Banjirembun.com - Ada orang yang merasa kisah hidupnya paling "super". Menganggap kepahitan hidup di masa lalu merupakan lakon epik, berkesan, dan luar biasa yang patut dibanggakan. Sebab mengira bahwa dirinya telah menjadi yang paling kuat dalam bertahan di tengah cobaan. Sedang yang lain dinilai hidupnya biasa saja atau malah penuh kemanjaan.
Memvonis sejarah hidup orang lain dengan penuh keremehan merupakan karakter orang sombong. Sebab, terkadang orang lain memang lebih memutuskan berdiam tanpa cerita. Meski sangat mungkin kisah hidupnya penuh perjuangan dan rintangan pelik. Dia lebih memilih merahasiakan. Biarlah dia sendiri dan Tuhan yang tahu pahitnya menghadapi hujan badai.
Setiap manusia punya garis takdir sendiri. Semuanya pasti mengalami penderitaan, masalah, hingga musibah walau cuma satu kali dalam hidupnya. Tidak mungkin satu pun yang melewatkannya. Barangkali kasus yang dihadapi berbeda. Namun, tingkat perih dan getirnya bisa saja tak jauh beda menyesakkan. Hindari berpikiran merasa paling "heroik".
Seperti halnya capaian, prestasi, dan hasil yang tidak boleh dibanding-bandingkan antara diri sendiri dengan orang lain, begitu juga jangan membandingkan prosesnya. Menjadi pribadi minder lantaran mengira proses hidup yang dijalani begitu mudah dan bahagia adalah hal salah. Semestinya harus disyukuri. Tak perlu terpancing cari-cari risiko dan masalah.
Membandingkan kehidupan orang lain yang penuh kucuran keringat dalam mencapai hasil dengan diri sendiri yang mudah berhasil harus dihindari. Tanpa diminta pun kelak pasti ada saatnya kesulitan datang. Manusia punya garis waktu masing-masing. Ada jadwal sendiri mendapat jatah kepedihan hidup. Ada yang durasinya lama tapi ringan serta ada yang pendek tapi berat.
Seseorang yang kini hidupnya bahagia mungkin dulu masa kecilnya sudah dipenuhi siksaan batin. Anehnya, banyak yang cuma menilai kehidupannya sekarang. Banyak yang iri, dengki, dan tak menyukai. Terlihat menganggur sering di rumah tapi uang mengalir ke rekening. Hidupnya kini telah mudah dijalani. Tanpa ada rasa khawatir bagaimana kondisi ekonomi.
Kalau misal melihat kehidupan masa lalunya pasti akan prihatin. Lantas memaklumi dan memahami tentang keadaan sekarang, bisa jadi sebagai ganjaran dari kelamnya hidup yang telah dilalui. Dia sudah menghabiskan jatah kegagalan dan keterpurukan. Sudah tidak ada lagi sandungan yang mampu membuatnya bersedih. Hidupnya kini bahagia.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sudah Banyak Manusia Mengalami Kepahitan Hidup, Hindari Berpikir Merasa Paling Kuat Bertahan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*