Banjirembun.com - Remisi autoimun adalah pengurangan gejala-gejala autoimun sampai fase stabil diraih. Hal itu lantaran sistem imunitas tubuh sudah mulai terkendali sehingga tak ada peradangan. Remisi autoimun bisa dilakukan menggunakan obat resep dokter spesisalis Penyakit Dalam maupun ditangani sendiri.
Remisi mudah dilakukan saat gejala masih ringan. Sedangkan gejala berat atau terjadi flare barangkali untuk remisi memerlukan penanganan ekstra. Butuh waktu lebih lama, suplemen, diet khusus autoimun secara ketat, sampai perlu obat-obatan tertentu.
Remisi autoimun bertujuan untuk menghilangkan ketergantungan tubuh pada obat-obatan dan suplemen. Meski penyakit autoimun tetap ada di tubuh, gejala mudah hilang tanpa terapi khusus. Cukup menjalani pola hidup sehat ala penyintas autoimun.
Pola hidup sehat ala penyandang autoimun wajib dijalani seumur hidup. Di masa mendatang jika ada pelanggaran asupan gizi dan meninggalkan diet khusus autoimun maupun hal-hal penting lain maka sel-sel imunitas kembali bekerja tak normal.
Penerapan protokol gaya hidup autoimun tergantung pada 3 hal. Pertama, sejauh mana tingkat keparahan bocornya usus (likigan). Kedua, bagaimana respon sel imun pada makanan dan patogen tertentu. Ketiga, gejala klinis apa yang sedang dialami serta apakah juga ada penyakit lain.
Sungguh tiada guna mengonsumsi obat-obatan tapi pola hidup tidak diatur. Penyandang autoimun harus punya keteguhan hati dalam memahami tubuhnya sendiri. Pada kasus tertentu justru "menjaga diri" jauh lebih efektif dalam meremisi ketimbang obat.
Penanganan autoimun supaya ada remisi berfungsi mengontrol respon imun berlebihan. Mencegah sel imun menyerang bagian tubuh yang normal dan sehat. Serta mencegah peradangan semakin parah di dalam tubuh akibat adanya infeksi bakteri, virus, jamur, atau patogen lainnya.
Menyadari dan mendiagnosa sejak dini gejala ringan autoimun sangat penting. Oleh sebab itu, gejala aneh apapun dalam tubuh walau itu ringan serta jauh berbeda dari gejala autoimun sebelumnya wajib segera ditangani dengan bentuk pencegahan agar tak kambuh atau flare.
Gejala baru inilah yang sering membuat penyintas autoimun lengah, lalai, atau terperdaya. Mengira bahwa gejala tersebut bukan bagian dari penyakit autoimun. Padahal multi gejala pada penyakit autoimun lumrah dialami. Biasanya, karena pasien mengira bahwa penyakit autoimun telah "sembuh".
Contohnya, pada penegakan diagnosis awal dokter memvonis seseorang mengidap autoimun. Dengan gejala nyeri sendi, ruam kulit, dan hipertiroid. Beberapa tahun kemudian karena pasien abai protokol autoimun muncul gejala baru berupa gangguan saraf. Sungguh nahas, tanda aneh di tubuh itu disangka bukan disebabkan autoimun.
Penting diperhatikan. Semakin lama perjalanan penyakit diderita makin berbeda dan beragam pula gejala yang dialami penyandang autoimun. Untuk itu, prinsip dasar berlaku. Yakni, lebih baik mencegah terjadinya gejala baru yang makin parah daripada mengabaikan lantaran menunggu kepastian benar atau tidaknya dulu.
Terapi Autoimun untuk Remisi
Fokus terapi autoimun agar terjadi remisi adalah mengendalikan sistem imunitas tubuh agar tidak menyerang sel-sel sehat di jaringan maupun organ tubuh. Dalam artian hindari faktor-faktor apapun yang jadi pemicu kinerja imunitas bergejolak membara.
Gejala ringan yang diabaikan bakal menjadi petaka. Sesungguhnya gejala tersebut menjadi kode peringatan bahaya bahwa tubuh sedang tidak baik-baik saja. Kalau tak segera dilakukan tindakan pencegahan risiko terjadinya flare amat besar.
Langkah-langkah pertama yaitu hindari dan berhenti bersinggungan dengan hal-hal yang menyebabkan gejala autoimun muncul lagi. Dua di antaranya mungkin termasuk paparan sinar matahari serta pikiran sedang stres. Oleh sebab itu, ketahuilah dulu penyebab flare autoimun.
Tidak cukup dengan itu. Mengevaluasi dan menerapkan pencegahan general (umum) juga barangkali patut diterapkan. Misalnya menghindari segala sesuatu yang jadi penyebab seseorang dapat divonis mengidap penyakit autoimun.
Penggunaan obat-obatan pereda nyeri, anti kejang, atau jenis obat tertentu justru makin memperparah gejala autoimun. Mungkin awalnya seakan hilang tapi setelah habis gejala timbul lagi malah makin parah. Sebab, tidak diimbangi dengan obat lain yang diresepkan dokter spesialis autoimun.
Untuk mengetahui makanan apa yang dianjurkan maupun harus dicegah dalam mengupayakan remisi silakan buka dua link atau tautan berwarna biru di atas. Begitu pula agar tahu hal-hal apa saja yang mesti ditempuh guna mencegah gejala autoimun makin mengganggu hingga menyakitkan.
Salah satu terapi remisi autoimun adalah penggunaan suplemen vitamin D3 dan suplemen simbiotik (probiotik dan prebiotik) berupa kapsul. Dosisnya disesuaikan dengan jenis penyakit autoimun, tingkat parah, lama gejala dialami, dan kondisi tubuh. Kendati demikian, umumnya gejala autoimun disebabkan kekurangan vitamin D.
Dosis normal harian vitamin D3 orang dewasa yaitu 400-800 IU. Di mana, 1 IU setara dengan 0,025 microgram. Namun, untuk terapi kesehatan penggunaan dosis 1000-4000 IU sehari masih dapat ditolerir. Bahkan, 5000-10000 IU atau lebih pada penyakit kronis sering digunakan. Vitamin D juga sangat baik untuk saluran pencernaan.
Adapun terapi suplemen simbiotik dikonsumsi pada batas sewajarnya. Terapi ini berfungsi untuk menormalkan dan menyehatkan sistem pencernaan. Sebagaimana diketahui, diduga mayoritas autoimun dipengaruhi oleh keadaan ususnya. Usus yang "bocor" menyebabkan sistem imunitas kacau.
Tak boleh ketinggalan minumlah suplemen Asam Lemak Omega 3 serta vitamin K2 MK-7. Omega 3 menurut penelitian sangat bermanfaat untuk autoimun. Selain itu berguna untuk membantu penyerapan vitamin D. Untuk vitamin K2 MK-7 sebagai pendamping wajib Vitamin D3 ketika dosis lebih dari 5000 IU.
Selama terdeteksi sedari awal dan segera ditangani, baik secara mandiri maupun oleh tenaga kesehatan, membuat potensi gejala lebih berbahaya bisa dihindari. Penanganan tidak harus menggunakan suplemen maupun obat. Kadang cukup dengan melakukan diet khusus autoimun.
Mungkin penyakit autoimun memang sulit disembuhkan. Lebih ekstrim ada yang mengatakan tak dapat disembuhkan. Akan tetapi semua penderita autoimun tetap punya peluang hidup panjang. Asal senantiasa sigap melakukan, mempertahankan, dan memperpanjang remisi sebelum gejala-gejala menyakitkan berikutnya menjalar.
Semoga kita semua tetap terjaga kesehatan agar senantiasa produktif.
Disclaimer: Periksakan diri ke dokter Spesialis Penyakit Dalam atau lebih spesifik dokter ahli autoimun saat curiga mengalami flare autoimun. Kiat-kiat atau tips tulisan di atas hanya disarankan bagi pasien yang kondisi autoimun masih terkendali alias terkontrol. Adapun dalam kasus tertentu penyandang autoimun amat diperlukan rutin atau secara berkala periksa ke tenaga ahli kesehatan. Hal itu supaya tepat dalam penanganan.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cara Remisi Gejala-gejala Autoimun "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*