Banjirembun.com - Siapa yang tidak mengenal Abu Nawas. Sosok lucu dan suka mbanyol ini sangat akrab di telinga. Terutama orang-orang terdahulu yang belum mengenal internet dan teknologi informasi. Jauh sebelum karakter Mukidi yang terkenal di medsos akhir-akhir ini, Abu Nawas lebih dulu masuk ke dalam alam pikiran orang Indonesia.
Selain memberikan hiburan berupa humor ternyata banyak sekali cerita tentang Abu Nawas mengandung nilai-nilai, moralitas, sindiran, dan penuh kritik sosial. Salah satunya kisahnya tentang "konspirasi" yang telah dibuat oleh Abu Nawas. Semua orang akhirnya mau saja dibohongi olehnya. Walau nyata-nyata apa yang dia katakan salah besar.
Awalnya, Abu Nawas sedang berjalan-jalan di tengah-tengah pasar. Lantas dia begitu saja membuka pecinya disertai perasaan bahagia dan keceriaan. Tentu orang-orang jadi heran.
Baca: Mengapa Seseorang Bisa Menggandrungi Teori Konspirasi? Berikut 3 Alasannya
Salah satu dari mereka bertanya "Hei Abu Nawas, apa sih yang kamu lihat di pecimu sehingga kau tersenyum bahagia?"
Dia menjawab penuh yakin dan kemantapan "Aku lagi melihat surga. Di dalamnya terdapat banyak bidadari yang cantik".
Salah satu dari mereka tentu tidak begitu percaya sehingga menantang Abu Nawas untuk melihatnya "Coba aku lihat".
Dia menanggapi penuh sinis "Aku tidak yakin kamu dapat melihatnya seperti apa yang telah aku lihat".
Orang-orang di sekitarnya tentu tidak percaya sehingga banyak bertanya "Kenapa?". Ada juga yang penasaran "Kok bisa?".
Dia menjawab dengan argumen yang sangat menyudutkan "Sebab cuma orang-orang yang beriman serta beramal sholeh yang mampu melihat surga dan bidadari-bidadari di dalam peciku ini".
Makin penasaran ada yang tetap nekat menantang "Coba sini saya lihat".
Dengan santai dia mempersilakan seseorang itu mengintip pecinya. Setelah menatap tajam ke dalam peci lantas menyusul menatap ke arah Abu Nawas. Dengan penuh tanda tanya dia juga melihat orang-orang di sekelilingnya. Orang itu berkata "Benar-benar, aku melihat surga dan bidadari, luar biasa".
Seketika suasana heboh terjadi. Banyak yang ingin menyaksikan seperti apa penampakan surga dan bidadari di dalam peci Abu Nawas. Namun, sebelum dia mengizinkan siapapun ikut "menonton" isi pecinya dia mewanti-wanti bahwa hanya orang-orang yang beriman dan beramal soleh yang mampu melihatnya.
Dari sejumlah kalangan yang telah menyaksikan isi peci, banyak orang yang mengaku telah melihat surga dan bidadari. Akan tetapi tak sedikit pula yang begitu jujur dan berani mengungkapkan tidak melihat sama sekali. Dengan tegas mereka berkesimpulan bahwa Abu Nawas telah dusta. Disusul tindakan nyata melapor kejadian itu pada Raja di istana.
Laporan yang mereka berikan yaitu mengatakan Abu Nawas telah menyebarkan isu kebohongan di tengah-tengah masyarakat. Sebagai raja yang terkenal tidak ingin mengecewakan rakyat tentu Abu Nawas akhirnya di panggil menghadap istana. Sang Raja sendiri yang akan menjalankan pengadilan dengan ditonton publik.
Raja bertanya "Apakah betul di dalam pecimu dapat terlihat surga dan bidadari?"
Meski di hadapan raja Abu Nawas tetap tak gentar mengatakan "Benar paduka, telah banyak orang yang juga ikut melihatnya. Akan tetapi hanya orang yang beriman dan beramal sholeh yang mampu melihat. Sedangkan yang tidak dapat melihatnya berarti belum beriman dan beramal soleh. Kalau paduka ingin menyaksikan saya persilakan."
Di tengah rasa penasaran sang raja penuh semangat berkata "Baiklah, akun akan membuktikan sendiri perkataanmu itu."
Sudah barang tentu raja tidak dapat menyaksikan surga maupun bidadari di sana. Sayangnya, raja tersebut bukannya berkata jujur. Melainkan ia mengatakan pada semuanya bahwa telah melihat surga dan bidadari. Raja melakukan itu supaya reputasi sebagai orang beriman dan beramal soleh tak rusak lantaran tidak mampu melihat isi peci Abu Nawas.
Dengan penuh semangat raja berkata "Kamu benar Abu Nawas, aku melihat sendiri ada surga dan bidadari di sini".
Dengan serempak orang-orang yang menuntut keadilan karena merasa dibohongi Abu Nawas terdiam seribu bahasa. Mereka takut pada raja seandainya tetap menyanggah. Apalagi ditambahi stigma kepada orang-orang yang tidak bisa melihat surga dan bidadari sebagai orang tak beriman dan soleh.
Sebuah kebohongan yang mendapat legitimasi kekuatan besar seperti raja dapat berubah jadi konspirasi. Yakni, sebuah persekongkolan dalam kebohongan demi tujuan pribadi. Abu Nawas membatin dalam hati "Seperti inilah kalau ketakutan lebih kuat daripada kejujuran, membuat kebohongan mudah sekali merajalela."
Kebenaran bukan ditentukan oleh seberapa banyak pengikut atau pendukungnya. Bukan pula ditentukan oleh kekuatan besar. Apalagi dipengaruhi oleh perasaan gengsi tidak mau dicap negatif, sehingga supaya dirinya tetap bersih dan aman mau saja mengakui kebenaran "palsu".
Kepercayaan diri untuk memegang prinsip hidup telah diruntuhkan oleh kekhawatiran omongan orang lain. Konspirasi mampu meluluhlantakan kebenaran sejati dan kejujuran hati nurani. Bahkan juga membasmi kecerdasan serta idealisme seseorang.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Konspirasi Abu Nawas yang Berhasil Menipu Semua Orang"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*