Banjirembun.com - Sebuah fakta tak terbantah bahwa mayoritas pemimpin dunia berjenis kelamin pria. Bahkan, negara Amerika Serikat pun yang dikatakan sebagai negara paling demokratis belum pernah mempunyai presiden wanita. Begitu pula hampir semua pemuka agama didominasi oleh kaum adam. Sangat sedikit kaum hawa yang terlibat.
Para ilmuwan atau penemu bidang ilmu pengetahuan juga lebih banyak dipelopori laki-laki. Bisa dikatakan, lelaki lebih mendominasi dari pada perempuan. Kalaupun ada yang mengungguli jumlahnya sangat sedikit. Itu pun, dalam menggapai prestasi amat sulit menyaingi. Sebab, "lawan" atau penghadangnya tak cuma dari laki-laki tapi ditambahi wanita.
Secara anatomi tubuh, nyatanya ukuran otak pria lebih besar dari wanita. Namun, masih banyak para penyanggah yang mengatakan bahwa itu hanya mitos belaka. Kalau pun benar, menurut mereka perbedaan otak antara laki-laki dan perempuan tak punya pengaruh apapun pada kinerjanya. Sungguh suatu pendapat yang terkesan memaksakan diri.
Dalam mengkaji ilmu otak, sekarang ini tak boleh mengabaikan jenis kelamin individunya. Khususnya terkait penelitian pada kondisi kejiwaan atau psikis. Apalagi dalam sebuah kesimpulan dari temuan ilmuwan menerangkan bahwa volume batang otak utuh milik pria rata-rata lebih besar 8-13 persen dari otak wanita.
Kenyataan di atas tentu ikut berpengaruh pada kemampuan atau kecerdasan dalam berbahasa, pengaturan emosi, hingga berlogika. Ditambah lagi dengan jenis hormon yang berbeda. Di mana, laki-laki yang memiliki hormon testosteron sehingga nampak maskulin. Sedangkan, wanita punya hormon progesteron sehingga muncul kesan feminim.
Dengan begitu jangan heran saat ada pertanyaan "Mengapa dari dulu hingga kini kebanyakan guru PAUD dan TK berjenis kelamin wanita?" Salah satu jawabannya ialah itu bukanlah disebabkan sengketa atau konflik gender. Melainkan otak dan hormon wanita memang didesain secara bawaan punya naluri jauh lebih empatik, peduli, dan komunikatif pada anak kecil dibanding pria.
Kendati demikian, harus diakui pula bahwa struktur otak wanita yang mengecil itu disebabkan dari kehidupan nenek moyang manusia. Perempuan dibiasakan untuk mengurusi anak, urusan sekitar rumah, atau hal-hal kecil lainnya yang tidak membuat otak lebih kreatif serta inovatif. Sedang lelaki sudah terbiasa berburu, bersaing, berperang, berkebun, bernelayan, dan lain-lain.
Gen atau DNA pria sudah terlatih sejak dulu untuk bertahan, menyerang, dan mengembangkan. Kalau sekarang ini semisal jumlah perempuan yang menonjolkan diri pada struktur sosial mulai banyak, hampir dipastikan itu sementara. Andaikan tetap dipaksakan, risikonya yaitu terjadi penurunan jumlah populasi. Bakal jarang wanita yang mau hamil dan mengurus anak lagi.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Penjelasan Logis Mengapa Mayoritas Pemimpin dan Ilmuwan Adalah Pria"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*