Banjirembun.com - Cita-cita erat kaitannya dengan profesi, pekerjaan, atau aktivitas rutin lainnya yang diidam-idamkan bakal terwujud pada masa datang. Umumnya yang diincar tersebut memiliki karier yang pasti, bergengsi, elit, berduit, hingga bisa dipandang hebat layaknya pahlawan karena jasanya.
Jarang sekali di Indonesia terdapat anak kecil punya cita-cita jadi tukang sapu, tukang sampah, sopir bis, maupun kuli bangunan. Lantaran dianggap semua itu sebagai pekerjaan remeh, tak bernilai, bikin malu, serta tidak memiliki kontribusi signifikan bagi masyarakat.
Baca juga: Jangan Urusi Jumlah Harta dan Pekerjaan Orang Lain, ini Zaman Modern Bung!
Kebanyakan bocah cilik alias bocil cenderung pilih bidang pekerjaan yang tak butuh terlalu banyak penggunaan otot. Lebih mengutamakan otak yang tentunya memerlukan syarat sulit untuk "masuk". Mengira bahwa otot itu bukan bagian penting dari kehidupan.
Berbeda di negara-negara maju. Anak kecil begitu polos dan semangat menjawab tatkala ditanya "Cita-cita ingin jadi apa?" Penuh gairah bersuara "Jadi pedagang makanan." Ada yang jawab "Jadi petugas kebersihan kota". Serta jawaban membumi dan realistis lain.
Apa salahnya punya cita-cita jadi petugas kebersihan. Jangan dibilang cuma sebagai pekerjaan buangan alias tujuan akhir bagi orang yang tak "terpakai". Padahal itu juga termasuk kerjaan mulia. Untuk bekerja di bidang tersebut bukan sembarang orang bisa jalani. Sebab, bersih-bersih tetap butuh keterampilan tersendiri.
Bayangkan saja apa yang terjadi ketika tak ada tukang sampah. Setidaknya ada tukang sampah tapi skill tidak mumpuni. Akhirnya hasil kerja ala kadarnya. Butuh waktu lebih lama dalam bersih-bersih. Intinya, itu jadi bukti bahwa tidak semua orang mampu dan ahli dalam menjalaninya.
Hindari sikap meremehkan pekerjaan apapun. Bisa jadi orang yang dihina nyatanya hidupnya jauh lebih berguna dan bermanfaat. Ingatlah, semua pekerjaan sama-sama penting dan mulia bagi kehidupan. Tak boleh diskriminatif. Kita semua bagian dari satu sistem tatanan masyarakat yang tak terpisahkan.
Tanpa pekerjaan-pekerjaan "kasar" tersebut sebuah kota maupun negara tidak bisa berjalan dengan sempurna. Apapun cita-citanya semua individu berhak mendapat pendidikan layak, hidup pantas, gaji cukup, liburan, serta hak-hak lain yang juga dimiliki warga pada umumnya.
Baca juga: 6 Pekerjaan Berpenghasilan Lumayan Tanpa Ijazah Maupun Modal, Minimal Setara UMR
Taraf hidup negara kita dengan negara lain memang masih beda. Di negara maju tukang sampah mampu liburan ke luar negeri. Menjadi turis yang terlihat berduit. Adapun di sini tukang sampah diberi bayaran ala kadarnya. Itu pun tak sembarangan orang dapat jatah "tempat".
Meski ada tukang sampah yang bergaji UMR entah kenapa masih juga dia merasa malu untuk jujur tentang pekerjaannya. Sungguh aneh. Tidak korupsi, manipulasi, melanggar ajaran agama, atau pun berbuat tindak pidana tapi seakan pekerjaannya justru jadi beban.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Jangan Remehkan Tukang Sampah, Bisa Jadi Hidupnya Lebih Berguna dari Si Penghina"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*