Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Kisah Penyesalan Hasan al-Basri Saat Berburuk Sangka dan Merendahkan Manusia

Banjirembun.com - Tak boleh bangga dan terkagum pada amalan sendiri. Merasa diri paling dekat pada Allah SWT, paling alim, paling rajin ibadah, hingga paling bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi disertai buruk sangka dan merendahkan manusia lain.


Sehebat atau setinggi apapun kalian menggapai ketaatan dalam beragama janganlah pernah meremehkan dan menghina orang lain. Walau itu cuma dalam hati sambil bergumam "Saya lebih mulia dari orang itu, lebih bersih dan suci dari dia."

Ilmu dan karunia Allah itu teramat luas. Boleh jadi kalian menjadi pribadi yang rutin sholat tahajud, puasa sunnah, dan sholat dhuha. Akan tetapi bukan berarti kalian boleh menganggap rendah orang lain. Sebab, bisa jadi orang itu punya amalan lain yang jauh lebih dahsyat.


Orang yang tertidur di sepertiga malam, tidak puasa sunnah, dan enggak menjalankan sholat duha barangkali malah lebih dekat serta punya kedudukan di sisi Allah. Di mana, dia punya keikhlasan dan keridhaan pada Allah atas segala apa yang dia korbankan serta diperjuangkan.


Koreksi lebih dulu pula. Mungkin saja amalan-amalan di atas yang dibanggakan tersebut hanya sebagai modus. Dikotori oleh niat buruk. Menjalankannya semata-mata bukan untuk dekat pada Allah tapi karena ada hajat tertentu. Lebih parah lagi dilakukan karena riya'.


Belajarlah dari kisah masa shalafusholeh bernama Hasan al-Bashri berikut. Saat berada di tepi sunga Dajlah atau Tigris yang membentang dari Turki ke ujung selatan Irak, beliau menjumpai pemuda yang duduk berduan dengan sosok perempuan.


Di sebelah kedua lawan jenis itu ada sebotol minuman. Tentu beliau teramat kaget. Sambil berkata dalam hati "Alangkah buruknya akhlak mereka itu, seandainya seperti aku tentu lebih baik."


Beberapa waktu kemudian Hasan al-Bashri melihat perahu tenggelam di sungai. Beliau tak mampu berenang secara cekatan. Dengan sigap pemuda tadi cekatan menolong korban. Dari tujuh penumpang yang hanyut ada enam yang berhasil dia selamatkan.

Ilustrasi perahu tenggelam di sungai (sumber gambar)


Pemuda itu menghampiri beliau sambil berkata "Bila engkau orang yang lebih mulia dari saya maka demi Allah selamatkan satu lagi penumpang di sana yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta menolong satu orang saja sedang saya telah menolong enam lainnya."

Akhirnya pemuda itulah yang berhasil menolong satu lagi penumpang itu.  Lantas pemuda itu berucap "Tuan, ketahuilah bahwa perempuan yang duduk bersama saya adalah ibu saya. Adapun botol yang menemani kami adalah air biasa. Bukan khamr."


Serta merta beliau tersadar lalu berkata "Sebagaimana engkau telah menyelamatkan semua penumpang itu, semoga pula engkau dapat menjadi perantara dalam menyelamatkanku dari tenggelam pada kesombongan dan kebanggaan diri."


Pemuda itu menanggapi "Semoga doa dan permintaan tuan dikabulkan oleh Allah SWT."


Setelah itu Hasan al Basri menjadi sosok yang matang dari segi rohani dan batin. Beliau selalu rendah hati dan tidak menganggap dirinya lebih baik dari pada orang lain. Allah yang Maha Tahu atas segala ciptaan-Nya.


TAMAT





Baca tulisan menarik lainnya:

1 Tanggapan untuk "Kisah Penyesalan Hasan al-Basri Saat Berburuk Sangka dan Merendahkan Manusia"

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*