Banjirembun.com - Selama ini masih banyak kalangan yang menyalahartikan tentang pentingnya data. Mereka mengira bahwa data itu cuma identitas. Sebut saja seperti nama, tanggal lahir, tempat lahir, domisili, nomor hp, email, atau hal lain yang semacamnya. Padahal data bukan sekadar itu.
Lebih darinya, data yang terpenting dan bernilai tinggi justru dari perilaku objek/pemakai yang jadi sasaran "penambangan" data. Sebut saja seperti kebiasaan mereka saat menggunakan aplikasi tertentu. Dengan kata lain, setiap aktivitas individu yang jadi sasaran akan terus terpantau dan terawasi.
Mereka sering membeli apa, sedang atau sering berada di lokasi mana, sering mencari (search) apa di internet, sampai siapa saja teman komunikasi dunia maya. Intinya data itu digunakan untuk mengintai gerak-gerik setiap pengguna aplikasi 9yang mengeruk data konsumennya.
Hasil tambang data secara kolektif dari masyarakat yang menggunakan aplikasi nakal itu dapat dipakai sebagai bahan mentah untuk tujuan analisis di bidang ekonomi dan politik. Dengan data tersebut para pemodal besar dapat mengetahui ke mana arah atau keinginan pasar sedang bergerak.
Bisa dibilang privasi individu di era digital sekarang sangat mahal. Rakyat mengalami dilema. Ketika ingin tetap mempertahankan privasi diri tentu harus meninggalkan atau tidak memakai teknologi digital seperti ponsel pintar. Namun, dengan meninggalkannya, di sisi lain dapat membuat individu menjadi tertinggal.
Cara Mengeruk Data dari Pengguna Aplikasi
Penggalian data dapat dilakukan secara "paksa" tanpa persetujuan dari pemakai aplikasi. Ada juga yang diambil dengan pemberitahuan di awal saat setelah install aplikasi. Sayangnya, pemberitahuan yang berupa pertanyaan itu seringkali diabaikan atau dianggap enteng oleh pengguna.
Baca: 9 Tips Mengamankan Mobile Banking dari Kejahatan Digital
Ketika pertama dibuka ada pertanyaan "Apakah aplikasi ini diizinkan untuk merekam/mengakses/mengambil suara/kontak/foto/video?" Ketika dijawab "Iya" tentu yang terjadi aplikasi itu bebas mengakses isi di dalam ponsel pengguna. Guna melihat seperti apa video, foto, atau yang lainnya di ponsel mereka.
Tak hanya itu, aplikasi licik yang lebih canggih juga mampu merekam suara orang yang berada di sekitar ponsel. Bahkan saat pengguna ponsel itu itu sedang tidak membuka aplikasi. Artinya percakapan apapun bakal masuk ke pusat penyimpanan data mereka. Lebih dari itu kamera yang sedang tidak digunakan juga dapat "aktif" sendiri untuk merekam.
Begitu pula saat menonton aplikasi media sosial. Baik itu berbasis blog maupun video. Tulisan apa yang sering dibaca serta tontonan apa yang sering dinikmati akan terlacak dengan jelas. Bila seseorang sering membaca dan menonton tentang tema agama maka data mentah yang masuk "orang ini sering mencari hal tentang keagamaan".
Titik lokasi keberadaan pengguna aplikasi saat membawa ponsel juga terlacak. Sedang berada di mana, bersama siapa, berapa lama, hingga untuk tujuan apa. Memang itu masih berupa data mentah. Akan tetapi ketika dipadukan lantas dianalisis dengan benar bakal menjadi data matang yang berharga mahal.
Coba bayangkan data berupa foto, video, rekaman (suara), lokasi yang sering dikunjungi, maupun kebiasaan mereka saat di internet memiliki kemiripan tentu hal itu dapat disimpulkan bahwa orang yang ditarget memiliki minat/hobi/fanatik pada hal tertentu. Belum lagi saat semua data disatukan dengan individu-individu lain.
Betapa berguna data yang didapat di atas agar dapat membaca "arah", tren, atau pola ekonomi atau bahkan politik suatu daerah. Dengan itu pemilik kepentingan bisnis dan kekuasaan dapat membuat keputusan dengan tepat. Sebab mereka sudah tahu seperti apa kondisi masyarakat.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cara Licik Aplikasi Jahat Merampok Data Penggunanya, Bukan Cuma Identitas Diri Tapi Juga Aktivitas Digital"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*