Tidak semua kuli bangunan itu buruk. Masih cukup banyak di antara mereka yang berakhlak mulia, rajin ibadah, dan beriman pada Allah SWT. Sayangnya, sebagian mereka masih ada yang bermental pengecut. Tak mau mengakui nasib.
Kerja kuli bangunan sebagian besar menggunakan otot atau fisik daripada pikiran atau otaknya. Ditambah lagi cekatan, kuat, dan daya tahan tubuh lama akan memiliki nilai tambah. Jaminan disebut kuli bangunan "hebat" bakal disandangnya.
Sungguh aneh tatkala seorang yang bekerja sebagai kuli bangunan tapi tidak menerima kenyataan bahwa dirinya seorang kuli. Salah satu indikasinya yaitu punya iri hati (dengki) saat melihat orang lain hidupnya enak.
Sungguh bodoh ada orang menyimpulkan sesuatu tapi tak klarifikasi dulu. Langsung menyimpulkan hidup orang lain sungguh teramat nikmat. Tanpa tanya dulu kerjanya apa. Aktivitasnya apa saja. Siapa tahu di balik itu ada kepedihan.
Dari pada memandang anugerah kehidupan orang lain, lebih baik syukuri saja kerja yang sudah ada. Walau cuma kuli tapi lumayan. Sebab di luar sana masih banyak orang yang menganggur. Jangan malu dan minder jadi kuli.
Pekerjaan kuli adalah halal. Asal waktu dan cara kerjanya sesuai kesepakatan kontrak dengan orang yang bayar. Tidak menyalahi atau menzalimi pembayar. Dari pada menganggur dan tak punya penghasilan sama sekali.
Terimalah nasib sebagai kuli. Kalau itu memang terbaik mau bagaimana lagi. Lebih baik fokuslah jadi kuli yang bermartabat dan berkualitas sehingga dicari banyak orang. Serendah apapun orang menilai kuli, ia pekerjaan yang terus dibutuhkan.
Tanpa kuli, tukang bangunan akan kerepotan. Tanpa kuli, proses pembangunan menjadi berjalan lama. Jangan rendah diri. Tapi juga jangan berbangga apalagi sombong berpenghasilan besar. Sebab masih banyak orang yang punya penghasilan besar.
Kerja tanpa otot, hanya menggunakan otak tapi penghasilan bulanan bisa jauh lebih besar dari kuli. Waktu yang diperlukan juga tak sebanyak pekerja kuli. Mungkin cuma 4-6 jam perhari. Kerjanya di depan laptop tapi uang terus mengalir ke rekening.
Wahai kuli bangunan, jadilah pekerja yang mau menerima nasib. Tanpa ada mental pengecut dalam diri. Terus bekerjalah dengan otot. Gunakan kaki dan tanganmu untuk mengangkut pasir, semen, koral, dan material bangunan lainnya.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Wahai Kuli Bangunan, Akui Nasib itu dan Janganlah Bermental Pengecut"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*