Banjirembun.com - Iming-iming di media sosial terkait kesuksesan dan capaian hidup teramat sering melintas di beranda aplikasi medsos. Bukannya berefek positif justru kadang dampak negatif yang diterima. Misalnya, hati menjadi iri serta setelah jejaknya diikuti malah gagal (bangkrut) dan kena tipu.
Pemilik akun medsos yang sedang unjuk diri tersebut memperlihatkan nominal gede penghasilan bulanan, memamerkan kendaraan mewah, mempertontonkan bisnis atau usaha yang berkelas, hingga hal-hal keren lainnya. Contohnya punya restoran, kos-kosan, peternakan, pertanian, dan hal lain yang terlihat "waow".
Kisah suksesnya dikemas dengan narasi tulisan dan video yang menggiurkan. Nampak begitu mudah diikuti dan ditiru. Ternyata itu semata-mata demi konten. Agar banyak yang menonton. Lebih parah lagi, supaya produk atau jasa yang diselipkan di video dipakai atau dibeli oleh pihak yang sedang kebelet sukses.
Baca juga: Hati-hati dengan Penyakit Istibtha', Kebelet Sukses Secara Prematur
Setelah menonton video tentang kesuksesan dan kemewahan orang lain, lebih baik cepat-cepat kuasai diri sendiri. Jangan sampai tergoda lalu terburu nafsu segera meraih sukses seperti dia. Serta ingin punya apapun yang diidamkan biar bisa langsung disuguhkan di hadapan teman, tetangga, dan keluarga.
Hidup ini Bukan Maraton Maupun Sprint
Maraton adalah perlombaan lari jarak jauh minimal 10 kilometer tanpa berhenti. Sedangkan sprint adalah lari cepat jarak pendek sejauh 100, 200, dan maksimal 400 meter. Keduanya merupakan adu keterampilan dalam berlari dengan cara efektif dan seefisien mungkin. Di mana, yang dinilai hasil akhirnya bukan proses.
Ilustrasi lari marathon (gambar dimodifikasi dari sinisini) |
Andai hidup ini layaknya maraton dan sprint sungguh betapa melelahkan. Otak, raga, jiwa, dan hati diforsis untuk kerja keras mencapai tujuan. Makin cepat tergapai semakin bisa istirahat sambil menikmati hadiah dan piala kemenangan. Lantas setelah itu mengikuti ajang maraton di bidang lain.
Hindari terpancing bergerak dengan maksud ingin mengalahkan seorang pemuda belia yang sukses karir dan bisnisnya. Jangan juga minder melihat apa-apa yang sudah dia punyai. Sebab, setiap manusia punya waktu masing-masing kapan akan berada di puncak ritme kehidupan. Semua sudah ada takdir yang tertulis.
Ingatlah, senantiasa nikmati proses. Anggap tujuan atau hasil sebagai hadiah. Senyampang tak punya hutang dan hidup tak menyusahkan siapapun, teruslah berada di jalur. Tak perlu tergoda ikut-ikutan jalan hidup orang lain yang lebih dulu sukses. Belum tentu setelah ditiru bakal berbuah keberhasilan.
Sering atau begitu gampangnya begonta-ganti serta berpindah-pindah bidang pekerjaan merupakan langkah berbahaya. Risikonya akan berulangkali mengawali dari nol. Belajar lagi sesuatu yang baru. Berakibat tidak bakal pernah menjadi ahli di bidang apapun secara mendalam yang tak bisa tergantikan.
Padahal, saat mau bersabar dan tetap menikmati bisnis yang dirintis, sebenarnya berpotensi luar biasa. Pendapatan yang dikantongi ke depannya berpeluang lebih besar ketimbang orang sukses yang lebih dulu meninggalkannya. Berhubung lantaran oportunis dan mau instan akhirnya memilih potong kompas.
Rumput tetangga umumnya lebih hijau dan menarik mata. Menyebabkan pekerjaan yang sedang ditekuni terasa sepele, kalah, dan tidak "seksi". Kenyataannya, banyak di luar sana yang juga mengalami hal sama. Merasa rendah diri. Bahkan, ada yang lebih mengerikan yaitu jadi pengangguran.
Percayalah hidup ini tidak seperti orang sedang kejar-kejaran saling mendahului mencapai garis finish. Berpikir dan memandanglah seluasnya. Belum tentu kesuksesan mereka langgeng sampai hari tua. Belum tentu di balik perjuangan mereka segampang dan "sesuci" yang dikira. Sadarlah, semua hal ada masalah dan hambatan tersendiri.
Banyak tokoh inspiratif, baru merasakan "hasil" jerih payah di usia 40 tahun lebih. Meski di umur 20-an tahun telah memulai karir, nyatanya di tengah-tengah itu kerap jatuh bangun. Bisa berada di fase aman dan mapan saat tubuh telah keriput menua. Artinya, di usia muda mereka belum ada apa-apanya yang patut dijadikan keteladanan.
Tenang dan kalem saja. Tidak usah terburu nafsu. Sesekali bayangkan juga sewaktu-waktu ajal datang. Padahal terlanjur berhutang untuk modal usaha. Alhasil, mewarisi tanggungan bayar cicilan berbunga pada keluarga. Oleh sebab itu, hati-hatilah dalam melangkah. Terlebih biadab dan kelamnya hidup orang-orang yang "pernah" sukses jarang diketahui.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Hidup ini Bukan Maraton Apalagi Sprint, Jadi Hindari Kebelet Sukses"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*