Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Wajib Tegas pada 3 Hal ini, Tidak Boleh Ditawar-tawar Lagi

Banjirembun - Prinsip hidup yang mulia, harga diri, martabat, dan jati diri sudah semestinya dijaga baik-baik. Tak seorang pun yang boleh mengusik apalagi merusaknya. Sebab, setiap jiwa punya hak untuk hidup bahagia secara terhormat tanpa dinodai oleh ulah sampah-sampah berwujud manusia.


Hidupmu adalah milikmu. Senyampang kalian tidak minta makan, mengemis, menumpang, atau mendompleng orang lain alangkah baiknya tetap tegakkan badan. Hindari membungkuk merendahkan diri pada pihak yang tak tepat. Salah-salah orang tersebut malah berbuat seenaknya.

Ingatlah bahwa kehilangan teman dan mitra yang toxic (beracun) jauh lebih membahagiakan ketimbang mempertahankannya demi tetap mendapat status "punya teman". Oleh sebab itu, jangan ragu bersikap tegas pada mereka yang mulai melakukan 3 hal seperti berikut ini:


1. Disepelekan

Diremehkan, disepelekan, atau dianggap tak penting oleh orang lain dalam kasus maupun takaran tertentu mungkin masih bisa ditolerir. Barangkali orang tersebut masih memberi kompensasi tertentu atau mengimbangi dengan perbuatan lainnya yang jauh lebih baik. Masih layak dipertimbangkan.


Ketika perbuatan meremehkan tersebut sudah keterlaluan sehingga membuat batin tertekan serta terbawa mimpi saat tidur sungguh itu wajib diberi ketegasan. Kendati tetap harus sesuai koridor. Jangan menggunakan kekerasan. Bagaimana pun sikap tegas tidak harus menggunakan emosi kemarahan.

Ilustrasi sikap tegas (sumber gambar)

Tindakan menyepelekan salah satu faktor penyebabnya yaitu kesalahan cara dalam memandang seseorang. Memandang orang cuma dari tampilan fisik. Serta menilainya hanya bersumber dari omongan orang lain. Padahal semua itu salah. Apa yang nampak dan digosipkan belum tentu sama.


Dalam kasus seorang penjaga toko smartphone atau supermarket yang bermental babu terkadang juga dapat menyepelekan konsumen. Pengunjung dicurigai sebagai orang miskin dan "pengganggu". Akibatnya pelanggan disepelekan dan tidak dipedulikan. Berbuat seenaknya dalam melayaninya.


Baca: 5 Sikap Karyawan Toko ini Menunjukkan Mental Babu Alias Pembantu


2. Dijatuhkan Harga Diri atau Martabat

Tingkat harkat kemanusiaan setiap manusia adalah anugerah dari Allah SWT. Sedari lahir manusia punya hak asasi untuk menjaga dan mempertahankan harga diri atau martabatnya. Merusak nilai-nilai kemanusiaan pada satu individu saja berarti sama halnya melecehkan pemberian dari Tuhan.

Terkadang orang memandang rendah rekannya bisa disebabkan oleh kesalahpahaman. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang jadi target direndahkan itu tertutup dan tidak mau menceritakan tentang hidupnya. Namun, kadang pula fenomena menjatuhkan harga diri memang disengaja.


Banyak alasan pihak tertentu menenggelamkan harga diri orang lain. Salah satunya yaitu ingin memperoleh keuntungan finansial. Serta ada pula karena budaya ningrat (strata sosial) yang masih melekat pada dirinya. Dia sudah biasa hidup di tengah keluarga yang dihormati dan disanjung banyak orang.


Salah satu trik (modus) seseorang mengeruk keuntungan dari orang lain ialah dengan cara merendahkan martabat sasaran korbannya. Pada kejadian ini misalnya dilakukan oleh tengkulak yang membeli produk tani dari petani. Para penjual hasil pengolahan lahan itu ditekan kejiwaannya.


3. Dipermainkan

Sasaran orang yang biasanya jadi objek "permainan" ialah orang tidak terdidik, awam, golongan jelata, dan termarginalkan. Kadang orang yang terpelajar dan bangsawan juga bisa dipermainkan. Itu lantaran dia sedang butuh dan pengen banget sehingga melalaikan logika dan akal sehat.


Sering dijumpai oknum pejabat dari tingkat kelurahan hingga pusat sangat mudah sekali mempermainkan rakyat. Melayani tanpa profesionalitas maupun integritas. Berbuat sesuka hatinya. Ironis, setelah diberi uang tambahan baru mau menuntaskan urusan anggota masyarakat.


Dipermainkan itu sungguh menyakitkan. Baik itu dalam hubungan pertemanan maupun hubungan sosial dalam lingkup luas. Jargonnya sangat nampak jelas yaitu "mempersulit yang mudah dan mempermudah yang sudah memberi uang tambahan". Serta sesuai peribahasa "habis manis sepah dibuang".


Patut berhati-hati. Orang yang suka mempermainkan mungkin saja bukan semata-mata tujuan demi mendapat uang atau materi. Melainkan demi ingin membuat orang lain terjatuh karirnya. Dia sengaja mempermainkan orang lain supaya mengalami kesulitan dalam mengembangkan diri.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Wajib Tegas pada 3 Hal ini, Tidak Boleh Ditawar-tawar Lagi"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*