Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

5 Hal yang Pantang Dilakukan oleh Broker, Agen, atau Mediator Properti

Banjirembun.com - Profesi makelar, broker, mediator, perantara, sales, atau agen jual-beli properti semakin menggeliat. Baik itu yang resmi semisal kerja sama dengan developer serta di bawah perusahaan agen properti maupun serabutan yang bergerak bebas tanpa ikatan.

 

Jangan salah sangka. Di kantor marketing pada perumahan tertentu juga sangat berpotensi disusipi oleh makelar tak resmi. Meskipun itu karyawan tetap developer, amat mungkin pergerakannya di luar aturan. Melakukan plintat-plintut.


Baca juga: Arti Plintat-plintut dan Plintutan dalam Bahasa Jawa


Berhubung persaingan bisnis properti semakin ketat, lebih baik sebagai broker harus mampu menjaga citra diri. Salah satunya dengan menghindari pantangan-pantangan tertentu agar sumber penghasilan menjadi mediator tidak semakin sulit.


Di antaranya hindari pamer penghasilan, tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi pembeli, pilih-pilih konsumen secara sadis, terburu-buru ingin dapat poin, dan mengabaikan prospek jangka panjang. Semua itu menjadi penyebab mediator jual-beli tanah dan rumah sepi pelanggan.


1. Pamer Penghasilan

Seorang sales marketing properti yang pamer uang di media sosial baik itu di pesan pribadi, status, sampai grup bertopik properti wajib dihindari. Apalagi uang tersebut dijelaskan secara gamblang dari hasil komisi atas transaksi yang sukses dimediasi.


Begitu pula pamer kemesraan dengan pasangan, kendaraan baru, makan di restoran, berwisata, menginap di hotel, atau pamer masalah lain yang menimbulkan penasaran tapi sungkan untuk ditanyakan. Kecuali pamer kegiatan seminar properti, prestasi, capaian, atau hal-hal lain yang masih terkait properti.


2. Tidak Bisa Menyesuaikan dengan Kondisi Pembeli

Saat sedang menjual rumah mewah tampilkan diri sebagai agen properti berkelas. Selain tampil klimis layaknya pekerja kantoran barangkali diperlukan bawa mobil saat survei di lapangan bersama klien. Orang kaya bakal lebih respek ketika dia mampu diimbangi pembicaraan dan tampilannya.


Sebaliknya, di waktu menjualkan rumah minimalis dan murah kenakan busana sederhana tapi tetap rapi dan bersih. Kendarai sepeda motor yang sudah banyak beredar di pasaran. Dengan begitu calon pembeli tidak minder ketika menghadapi makelar. Ingat, pembeli adalah raja. Oleh sebab itu, jangan kalahkan raja.


3. Pilih-pilih Konsumen Secara Sadis

Karakter konsumen kerapkali sulit ditebak. Inilah yang membuat broker sering terkecoh. Kelihatannya tak serius mau membeli nyatanya betul-betul siap membayar. Terlihat orangnya tak berduit kenyataannya tabungannya banyak. Tampaknya bodoh tentang dunia properti ternyata berpengalaman.


Pilih-pilih user atau klien yang ingin membeli tanah serta rumah boleh saja. Asal dilakukan secara elegan. Tanpa merendahkan dan meninggalkan begitu saja bagi mereka yang sedang mencari rumah. Komunikasikan secara sopan santun agar tak melukai hati.

Objek jual-beli properti 


4. Terburu-buru Ingin dapat Poin

Kebelet ingin segera memperoleh poin atau komisi dengan cara meminta pembeli cepat-cepat memberikan kepastian merupakan langkah gegabah. Hal yang sama saja yaitu setelah deal seakan memaksa pembeli segera membayar lunas. Serta memberandol uang tanda jadi yang besar.


Dalam bisnis jual-beli tanah dan rumah semestinya dilakukan secara resmi. Ada hitam di atas putih. Dengan cara itu seorang makelar tidak perlu khawatir saat persenan terlambat dibayar. Toh objek yang dijualbelikan tidak bisa dibawa kabur. Dari sini dapat dipahami kepastian hukum sangat penting.


5. Mengabaikan Prospek Jangka Panjang

Jangan berharap bisnis properti dapat berkelanjutan di masa depan tatkala sikap profesional tak dijaga. Seorang mediator harus mampu tampil elegan. Baik itu di dunia nyata ataupun di internet. Pisahkan mana urusan pribadi dan mana bisnis.


Hindari curhat masalah pribadi di media sosial. Melankolis, mengeluh, posting sesuatu yang tak penting, sampai ikut urusan politik. Fokus saja selalu membahas tentang bidang properti. Kalaupun ingin memberikan selingan postinglah foto atau video anak dan orang tua.


Membangun nama baik diri sendiri sehingga dikenal sebagai pribadi kuat, pejuang, bertanggung jawab, berwawasan mendalam terkait properti, sabar, cinta keluarga, serta ramah sangat penting. Ingatlah bahwa promosi dari lisan ke lisan jauh lebih mujarab daripada iklan berbayar.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Hal yang Pantang Dilakukan oleh Broker, Agen, atau Mediator Properti"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*