Banjirembun.com - Diam adalah sesuatu yang netral. Tak memihak. Walaupun memihak tetapi tidak dilakukan secara vulgar dan terang-terangan secara terbuka. Terutama tatkala bentuk diam itu tanpa disertai tindakan atau perilaku non verbal (seperti mimik wajah) yang menunjukkan pada pandangan tertentu. Diam dapat meneduhkan sekaligus menakutkan.
Meski seseorang itu berilmu, berpengetahuan, berwawasan, dan berpengalaman banyak bukan berarti mereka boleh banyak bicara. Sebab bisa jadi dalam setiap omongan itu dapat menyebabkan dia "tergelincir". Berbicara itu tidak mudah. Perlu latihan, penataan suara (intonasi), memilih kata, hingga menyaring apa saja yang akan dibicarakan.
Dalam konteks ajaran Islam sendiri Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam". Potongan hadits tersebut selaras dengan peribahasa "Diam itu emas tapi berkata baik itu berlian". Sayangnya, tidak semua orang mampu berkata baik dari segi isi maupun cara penyampaian.
Keharusan menjaga lisan sehingga lebih baik memilih diam saja sangat berlaku pada 5 tipe karakter orang seperti di bawah ini.
1. Mudah Keceplosan
Orang yang berbicara tanpa kontrol serta tanpa menyaring, baik saat menerima informasi maupun mengeluarkan, merupakan ciri orang yang mulutnya mudah keceplosan. Kadang tanpa terencana tiba-tiba dia mengeluarkan omongan pada teman di samping terkait sesuatu yang semestinya disimpan. Dia tidak begitu kuat untuk menahan diri.
Contohnya saat berjumpa orang berduaan saja, di tengah-tengah perbincangan tiba-tiba seseorang mengumbar tentang sedekah, ibadah, hingga kepemilikan harta. Padahal tak ada rencana begitu. Itu merupakan sesuatu yang justru dapat mengantarkan pada riya'. Tentu ibadah yang telah dilakukan pahalanya akan berkurang atau bahkan tertolak atau dihapus seluruhnya.
2. Mudah Lupa dan Sering Salah dalam Memahami
Orang yang pelupa lebih baik memilih untuk diam. Dikhawatirkan kalau ikut berbicara apa yang diinformasikan itu justru akan menyesatkan. Begitu pula bagi orang sulit memahami pembicaraan atau sumber bacaan. Disarankan untuk diam. Ditakutkan apa yang dia pahami tidak sesuai dengan maksud atau tujuan dari pembicara atau penulis.
3. Kejiwaan Tidak Stabil
Individu yang labil sebaiknya diam saja. Baik itu saat di media sosial (medsos) maupun di dunia nyata. Psikis tidak stabil dapat menyebabkan orang berbicara penuh amarah. Emosi tidak terkendali. Sebaliknya, dapat pula terkadang begitu melankolis dan puitis. Akibat lainnya yaitu intonasi (suara) saat berbicara juga begitu tinggi dan tidak jelas sehingga sulit "diterima".
4. Diamnya Lebih Menyelamatkan
Imam Syafi'i pernah bertutur terkait untuk berkata baik atau diam. Beliau berpesan bahwa sebelum orang berbicara sebaikanya berpikir dahulu. Bila ucapannya jelas-jelas tanpa cela akan membawa kemaslahatan maka bicaralah. Namun, ketika apa yang akan disampaikan itu masih ragu atau malah akan membawa kemudharatan (dampak buruk) lebih baik diamlah.
5. Pribadi yang Terlalu Mengumbar Privasi
Bagi orang yang lugu, polos, atau masih belum sadar bahwa menjaga privasi sangatlah penting lebih anggun jadilah pendiam. Bukan cuma untuk mengamankan akun media sosial, mobile banking, ATM, atau yang semacamnya. Menjaga privasi dapat mencegah orang lain menafsirkan atau berasumsi hal-hal melenceng tentang kalian. Dengan menjaga privasi terkait data dan informasi tentang diri kalian akan terhindar bocor ke publik.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Tipe Karakter Orang yang Sebaiknya Memilih Diam Tak Bicara di Medsos Maupun Dunia Nyata"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*