Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Penyebab Flare pada Autoimun dan Cara Mengatasinya

Banjirembun.com - Flare artinya marak (viral/mencolok), suar mercusuar, atau kembang api sebagai tanda. Adapun dalam istilah kesehatan, penderita autoimun dikatakan flare tatkala secara tiba-tiba mengalami gejala akut dan parah. Baik itu tingkat gejalanya sama maupun lebih menyakitkan dari sebelumnya.


Flare autoimun bisa juga disebut sebagai kambuhnya gejala-gejala autoimun. Padahal sebelumnya kondisi sudah stabil dan terkendali. Pada umumnya, fenomena flare biasanya didahului dengan gejala ringan. Saat tak segera ditangani gangguan menjadi lebih membara.


Hal di atas dapat diartikan bahwa penderita autoimun gagal dalam mencegah munculnya kembali gejala. Kemudian saat timbul, juga lalai untuk segera menghilangkan atau meredakan. Padahal gejala ringan autoimun telah menyerang.


Baca juga: Gejala-gejala Autoimun

 

Pada akhirnya flare-up terjadi.  Di mana, keluhan antar satu pasien dengan pasien lain sangat mungkin beda. Tergantung pada jenis autoimun yang diderita, tingkat keparahan, kondisi tubuh, hingga keterlambatan dalam menanganinya.


Kadang dijumpai kasus khusus saat flare terjadi ada pengidap autoimun mesti di ICU dulu. Mengalami koma atau tak sadar diri. Harus menggunakan alat khusus supaya organ tubuh tetap bekerja. Sambil menunggu tubuh bersih-bersih diri dalam proses pemulihan.


Akan tetapi ada pula flare (aktivitas penyakit autoimun sedang tinggi) cukup ditangani secara mandiri tanpa perlu resep obat dari dokter. Oleh sebab itu, penyandang autoimun tidak boleh gegabah ketika mengalami gangguan aneh di tubuh. Sangat mungkin itu pertanda flare akan tiba.


Ada pendapat yang menyatakan situasi flare atau tidak dapat ditentukan melalui tes laboratorium. Hal itu artinya, meski tanpa gejala apapun pasien autoimun sebenarnya mungkin sudah berada di fase flare. Tinggal menunggu pemantik atau pemicu sehingga "kebakaran" dalam tubuh terjadi begitu menyakitkan.

Sumber gambar 


Penyebab Flare Autoimun

Penyebab flare dengan penyebab seseorang divonis penyakit autoimun ada sejumlah perbedaan. Secara detail berikut ini beberapa hal yang dapat jadi penyebab flare:


1. Stres atau depresi. Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan fisik. Begitu pula sebaliknya. Stres dapat mengganggu beberapa sistem dalam tubuh. Terutama berdampak pada sistem pencernaan yang tentu memainkan peran penting pada autoimun.


2. Sinar matahari. Bagi sebagian orang asupan sinar matahari secara wajar mungkin menyehatkan. Akan tetapi bagi beberapa penderita autoimun, matahari sangat membahayakan. Disebabkan terdapat radiasi sinar ultraviolet.


3. Kelelahan. Capek beraktivitas fisik seharian dapat menyebabkan otak dan tubuh mengalami tekanan. Akhirnya, kinerjanya menurun yang berakibat pada gangguan hormon maupun cara kerja imunitas.


4. Infeksi dan luka karena virus serta bakteri atau patogen lainnya. Peradangan yang menimbulkan luka, maupun sebaliknya luka yang menimbulkan peradangan sangat berisiko bagi penyintas autoimun. Sebab, sel-sel imun tidak cuma menyerang musuh di sekitar luka tapi bagian tubuh lain yang sehat.


5. Konsumsi obat-obatan tertentu. Ada kasus pasien autoimun yang menyerang saraf. Menimbulkan rasa nyeri di punggung atas dan kaku leher. Lantas diberi obat anti nyeri dan anti kejang. Sudah barang tentu justru makin parah karena obat tersebut membahayakan untuk autoimun.


6. Konsumsi makanan yang jadi pantangan autoimun dalam jumlah banyak atau sedikit tapi sering. Sebut saja seperti gluten, jagung, terong, cabai, paprika, biji-bijian (termasuk beras dan gandum), susu, kacang-kacangan (termasuk kacang tanah), tomat, kentang, garam, gula, micin, dan lain-lain. Barangkali sesekali atau dua kali dalam waktu dekat serta kadarnya enggak berlebihan bukan jadi masalah. Apalagi untuk telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian jauh bisa ditoleransi.


7. Kekurangan vitamin D. Diet yang salah atau pola makan yang terlihat menyehatkan kadang malah berbahaya bagi pasien autoimun. Salah satunya bisa mengalami defisiensi vitamin D. Padahal vitamin D sangat dibutuhkan bagi penderita autoimun. Vitamin D ikut pula berperan dalam menyehatkan usus yang terkait erat dengan autoimun.


Cara Mengatasi Flare Autoimun

Cara menangani flare tergantung pada kondisi tubuh, tingkat keparahan, jenis penyakit autoimun, dan seberapa lama gejala dialami. Bagi sebagian pengidap autoimun barangkali gejala flare mudah ditangani sehingga mampu segera pulih. Kembali hidup "normal" meski bertahap.


Malahan setelah remisi (pengurangan gejala) berhasil dilakukan tak perlu menjalani protokol autoimun dengan ketat. Sedangkan, di masalah flare lain penanganan tidak perlu menggunakan obat resep apapun dari dokter. Cukup ditindaklanjuti sendiri secara telaten, terukur, dan berdasarkan kajian ilmiah.


Berikut ini cara mengatasi flare autoimun:


1. Minum obat penekan imunitas dan anti radang. Obat ini harus berdasarkan resep dokter Spesialis Penyakit Dalam, imunolog, atau spesialis autoimun. Bagi sebagian pasien obat diminum cuma saat flare terjadi sampai gejala hilang. Akan tetapi bagi sebagian lain wajib dikonsumsi dalam jangka panjang.


2. Konsumsi suplemen vitamin D3. Kebutuhan vitamin D3 manusia dewasa sehari antara 400-800 IU (1 IU sama dengan 0.025 microgram). Pada kasus tertentu kadang badan orang dewasa perlu asupan lebih. Setidaknya 1000 hingga 4000 UI perhari. Takaran sebesar itu masih bisa ditolerir. Justru pada masalah serius dosis vitamin D3 bisa tembus 5000-10000 bahkan lebih. Selalu diingat bahwa vitamin D jangan pernah disepelekan.


3. Lakukan diet khusus autoimun, salah satunya intermittent fasting (puasa berselang). Fungsinya memberikan kesempatan tubuh untuk bersih-bersih dan mereset diri. Dengan puasa sel-sel tubuh yang rusak dapat hilang dengan sendirinya.


4. Memilih-milih hidangan yang akan dinikmati. Menyantap ubi (terutama ubi cilembu) sangat bermanfaat untuk menjaga perut awet kenyang tapi minim berisiko. Selingi dengan sayuran. Salah satunya kembang kol. Sebisa mungkin tanaman organik. Kuliner lain yang ramah serta barangkali berefek positif untuk autoimun meliputi teh hijau, air rendaman lemon, konsumsi lebih banyak air putih, ikan (terutama salmon dan tuna), daun kemangi, dan kaldu tulang.


5.  Jaga kesehatan sistem pencernaan. Konsumsi makanan yang baik untuk pencernaan seperti kunyit dan jahe. Kalau perlu minum suplemen simbiotik berupa kapsul. Penormalan fungsi usus ini dilakukan hingga benar-benar gejala mereda. Baru setelah itu sedikit demi sedikit dicoba kembali pada kehidupan normal sambil mengawasi respon tubuh.


6. Membangun ketenangan diri. Ibadah, berdoa, bersyukur, ikhlas menjalani tugas-tugas hidup, sabar, zikir, sampai ridho menerima takdir merupakan modal penting bagi orang kena penyakit autoimun. Pikiran yang tenang akan membuat sistem kekebalan tubuh mudah terkendali.


7. Istirahat total. Cukup di rumah saja akan membantu dalam mengurangi beban badan dan pikiran. Hal itu juga membuat tubuh terhindar dari pancaran sinar matahari. Beri jeda sampai keadaan benar-benar terkendali. Tidur cukup setiap malam 7-8 jam. Adapun tidur siang 5-20 menitan.


8. Jaga diri dari terserang infeksi. Sebab, penderita autoimun sangat sensitif pada infeksi. Salah satu caranya menghindari makanan yang jadi pencetus sistem kekebalan tubuh terganggu. Di mana, peradangan pasien autoimun mudah terjadi saat terdapat infeksi meski hanya tingkat kecil. Makanan yang dihindari jagung, gula, kerang, susu, gandum, dan lain-lain.


9. Konsumsi suplemen asam folat (folic acid), omega 3, kalsium, Vitamin B12, Vitamin B6, dan Vitamin B2. Dalam kategori tertentu mengonsumsi suplmene asam folat dan kalsium sudah cukup untuk meredakan sel-sel imun yang hiperaktif sehingga menyerang sel-sel baik.


Disclaimer: Periksakan diri ke dokter Spesialis Penyakit Dalam atau lebih spesifik dokter ahli autoimun saat curiga mengalami flare autoimun. Kiat-kiat atau tips tulisan di atas hanya disarankan bagi pasien yang kondisi autoimun masih terkendali alias terkontrol. Adapun dalam kasus tertentu penyandang autoimun amat diperlukan rutin atau secara berkala periksa ke tenaga ahli kesehatan. Hal itu supaya tepat dalam penanganan.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Penyebab Flare pada Autoimun dan Cara Mengatasinya"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*