Banjirembun.com - Sebenarnya mengatasi gejala autoimun pada jenis-jenis penyakit tertentu sangat mudah. Tanpa perlu ke dokter guna minta resep obat. Asal mau dan mampu berkonsisten atau berkomitmen menjaga pola makan dan menjalani diet khusus autoimun.
Bagaimananpun, menahan diri dari hal-hal yang menjadi pantangan bagi penderita autoimun harus ditegakkan. Pada prinsipnya, penerapan protokol autoimun merupakan kunci utama sekaligus faktor penentu dalam mencegah gejala autoimun kambuh (flare).
Penyakit autoimun dikatakan "sembuh" ketika pasien tidak lagi perlu menggunakan obat-obatan tertentu. Serta tak ada gejala-gejala ringan yang muncul kembali dalam durasi lama. Sayangnya, untuk mencapai hal tersebut tidak gratis. Butuh pengorbanan dan perjuangan.
Penyintas autoimun tidak boleh merasa dirinya telah bebas dari penyakit ketika gejala mereda. Dia mesti sadar diri bahwa kondisi fisiknya berbeda dengan orang lain. Tubuhnya sangat manja dan ringkih. Tak hati-hati dalam memakai dan merawat raga bisa jadi gawat.
Salah satu upaya yang bisa ditempuh penyintas autoimun yaitu melakukan terapi. Di mana, maksud dari terapi adalah usaha untuk menjaga kesehatan, memulihkan gejala sakit, dan menghilangkan penyakit dengan metode tertentu. Dengan demikian, terapi berguna untuk mencegah dan mengobati.
Berikut ini terapi yang saya lakukan agar terjadi remisi gejala autoimun:
1. Diet khusus autoimun. Pola makan sehat khusus autoimun berbeda dengan diet sehat pada umumnya. Sebab, ada sejumlah makanan yang baik dan dianjurkan justru berdampak buruk bagi penyintas autoimun. Saat gejala muncul saya menghindari tomat, terong, cabai, jagung, garam, gula, gluten, tepung-tepungan, susu, nasi, buah-buahan, micin, dan lain-lain. Cuma makan sayuran hijau (khususnya daun pepaya, kembang kol, dan pare) dan ubi cilembu. Terkadang makan tempe rebus/bacem. Diet ketat saya lakukan hingga gejala benar-benar hilang.
2. Konsumsi suplemen vitamin D3. Vitamin D amat diperlukan bagi penderita autoimun. Dosisnya disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala. Dosis normal harian vitamin D3 orang dewasa yaitu 400-800 IU. Dalam kasus tertentu bisa ditingkatkan menjadi 1000-4000 IU perhari. Bahkan, penggunaan 5000-10000 IU bisa digunakan untuk terapi penyakit kronis. Diet khusus autoimun saja terkadang tidak cukup diandalkan untuk meredakan gejala. Masih butuh suplemen. Apalagi kalau gejalanya parah dan berlarut. Sebab, diet autoimun tersebut hanya berfungsi menghindari penyebab flare autoimun.
3. Konsumsi suplemen simbiotik. Simbiotik merupakan kombinasi antara prebiotik dan probiotik. Keduanya sangat dibutuhkan bagi kesehatan usus. Kalau usus sehat membuat kinerja sistem imunitas tubuh menjadi terkendali kembali. Sistem pencernaan menjadi faktor penentu kesehatan tubuh secara keseluruhan. Di mana, 70% lebih penyebab sakit dimulai dari kondisi pencernaan yang bermasalah. Minum suplemen ini menjelang tidur. Tanpa disertai makan. Lebih disarankan perut dalam keadaan kosong.
Contoh suplemen simbiotik |
4. Meredakan gejala sakit dengan herbal. Saat demam serta flu saya meminum herbal sambiloto, meniran, kunyit, dan jahe. Untuk kunyit dan jahe saya rebus sendiri dengan cara diiris-iris. Penggunaan obat-obatan tertentu mungkin mampu meredamkan keluhan pasien. Akan tetapi, di waktu obat habis justru gejala makin parah. Sebab, obat-obatan tersebut malah makin bikin kacau sistem imun tubuh. Begitu pula penggunaan obat anti nyeri dan anti kejang. Saat flare atau kambuh hindari dulu obat-obatan. Kecuali obat yang diresepkan dokter spesialis Penyakit Dalam, spesialis autoimun, atau imunolog.
5. Kontrol suasana hati. Tekanan batin, stres, atau depresi sangat berpengaruh negatif bagi pengidap autoimun. Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara ridho menerima takdir dari-Nya sangat penting. Jangan pernah merasa bahwa autoimun akhir dari segalanya. Hindari berprasangka buruk pada-Nya. Sebab, masih ada kesempatan untuk menjadi lebih baik. Meski pola hidup baru yang ramah autoimun bakal terus dijalankan seumur hidup.
6. Tidur malam yang cukup. Durasi tidur saya setiap malam lebih dari 6 jam. Diimbuhi dengan tidur siang beberapa menit. Tidur dan istirahat sangat penting untuk membantu pemulihan sel-sel imun yang tak terkendali. Lebih lengkap silakan baca di sini "Terlalu Banyak Tidur dan Kurang Tidur Saat Puasa, Inilah Bahayanya". Jangan samakan pola hidup di masa lalu dengan yang sekarang setelah terjangkit gejala autoimun.
7. Mengenali tubuh sendiri. Menjaga dan merawat tubuh sendiri tidak boleh sembarangan. Dilarang ikut-ikutan begitu saja. Sebab, tubuh penyintas autoimun memiliki perbedaan dengan manusia umum. Bahkan, antara sesama penderita autoimun sendiri barangkali polanya mirip tapi ada perbedaan untuk kasus-kasus autoimun jenis tertentu. Jangan pernah menyangkal fakta beserta konsekuensinya bahwa diri sendiri terkena autoimun.
8. Minum air putih lebih banyak. Saya minum setiap hari 2 hingga 3 liter malah terkadang lebih. Menyesuaikan tinggi badan 167 Cm dan berat saya 75 Kg. Air putih dapat membantu metabolisme tubuh. Sambil mencoba kembali mengonsumsi makanan yang sebelumnya jadi pantangan. Kalau ada gejala timbul kembali kemungkinan makanan itu harus dihindari selamanya. Setidaknya, tunggu dulu hingga fase flare benar-benar berakhir baru dicoba makan lagi.
9. Mengonsumsi suplemen minyak ikan Omega 3, vitamin K2 MK-7, dan Calcium-Magnesium-Zinc. Di mana, berdasarkan penelitian omega 3 sangat penting untuk mengatasi gejala autoimun. Selain itu, dia juga berfungsi mendukung penyerapan vitamin D3 dan K2 dalam tubuh. Adapun Calmagzinc sebagai pelengkap kebutuhan mineral harian. Sedangkan vitamin K2 berperan mengurangi risiko overdosis vitamin D3.
Itulah terapi yang saya pakai dalam meremisi gejala-gejala autoimun. Lebih detail dan pembahasan secara umum silakan baca tulisan ini "Cara Remisi Gejala-gejala Autoimun". Semoga kita semua tetap terjaga kesehatan agar senantiasa produktif.
Saya sudah menulis sejumlah artikel tentang autoimun di website Banjir Embun ini. Terutama di akhir bulan Maret 2022. Silakan kalian baca supaya dapat manfaat. Ada banyak hal penting yang bisa ditemukan di sana. Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan. Aamiin.
Disclaimer:
Tulisan tentang penyakit autoimun ini hanya bersifat memberi wawasan tentang dunia kesehatan. Tidak dapat dijadikan rujukan maupun "alat pembenar" dari prasangka sebelumnya. Oleh sebab itu, guna mendapatkan kesimpulan utuh diperlukan membaca artikel-artikel lain tentang topik atau pembahasan terkait.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Inilah Terapi-terapi yang Saya Lakukan Hingga Tercapai Remisi Gejala Autoimun "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*