakit-sakitan, hingga cacat mental. Ada juga yang mengalami kematian sebelum tahap menua akibat kecelakaan, pembunuhan, hingga terkena penyakit kronis.
Jadikan Mati Sebagai Kebahagiaan Terindah
Jangan dikira mati di usia tua itu dijamin membahagiakan. Hindari anggapan bahwa mati di kala senja mampu jadi kesempatan bertaubat, menikmati sisa hidup dengan hiburan serta jalan-jalan, dan hidup bahagia bersama sanak keturunan.
Kematian adalah pasti, tapi kebahagiaan belum dapat dipastikan karena itu perjuangkan |
Sekali-kali bayangkan hal terburuk saat sebelum meninggal kondisi fisik lemah justru menyusahkan keluarga. Apalagi bagi yang terkena penyakit pikun seperti alzeimer, dimensia, atau parkinson. Itu semua membuat otak mengalami rusak permanen.
Mau mati di umur berapa pun bukanlah hal penting. Lebih baik utamakan mencari cara bagaimana agar kematian yang dialami menjadi bagian paling bahagia dan terindah di hidup. Sebenarnya itu amat mudah.
Agar bahagia di waktu menjelang mati, langkahnya bersihkan segala kotoran di hati dan pikiran. Pastikan rasa penasaran terhadap masa depan, ambisi pada harapan, maupun tertarik pada tantangan telah lenyap dari gejolak jiwa.
Hilangkan akhlak tercela pada sesama. Sadari bahwa dunia ini memang seperti ini adanya. Tak perlu berharap lebih. Sebaiknya pindahkan sandaran diri hanya kepada Allah SWT. Buat apa terus-menerus di dunia kalau ternyata tertipu olehnya.
Ingatlah, orang yang siap menghadapi kematian lebih bahagia dirinya ketimbang mereka yang berhasil bertahan hidup tapi takut mati. Sungguh tragis di kala sebelum ajal datang bayang-bayang kecemasan selalu datang.
Apalagi untuk manusia yang terlalu optimis pada kehidupan ini. Meyakini semua akan semulus dikira. Akibatnya, di waktu musibah mendera mereka bakal mengalami kepedihan. Baik tatkala kehilangan maupun meninggalkan dunia.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Menjadikan Kematian Sebagai Kebahagian Terindah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*