Banjirembun.com - Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum peduli pada perubahan drastis terkait teknologi, sosial, alam, hingga iklim. Termasuk di dalamnya perkembangan ilmu pengetahuan pangan. Terkhusus yang menyangkut rekayasa genetika.
Sikap abai dan ketidakpedulian manusia pada dinamika kehidupan sungguh berakibat fatal. Mereka cuma ingin yang gampang, instan, murah, dan enak dinikmati. Tanpa peduli bagaimana cara membuat serta bagaimana dampak buruknya.
Mirisnya, industri global memfasilitasi dengan mudah terhadap kebutuhan tersebut demi memanjakan manusia. Salah satunya dalam bidang makanan. Di mana, untuk tujuan bisnis perusahaan memproduksi makanan transgenik atau GMO.
Arti Transgenik Alias GMO
Transgenik adalah persilangan gen yang dilakukan untuk menghasilkan varian baru dengan cara mensisipkan gen asing dari makhluk hidup lainnya yang karakternya beda. Umumnya tujuan utama transgenik yaitu mendapatkan produk pangan secara praktis.
Sedangkan GMO merupakan singkatan dari Genetically Modified Organism. Yakni, organisme atau makhluk hidup yang telah dimodifikasi genetiknya. Hal ini mirip dengan ungkapan rekayasa genetika. Akan tetapi punya perbedaan dengan kloning.
Istilah transgenik berasal dari dua kata. Yakni, trans yang artinya pindah serta gen yang berarti pembawa sifat. Dari sini sudah dapat diketahui bahwa transgenik sangat mirip dengan kawin silang atau hibrida. Namun, keduanya tetap beda.
Kalau hibrida lebih cenderung dilakukan pada makhluk hidup yang memiliki hubungan kekerabatan dekat, adapun transgenik sangat luwes. Bahkan, transgenik pada tumbuhan dapat disisipi gen yang berasal dari hewan. Itu kenyataan di luar nalar.
Perpaduan gen dilakukan dengan maksud bisa melahirkan makhluk hidup baru yang mempunyai nilai komoditas. Sebuah perusahaan terkadang hanya memproduksi sesuatu tapi sangat mengabaikan sisi kemanusiaan. Tujuan utama mereka keuntungan finansial.
Makhluk hidup yang bersifat transgenik biasanya memiliki masa panen singkat, biaya pemeliharaan murah, tahan penyakit, tanpa biji, hasil panen melimpah, hingga memiliki rasa lezat. Secara kasat mata sungguh terlihat menguntungkan bagi peradaban manusia.
Penerapan transgenik pada tanaman dapat memodifikasi buah dan sayur agar tak cepat busuk saat di simpan. Serta agar dalam masa tanam tidak rentan terserang virus, bakteri, maupun jamur. Kendati seperti itu yang namanya "buatan" manusia pasti tidaklah sempurna.
Bahaya Mengonsumsi Pangan Transgenik
Laju pertumbuhan populasi manusia telah menjadi peringatan keras. Salah satunya muncul ancaman krisis pangan yang dapat menimbulkan kelaparan parah di mana-mana. Itulah salah satu alasan mengapa transgenik digalakkan.
Baca juga: Skenario Depopulasi Umat Manusia Secara Alami Maupun dari Hasil Rekayasa
Sayangnya, dibalik penerapan teknologi transgenik menyimpan petaka tersembunyi. Sebab, sebagian tanaman maupun hewan transgenik lebih ringkih terhadap serangan penyakit. Mereka perlu obat-obatan atau penanganan lain yang tentu butuh dosis sangat tinggi.
Pemakaian pupuk, anti hama, vaksin, obat, antibiotik, dan bahan kimia buatan lainnya tak cuma membahayakan ekologi. Selain muncul risiko pencemaran air dan tanah, dapat pula berakibat pada gangguan kesehatan. Ancaman itu sungguh nyata di depan mata tapi kerap dilalaikan.
Belum lagi secara bawaan, tubuh manusia sebenarnya berpeluang tidak cocok dengan hasil pangan transgenik. Tatakla terus-menerus dikonsumsi dapat berakibat terjadi mutasi gen pada manusia. Salah satu akibatnya akan memunculkan penyakit kronis.
Walau ada klaim tentang sayuran, buah, dan ternak yang dibudidayakan secara organik tanpa produk kimia pabrik, tapi nyatanya bibitnya hasil transgenik tetaplah diwaspadai. Sebab, umumnya bila produk pangan diproses secara organik maka bibitnya juga alami. Bukan hasil rekayasa gen.
Bagaimanapun, mengonsumsi pangan transgenik memunculkan berbagai risiko bahaya. Di antaranya kena penyakit autoimun, kanker, jantung, darah tinggi, ginjal, hati, diabetes, maupun penyakit menahun lainnya. Malahan terkadang menimbulkan reaksi alergi ketika dikonsumsi.
Baca juga: Jangan Asal Makan, Sebab Makanan Sangat Berpengaruh Besar pada Perubahan DNA atau Genetik Anak Cucu
Contoh produk transgenik pada tumbuhan yaitu kedelai, padi, jagung, kentang, tomat, pisang, pepaya, dan lain-lain. Hingga kini sebenarnya produk jagung dan kedelai jenis tertentu secara biologis hanya boleh diberikan pada hewan ternak. Sebagai bahan pakai ternak. Artinya tidak dijual bebas.
Adapun contoh hewan transgenik meliputi sapi, ayam, kambing, ikan lele, patin, dan lain-lain. Intinya, semua produk pangan yang dibudidayakan secara masal hampir semuanya melalui proses transgenik. Sebab, andai semua alami berakibat masa panen butuh waktu lama dan biaya tinggi.
Dari sini dapat dipahami bahwa produk transgenik bukan dihasilkan dari proses alami. Sedangkan produk kawin silang bisa dilakukan secara alami tanpa melibatkan peran manusia. Kasus-kasus hibrida tersebut banyak ditemui di alam liar.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti Transgenik Alias GMO, Kalau Masih Ingin Sehat Wajib Tahu Ini"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*