Banjirembun.com - Sebagian orang mungkin memilih sedekah secara pilih-pilih. Hanya ingin diberikan pada orang tepat. Supaya sedekah yang diberikan dapat digunakan sebaik mungkin. Berharap bakal bisa menjadi sebuah amal jariyah.
Tatkala banyak umat Islam memutuskan memakai jalan seperti di atas, barangkali akan sedikit orang sedekah. Serta hanya sebagian kecil dari seluruh makhluk hidup maupun benda mati di muka bumi ini yang menerima sedekah.
Sebetulnya, syarat dan ketentuan sedekah itu tak cuma ditujukan atau dikhususkan untuk umat Islam dan manusia umumnya. Memberi maupun membantu hewan, tumbuhan, dan lingkungan juga tetap dinamakan sedekah.
Hal yang menakjubkan tentang sedekah ialah seorang yang berpenampilan ramah dan murah senyum juga dikatakan sebagai sedekah. Sebab, sedekah itu tidak melulu tentang memberi uang atau barang. Melainkan tentang niat berbuat baik pada makhluk.
Ada beberapa alasan mengapa orang Islam pilih-pilih dalam bersedakah. Tidak mau mendermakan hartanya pada sembarang orang. Salah satunya karena sesuatu yang disedekahkan itu bernilai besar dan sulit didapat.
Berikut ini tiga cerita tentang pentingnya sifat ikhlas. Meski sudah terlanjur bersedekah pada orang salah akhirnya rasa ikhlas muncul juga.
1. Tiga Kali Bersedekah pada Orang Salah
Rasulullah menceritakan tentang orang yang pernah bersedekah tiga kali. Semua sedekahnya salah sasaran. Tak satupun sesuai harapan.
Pada suatu malam orang yang ingin bersedekah itu berdo'a pada Allah "Ya Allah, malam ini saya ingin sedekah. Tunjukan saya seseorang yang membutuhkan sedekah saya."
Lantas ia keluar dari rumahnya. Setiba di suatu tempat ia bertemu dengan laki-laki. Tanpa pikir panjang karena hatinya sudah mantap ia memberi sedekah pada pria tersebut.
"Ini sedekah untukmu". Ia berkata lembut padanya.
Keesokan pagi masyarakat gempar. Muncul berita di kalangan masyarakat bahwa semalam ada seorang pencuri mendapat sedekah. Tahu hal itu tentu dia merasa menyesal bersedekah.
Malam berikutnya ia memohon lagi pada Allah "Ya Allah, tunjukkan saya seseorang yang berhak menerima sedekah, saya akan memberikan sedekah pada dia, semoga dapat bermanfaat."
Sehabis itu ia langsung berkeliling kota di kegelapan malam. Kemudian ia menemukan seorang perempuan. Tanpa pikir panjang karena itu sudah jadi pilihan hatinya ia memberi sedekah padanya.
Esok paginya masyarakat semakin heboh. Ada kabar menyeruak tentang seorang pelacur atau pezina mendapat sedekah. Kenyataan itu membuat ia menyesal kembali. Merasa sedih karena telah bersedekah pada orang salah.
Pada malam selanjutnya ia bermunajat lagi pada Allah "Ya Allah, hamba mohon beri hamba petunjuk, saya ingin bersedekah pada orang yang berhak menerima sedekah."
Usai berdoa ia bergeges keluar rumah. Mencari-cari siapa yang pantas menerima sedekah. Bertemulah ia dengan seorang lelaki. Sekonyong-konyong ia berikan sedekah padanya. Hatinya sudah memutuskan.
Besok paginya banyak orang yang geger gara-gara sebuah info bahwa tadi malam ada orang kaya yang dapat sedekah. Hatinya makin terpukul. Ia menganggap sedekahnya sia-sia.
Pada suatu malam berikutnya ia tidur. Lalu ia bermimpi. Dalam bunga tidur itu Allah SWT mengutus malaikat untuk memberi kabar gembira padanya.
"Wahai Fulan sedekahmu yang pertama pada si pencuri telah Allah terima. Ketika kamu bersedakah pada pencuri itu telah menghalanginya untuk mencuri. Sebab kebutuhannya telah terpenuhi."
Baca: 4 Fungsi Penggunaan Nama "Fulan", Ternyata Juga Disebutkan dalam al Quran
"Sedekahmu yang kedua juga Allah terima. Pemberianmu itu telah menghalangi umat Islam untuk berzina. Sebab perempuan itu telah merasa kebutuhannya terpenuhi sehingga tak perlu berzina."
"Sedekahmu yang ketiga Allah terima pula. Sebab dengan kedermawananmu itu membuat pria kaya yang awalnya kikir menjadi terbuka tangannya untuk membantu."
Nilai pelajaran dari kisah di atas adalah pentingnya sebuah niat tulus. Supaya mendapat keberkahan bersedekah. Berkah untuk pemberi serta berkah bagi penerima. Amal bukan tergantung pada yang nampak tapi pada isi hati.
2. Bersedekah pada Orang yang Tak Tahu Terima Kasih
Si Fulan merasa jengkel. Sebab punya teman masa kuliah yang tak tahu cara berterima kasih. Padahal sikapnya dulu baik pada dia. Sering berdiskusi, mengobrol, dan tersenyum bersama.
Kisahnya yaitu ketika di grup media sosial berbasis chatting temannya itu ingin menjual mesin foto copy miliknya. Sebab di masa pandemi (wabah) penghasilannya menurun drastis. Katanya mesin itu sulit terjual lantaran tak ada yang mau beli.
Si Fulan langsung saja menghubunginya lewat chat pribadi. Menawarkan sebuah bantuan. Tanpa ada kejelasan itu sebuah pemberian cuma-cuma atau hutang. Alhasil dia antusias merespon niat baik tersebut. Lantas Fulan mentrasfer sejumlah uang kepadanya.
Dia langsung mengechat "Terima kasih sudah memberi bantuan. Nanti kalau kondisi keuanganku sudah pulih uang itu akan aku kembalikan."
Fulan menjawab "Uang itu bukan bentuk menghutangi. Tetapi aku ingin membantumu. Tak perlu dikembalikan."
Beberapa hari kemudian si Fulan sengaja tidak membuka grup yang salah satu anggotanya temannya tersebut. Baru selang beberapa hari ia buka. Sungguh jantungnya terasa copot. Setelah membaca sejumlah isi chat di grup.
Betapa tidak bikin kaget. Isi chatnya menyinggung isi hati si Fulan. Lebih-lebih yang melakukan temannya yang baru saja dibantu. Ia merasa tidak dihargai. Sempat terbesit kecewa, marah, dan ingin menangis.
Tiba-tiba ia mendapat hidayah. Gejolak di hatinya sudah mereda. Ia berusaha sekuat tenaga untuk ikhlas pada apa yang telah disedekahkanya. Ia sadar bahwa sedekahnya itu bukan untuk dirinya. Melainkan untuk Allah SWT.
3. Bersedekah pada Orang yang Ketagihan Disedekahi
Seorang pemberi sedekah merasa kesal pada orang sepuh penjual pikul (gotong). Sebab, setelah diberi uang sedekah saat berada di depan rumahnya tidak beberapa lama lagi muncul. Berdiri di depan rumah seakan ingin disedekahi lagi.
|
Ilustrasi misi sedekah pada masyarakat pedalaman (sumber gambar gratis dari pixabay) |
Ia merasa risih dan menyesal bersedekah. Mau keluar rumah jadi canggung karena ada penjual yang pernah disedekahi. Alhasil, ia memutuskan untuk bersedekah lagi. Selain kasihan juga memang ada niat untuk bersedekah rutin.
Akan tetapi target sedekahnya tidak ingin ia fokuskan pada satu orang. Setelah mendapat masukan dari guru agamanya ia akhirnya tahu. Tidak ada salahnya bersedekah pada orang/tempat yang sama secara terus-menerus.
Sebab tidak sedikit orang yang Allah persulit untuk bersedekah. Bukan hanya karena sedang sakit dan tak punya waktu di tengah kesibukan. Melainkan pula karena sedekahnya ditolak.
Ia jadi sadar bahwa itu barangkali kemudahan dari Allah yang diterima olehnya. Ia tak perlu lagi capek-capek mencari orang yang mau menerima uang 10 ribu tanpa menyinggung perasaan si penerima.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cerita Tentang Pentingnya Sifat Ikhlas, Meski Terlanjur Sedekah pada Orang Salah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*