Banjirembun.com - Di dalam Al Quran maupun hadis sungguh banyak peringatan tentang adanya hari kiamat serta kehidupan di akhirat. Salah satunya dalam QS. Al Qiyamah ayat 1-14. Di sana sangat jelas dan tegas tentang peringatan tersebut.
Allah SWT telah bersumpah dengan adanya hari kiamat. Kelak saat waktu tiba, banyak jiwa yang menyesali kebodohan dan kesesatan diri. Mereka mengira tidak akan pernah dibangkitkan setelah kematian.
Mayoritas manusia mengira bahwa mati adalah akhir dari segalanya. Padahal nyatanya itu awal dari segalanya. Namun, teramat sayang bahwa setelah kematian tiba semua amal keturunan Adam terputus. Kecuali amal jariyah.
Baca juga: Ternyata Tak Selamanya Amal Jariyah itu Terus Mengalir Pahalanya, Berikut ini 3 Penyebabnya
Mereka beranggapan kehidupan akhirat cuma omong kosong, dongeng, alias cerita fiktif belaka. Alhasil, ketika mereka berbuat baik itu bukan untuk Tuhan. Melainkan tidak lebih hanya sebagai bentuk belas kasihan dan moral kemanusiaan.
Begitu pula sebaliknya. Saat melakukan maksiat tak ada sedikit pun rasa takut atas adanya Hari Pembalasan. Berbuat dosa terus-menerus semaunya tanpa ada beban maupun rasa bersalah. Justru, seakan mengejek eksistensi Tuhan.
Ingatlah bahwa penyesalan selalu lebih menyakitkan ketika sebelumnya telah mengingkari. Rasa pedih akan ditimpakan bertubi-tubi. Merasa malu saat di Hari Persidangan. Sebab, Allah SWT telah membuatnya terbuka untuk seluruh umat manusia.
Ibarat kata hidup ini adalah perjalanan. Lantas di tengah langkah yang sedang ditempuh berjumpa 1 orang. Kemudian orang itu memberi peringatan bahwa lintasan yang akan dilalui terdapat ujung yang berbahaya. Oleh sebab itu, siapkan bekal sedari awal.
Tak ada salahnya percaya pada pesan orang di atas. Setidaknya hal itu bisa menjadi panduan sekaligus jadi motivasi melakukan perjalanan dengan hati-hati. Seandainya orang itu menipu, setidak-tidaknya dapat dipastikan tak bakal mendatangkan kerugian maupun penyesalan.
Ketimbang memilih tak percaya tapi ternyata peringatan yang disampaikan benar adanya. Akhirnya, di ujung perjalanan membuat mata jadi terbelalak. Mau mundur kadung terlanjur. Sedangkan tetap melaju sejumlah "hukuman" akibat lalai sudah mengancam.
Perumpamaan di atas sangat mirip dengan dialog di bawah. Yakni, seperti halnya diskusi antara orang beriman dengan orang ateis:
Ateis bertanya penuh keraguan tentang adanya kehidupan sesudah mati "Andai nanti setelah kematian ternyata tak ada apa-apa, tak ada surga dan neraka, sungguh betapa ruginya kamu dan orang-orang lain yang terlanjur ibadah saat hidup?"
Jawaban orang beriman ketika coba digoyahkan keyakinannya "Jangan kira tatkala memang ternyata surga maupun neraka benar-benar tak ada terus yang untung kamu saja, sungguh aku juga beruntung karena selamat dari hisab dan ancaman siksa. Namun, jika nyatanya memang keduanya ada maka yang rugi adalah orang-orang yang mengingkarinya saat di dunia."
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Renungan Bagi Umat Islam yang Masih Ragu Terhadap Adanya Kehidupan Abadi Setelah Kematian"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*