Banjirembun.com - Kadar seseorang dalam mentolerir hal yang rasional dan tak rasional berbeda. Ada yang terbuka sehingga menerima yang tidak rasional untuk menjadi bagian gaya hidupnya. Bahkan rela memaksakan diri untuk mencapainya. Namun, ada pula yang "waras" dengan tidak tertarik pada hal-hal irasional.
Tindakan yang tak rasional bukan cuma menyasar kaum pinggiran, miskin, dan tanpa pendidikan memadai. Malah dalam kasus tertentu orang yang jauh dari itu beberapa tindakannya bikin miris. Pilihan dan keputusan dalam menata hidup sangat buruk. Terutama dalam masalah keuangan.
Apa perlunya kalian menekan dan membebani diri membikin taman di depan rumah. Menebang hutan di pegunungan untuk membangun vila. Memiliki beberapa mobil yang sebenarnya tidak diperlukan. Serta membangun lapangan tenis di lahan yang dimiliki. Bukanhkah semua itu adalah kemubaziran.
Maksud hati ingin tampil kaya dan keren tapi nyatanya menunjukkan bahwa orang tersebut gagal mengatur diri maupun keuangan. Tidaklah semua hal di atas bisa dinikmati dengan cara berkunjung ke taman kota, naik taksi, menyewa lapangan tenis, hingga menginap di hotel pegunungan.
Seandainya menyewa lapangan tenis itu mahal. Namun, itu jauh lebih murah dibanding biaya membeli tanah, pembangunan lapangan, hingga perawatannya dalam waktu setahun. Ditambah lagi dengan menyewa tidak perlu menguras pikiran sehingga terbebas dari beban menjaganya.
Jalani hidup secara rasionalitas dan penuh kebijaksanaan. Di mana, manusia hidup bukan untuk mengalahkan orang lain. Melainkan bagaimana dia bisa menjalani hidup dengan menyenangkan tapi tetap sesuai kemampuan. Serta masih menggembirakan walau tidak memiliki apa yang diinginkan.
Bagi orang cerdas, barang itu difokuskan pada nilai gunanya dalam kehidupan. Entah orang lain melihat atau tidak, dia tak ambil pusing. Dia tidak peduli orang lain mau bicara apa. Terpenting tujuannya untuk senang-senang bisa tercapai. Buat apa boros keluarkan duit hanya demi "menyumpal" mulut orang.
Jika kalian tetap berdalih mengatakan "Saya tidak puas ketika tak memilikinya sendiri" maka sesungguhnya kalian bagian dari penganut aliran having mode. Yakni, sebuah model kehidupan untuk memiliki apa yang diinginkan. Dampaknya tentu akan menghalalkan cara agar memiliki. Bahkan membuat tamak dan menindas.
Bagaimananpun, kepuasan untuk menikmati benda tidak akan ada batasnya. Sebab akhir dari kepuasan akan selalu melahirkan ketidakpuasan yang baru. Objek yang dipunyai menjadi sarana pemuasan diri yang tak ada titik ujungnya. Apa yang dibeli dan dimiliki muncul dari hasrat sangat berlebihan. Melebihi apa yang dibutuhkan dan di luar jangkauan.
Pada akhirnya walau obsesi untuk menguasai dan mempunyai tercapai tentu akan menimbulkan rasa kecemburuan sosial, konflik, perlawanan, dan orientasi kehidupan yang tak sehat lainnya. Having mode (mode memiliki/menguasai) sejatinya tidak cuma menyengsarakan pihak lain tapi juga diri si pelaku sendiri.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Hidup Tak Selamanya Harus Memiliki Apa yang Diinginkan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*