Banjirembun.com - Istibtha' adalah penyakit hati yang menyebabkan seseorang berambisi untuk segera berhasil atau sukses sebelum waktunya. Istibtha menyebabkan perilaku manusia menjadi tamak, tidak bersyukur, terburu-buru, hingga mengabaikan tentang konsep takdir Allah SWT.
Umumnya rasa ingin cepat meraih apa yang diimpikan terjadi pada anak muda. Hal itu terjadi lantaran kehidupan anak muda zaman sekarang penuh persaingan. Terutama disebabkan interaksi di media sosial yang sangat tinggi.
Begitu pula informasi di internet telah membuat mereka banyak pengetahuan terkait cara-cara instan. Terpedaya mengikuti langkah tersebut padahal ternyata cuma kedok penipuan. Serta ada yang terpancing hutang di aplikasi pinjaman online demi memenuhi gaya hidup.
Obsesi ingin cepat bisa unjuk diri dengan tampil kaya biar dibilang sukses merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa. Apalagi itu ditempuh secara prematur. Dia haus akan pujian dan perhatian orang lain. Serta merasa bangga tatkala kesuksesan tersebut bisa diperoleh dengan cepat.
Baca juga: 6 Alasan Seseorang Nekat Caper Alias Cari Perhatian
Orang yang merasa rezekinya datang terlambat, serta di sisi lain ingin segera punya aset tertentu, merupakan pemicu istibtha'. Akibatnya, bakal menempuh segala cara demi mendapat apa yang diidam-idamkan. Misalnya berhutang secara riba, menipu, manipulasi, korupsi, mencuri, atau perbuatan haram lainnya.
Belum tiba waktunya proposal proyek, tender, atau bantuan bisa lolos lantas melakukan suap. Belum saatnya diterima kerja atau naik jabatan langsung melakukan kolusi dan nepotisme demi pekerjaan. Kemudian membeli rumah maupun kendaraan secara riba. Hasrat ingin memiliki dunia sebelum waktu ketentuan jadi alasan manusia menabrak syariat Islam.
Jangan takut kehilangan rezeki. Hindari merebut hak orang lain. Bagian rezeki semua manusia pasti terbagi-bagi secara sempurna tanpa secuil pun terlewat. Kalau tetap memaksakan diri berbuat zalim itu akan menyulitkan diri sendiri. Yakinlah, terkadang rezeki malah datang sendiri tanpa harus dipancing.
Bagaimanapun juga manusia tak dituntut oleh Allah semasa hidup agar punya rumah, tanah, mobil, duit banyak, atau bunga dunia lainnya. Manusia diperintahkan oleh-Nya hanya untuk menjadi pribadi bertakwa. Kesimpulannya, proses mengais rezeki lebih penting daripada berapa hasil yang digapai.
Apa yang patut dibanggakan ketika meraup kesuksesan menggunakan langkah-langkah kotor, najis, dan menjijikkan. Terlebih setelah itu uangnya digunakan membeli barang-barang tertentu untuk dipamerkan. Ingatlah, teramat menyesal para pendosa besar yang tak taubat. Selain diazab di dunia, mendapat pula siksa lebih pedih di akhirat.
Ilustrasi jalan kesuksesan (Sumber gambar) |
Ironi manusia, banyak orang yang takut miskin tapi tak takut dosa. Kenyataannya, perbuatan dosalah yang dapat mendatangkan murka Allah. Di mana, murka-Nya merupakan sebenar-benarnya bencana besar yang lebih buruk dari kemiskinan. Dua hal yang tak sebanding.
Kaidah yang berlaku sudah jelas yaitu sehebat apapun usaha yang dijalankan kalau belum rezeki tak akan begitu menghasilkan. Asumsi lain, dua pengusaha boleh saja menggunakan cara sama persis di bidang bisnis yang sama, malah lokasi berdekatan, tapi rezeki mereka tetap beda.
Apa yang dihasilkan dari setiap ikhtiar manusia sampai kapanpun tidak akan melampaui ketetapan jatah rezeki yang sudah ditakdirkan. Pembagian rizqi tidak berdasar pada amal ibadah. Namun, bukan berarti mesti statis (diam). Justru umat Islam dituntut dinamis. Banyak bergerak dan berkreativitas sebagai bagian memenuhi perintah-Nya untuk bertebaran di muka bumi.
Sungguh merugi orang-orang yang ingin memperbesar diri dan mengharumkan nama, padahal kebutuhan sudah melebihi cukup, berhasrat membuka kran baru sebagai sumber penghasilan tambahan dengan cara berhutang riba. Tak perlu memaksakan. Kalau memang rizqi pasti akan ada jalannya tersendiri.
Intinya, harus senantiasa bersabar dan terus ikhtiar menjemput rezeki dengan halal sebagai bagian ibadah dan wujud ketaatan pada-Nya. Bukan karena ingin segera kaya raya. Bukan disebabkan supaya dapat membeli sesuatu yang diinginkan. Dengan begitu harapannya rezeki jadi berkah. Memperoleh kebahagiaan sejati.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Hati-hati dengan Penyakit Istibtha', Kebelet Sukses Secara Prematur"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*