Banjirembun.com - Islam adalah agama sempurna. Begitu pula dengan kitab sucinya yaitu al Quran. Kandungan di dalamnya merupakan kebenaran. Tatkala ada kekeliruan berarti orangnya yang salah dalam memahami dan memaknai. Sebab cuma mengandalkan terjemahan.
Untuk belajar al Quran secara komplit, yang tidak cuma pada taraf bisa membaca dengan fasih serta benar, bukanlah perkara mudah. Hal pertama-tama selain mesti fasih membaca teksnya (bukan terjemahan) yaitu menguasai bahasa arab.
Dua hal di atas belum cukup. Untuk menjadi pakar al Quran juga dituntut memahami ilmu-ilmu dasar lain. Meliputi hadits, tafsir, hafal al Quran, hafal hadits, hingga sejarah Islam. Oleh sebab itu, kalau ada orang yang mengaku paham al Quran tapi tidak bisa membacanya jangan dipercaya.
Berikut ini bahayanya memahami al Quran menggunakan terjemahaman bahasa lokal.
1. Terjadi Penyelewangan Tafsir atau Makna
Sebuah kitab yang memuat seluruh ayat-ayat dan surat-surat yang disusun urut sesuai ketentuan al Quran tatkala diberi terjemahan di dalamnya bukanlah disebut al Quran. Melainkan hanya boleh dinamai sebagai "al Quran Terjemahan".
Perlu ada catatan bahwa tatkala ingin memahami al Quran menggunakan terjemahan tanpa dibimbing oleh Ustadz atau Kyai yang menguasai ilmu Quran merupakan kesalahan fatal. Boleh membaca Quran sambil meresapi maknanya. Namun, jangan "keluar pagar" alias offside.
Sungguh bahaya ketika menyebarkan pemahaman al Quran dengan mengandalkan terjemahannya saja. Akan mudah sekali terjadi penyelewengan-penyelewangan kandungan al Quran sesuai dengan nafsu individu masing-masing. Teks terjemahan akan dibuat sesuai dengan kepentingan politik dan ekonomi.
2. Teks Asli al Quran akan Menjadi Langka
Membaca teks asli al Quran (berbahasa arab) mendatangkan pahala. Namun, membaca terjemahannya saja tidak akan mendapat pahala dari membaca al Quran. Kecuali pahala karena mencari ilmu. Itu pun wajib dibimbing oleh orang yang ahli di bidangnya.
Menghafalkan teks asli al Quran juga mendapatkan keutamaan-keutamaan tersendiri di sisi Allah SWT. Bukan menghafalkan terjemahannya. Begitu pula wakaf mushaf atau cetakan al Quran (bukan terjemahan) juga dicatat sebagai amal jariyah.
Semua kondisi di atas merupakan bagian dari beberapa di antara pendukung lain mengapa teks asli al Quran hingga kini masih asli. Dengan itu uji coba pemalsuan al Quran bakal gagal total. Hal berbeda bakal terjadi ketika terjemahan jadi pegangan.
Baca: Menakjubkan! Ini Sejumlah Alasan Kenapa Upaya Pemalsuan al Quran Selalu Gagal Total
Coba bayangkan ketika orang sesuka hatinya boleh menggunakan membaca terjemahan al Quran lantas meninggalkan teks aslinya. Risiko bahaya yang terjadi tentu teks aslinya bakal punah. Sebab, orang seenaknya memahami al Quran menggunakan bahasa lokal masing-masing.
3. Keontetikan al Quran Bakal Dipertanyakan
Sebuah kitab menggunakan bahasa tertentu dan tidak memilih bahasa lain pasti ada alasannya. Bisa jadi penggunaan bahasa itu karena kitab tersebut memang khusus "diberitakan" bagi umat tertentu. Di wilayah atau bangsa pilihan saja.
Alasan lainnya lantaran bahasa yang digunakan tersebut merupakan bahasa yang paling unggul dan murni dibanding bahasa lain. Dengan menggunakannya, sebuah kitab akan mudah dihafalkan oleh banyak manusia dan tentu mudah dipelajari dan dipelihara.
|
(sumber gambar gratis dari Pixabay) |
Teramat bahaya ketika semua bangsa boleh menerjemahkan al Quran sesuai dengan bahasa mereka lantas meninggalkan teks aslinya. Kemurnian dari kandungan asli dari al Quran akan pudar bahkan terjadi kerancuan.
4. Kerancuan dalam Memahami
Bila masing-masing bangsa punya al Quran versi sendiri sesuai bahasa mereka maka yang terjadi adalah kerancuan. Sebab satu kata terjemahan dari bahasa al Quran asli ke bahasa lain tidak mungkin bisa jadi pengganti makna bahasa aslinya.
Misalnya kata "bullshit" dalam bahasa inggris ketika diartikan secara polos yaitu kotoran banteng. Lantas apakah akan sekonyong-konyong diartikan apa adanya. Bisa jadi orang mengucapkan kata tersebut untuk mengumpat atau melecehkan.
Di sisi lain, kemudian dengan penuh percaya diri menerjemahkan kata "bullshit" tersebut dengan omong kosong. Padahal ungkapan "omong kosong" di Indonesia belum begitu berat dan menyiksa. Artinya tidak setara dengan kata bullshit ketika diucapkan untuk mencela.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Empat Bahaya Terjadi Ketika Memahami Ayat al Quran Menggunakan Terjemahan Bahasa Lokal"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*