Banjirembun.com - Dalam memandang waktu dan uang masing-masing manusia punya standar penilaian sendiri. Ada yang lebih menghargai waktu ketimbang uang. Baginya waktu luang lebih berefek membahagiakan ketimbang punya uang banyak.
Begitu pula terdapat tipe manusia sebaliknya. Mereka menilai uang sebagai "tuhan". Sedangkan waktu yang dimiliki terasa sangat kurang, singkat, dan sempit. Mereka merasa kekurangan waktu. Bukan dipakai untuk "bahagia" tapi untuk bekerja.
Dua cara pandang di atas sejatinya yang akan menentukan kondisi kejiwaan seseorang. Mau seperti apapun keadaan manusia, jika dalam menyikapi tentang waktu dan uang sudah salah maka potensi "kehilangan" makna hidup semakin besar.
Dampaknya sungguh mengerikan. Bukannya menjadi sebagaimana layaknya manusia seutuhnya, justru kehidupan yang dijalani bagaikan hewan. Cuma memikirkan diri sendiri, keluarga, dan kelompoknya. Lantas mengabaikan bahkan menindas kawanan binatang lainnya.
Tak kalah seramnya yaitu orang yang hanya peduli waktu luang tanpa peduli sandang, pangan, dan papan yang layak (bermutu). Mereka juga pantas disebut kehilangan sisi manusiawi. Buat apa menjalani hidup kalau nasib diri sendiri dan keluarga tak diangkat derajat dan martabatnya.
Nyatanya, meski orientasi masa depan sudah benar sayangnya realitas berkata lain. Inginnya menuju fase bebas dari terbebani tanggungan finansial dan terlepas ikatan waktu. Namun, yang terjadi uang dan waktu yang dimiliki masih teramat kurang.
Berikut ini empat tipe manusia terkait kepemilikan waktu dan uang:
1. Banyak Waktu Tapi Sedikit Uang
Orang yang masuk kategori ini ialah para pengangguran. Uangnya sedikit tapi punya waktu melimpah. Kalau pun ada duit, itu hasil pemberian keluarga. Dia cuma menerima tanpa perlu banting tulang, terbebani mental, dan memeras pikiran untuk memperoleh apa yang diinginkan.
Manusia tipe ini mempunyai ciri-ciri meliputi jadi beban keluarga, tak punya kreativitas, pemalas, dan ogah susah. Mungkin saja sementara waktu hidupnya gembira lantaran leluasa menggunakan waktu. Akan tetapi di masa depan dia akan mengalami kesusahan dalam bertahan.
2. Banyak Uang Tapi Memiliki Waktu Sedikit
Orang yang punya ambisi untuk terus menumpuk harta bakal memandang waktu dan uang adalah segalanya. The time is money. Menurutnya waktu merupakan modal penting untuk meraup uang. Waktu dipandang berharga melebihi uang. Akibatnya, dia merasa senantiasa kekurangan waktu.
|
Ilustrasi gedung perusahaan bank |
Manusia yang masuk kuadran kedua ini umumnya seorang pebisnis, pengusaha, dan eksekutif perusahaan. Walau punya uang banyak, mereka tidak bisa meninggalkan dan mengabaikan pekerjaan. Sebab, risikonya mengalami bangkrut serta kehilangan jabatan.
3. Tidak Banyak Uang Maupun Waktu
Para pegawai, karyawan, dan buruh yang gajinya minim alias pas-pasan serta rentan pemecatan masuk domain ketiga ini. Mereka punya penghasilan. Akan tetapi sisa uang yang bisa ditabung amat sedikit. Ditambah saat tiba-tiba di-PHK membuat mereka rentan jatuh miskin.
Para pekerja beraktivitas seharian minimal 7-8 jam demi memperoleh upah. Mau bekerja sebagus apapun, teramat kecil dalam mempengaruhi naik jabatan dan bertambah gaji. Ironis, semakin giat bekerja malah pihak yang paling diuntungkan yaitu atasan serta tentunya juragan perusahaan.
4. Banyak Waktu Maupun Uang
Jangan dikira semua pensiunan yang punya banyak waktu dengan sendirinya serta merta pula banyak uang. Faktanya mayoritas orang sepuh mengalami hidup serba terbatas. Mereka hanya mengandalkan tunjangan tiap bulan. Lebih parah menggantungkan nasib pada anak cucunya.
Supaya mampu mencapai level banyak waktu sekaligus uang, siapapun mesti berinvestasi. Tentunya bentuk, jumlah, dan metode penanaman uang tersebut harus memadai. Dengan begitu, hanya dengan tidur tanpa susah payah uang mengalir begitu mudah ke rekening pribadi. Di usia tua disibukkan menyalurkan uang.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "4 Tipe Manusia Terkait Kepemilikan Waktu dan Uang "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*