Banjirembun.com - Bekerja adalah kebutuhan. Tidak cuma untuk mendapatkan duit tapi juga agar mendapat posisi dan pengakuan dari masyarakat. Sebab mempunyai uang tapi menganggur kadang juga masih menerima cibiran. Begitu pula orang yang terlihat kerja santai tapi hasil banyak tak luput dari komentar. Seakan orang yang bekerja keras itu bermartabat.
Kebudayaan penduduk negara berkembang memang bermental "kulit". Melihat sesuatu dari luarnya dan apa yang nampak di mata. Bukannya melihat bagaimana seseorang bisa mencapai ke level tertentu karena kerja cerdas yang dilakukan. Malah mencari-cari pembenaran dengan mengatakan orang itu melakukan pesugihan dan tumbal.
Tidak ada salahnya orang bermimpi kelak hidup mewah bergelimang harta. Akan tetapi sadarlah lebih dulu. Ukur diri sendiri apakah mampu meraih impian itu ketika tidak memperbaiki diri. Mengharapkan sesuatu lebih dengan cara yang sama dengan masa lalu adalah kesalahan. Ubahlah cara pandang dan teknik dalam menghasilkan uang agar lebih berhasil.
Cuma mengandalkan kerja keras tanpa disertai kerja cerdas adalah kekonyolan. Lihatlah orang-orang kaya. Mereka bekerja dengan cerdas. Belajarlah dari mereka mengapa bisa mencapai taraf hidup yang gemilang. Gaya hidup mereka seperti apa. Manajemen keuangan mereka bagaimana. Kalau kalian tahu ilmu mereka niscaya kerja keras ditinggalkan.
Mulai sekarang berhentilah mengejar uang. Sebab orang-orang sukses dalam hidupnya sangat jarang sekali di saat nol mulai merintis usaha hingga sekarang, bekerja cuma karena duit. Mereka bekerja untuk membangun nilai (valeu) diri maupun brand usahanya. Dengan kata lain, investasi yang dilakukan bukan cuma barang dan uang. Melainkan "nama" baik dan merk.
Duit bekerja untuk orang dan orang bekerja untuk uang (sumber gambar) |
Seorang pegawai pun seyogyanya bekerja juga bukan demi uang. Akan tetapi untuk membangun personal branding supaya karir ke depan makin gemilang. Setidak-tidaknya mencari pengalaman berharga sehingga saat membangun usaha sendiri tidak perlu lagi merasakan jatuh bangun ketika ingin membuka bidang usaha.
Akhiri ambisi untuk mendapat duit. Jangan mau diperbudak uang. Fokuslah memberi solusi untuk bangsa. Percayalah, dengan begitu kepuasan batin akan didapat sendirinya. Jadilah politikus yang memang murni untuk mengabdi, bukan untuk mengeruk dolar. Itulah yang dilakukan oleh orang-orang sukses. Menerima dengan cara banyak memberi.
Baca: Pentingnya Personal Branding untuk Kesuksesan Pribadi dan Karir Pegawai
Hindari persepsi salah dalam memandang uang dan benda. Jangan lagi menargetkan sesuatu bertolok ukur pada uang. Di mana, manusia dikatakan berhasil ketika penghasilan perbulan tembus 10 juta. Seorang dipandang sukses tatkala sudah punya mobil. Itu semua telah membodohi, yang membuat banyak orang terbebani dan tersiksa dengannya.
Menjadi kaya raya tak mesti tolok ukurnya punya uang dan harta banyak. Kesehatan, kebahagiaan, kenyamanan, ketentraman, sampai keamanan juga bagian dari kekayaan yang berharga. Bersyukurlah saat ini masih hidup dan sehat di tengah badai pandemi. Negara dalam keadaan aman serta tentram tanpa perang.
Buat apa bekerja keras untuk masa depan yang belum pasti. Oleh sebab itu, menabunglah seperlunya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tak perlu paksakan diri. Bayangkan, jika kalian menabung sebulan rata-rata cuma 3 juta rupiah maka diperlukan 30 tahun untuk terkumpul uang sebesar 1,1 miliar. Uang melimpah bukanlah satu-satu cara untuk bahagia.
Kembali lagi pada pembahasan di awal tulisan ini. Kalau kalian tidak mampu, tak mau, serta tidak kreatif dalam meningkatkan pendapatan jangan sekali-kali bermimpi punya duit banyak. Lakukan cara berbeda setiap kali gagal menghasilkan uang besar. Terus coba lagi dan coba lagi. Bila sudah pasti cara itu gagal lagi maka cari lagi cara lain yang mungkin berhasil.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Berhentilah Bekerja Keras untuk Duit, Sebuah Motivasi Kehidupan Agar Obsesi Kaya Terwujud"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*