Seseorang yang gampang meremehkan dan menyepelakan pihak yang baru pertama ditemui biasanya punya mental babu alias kacung. Otaknya sudah terparti mesti "menyembah" dan memuja orang yang mampu membayar dirinya.
Sebaliknya, jika menemui orang terlihat tak mampu menghidupi si babu maka ia bakal mengacuhkannya. Sebab dia sudah terlanjur berjiwa pengemis dan penjilat. Cuma orang-orang yang berduit yang ia hormati dan sopani.
Istilah babu merupakan perkataan kasar. Sekarang ini sudah tidak ada lagu orang yang mau disebut babu. Sebab konotasinya merendahkan harkat dan martabat pribadi. Merasa hina ketika disebut kerja sebagai babu.
Mental babu bisa terjadi di mana saja. Dalam kesempatan tulisan ini difokuskan pada kasus penjaga atau pegawai toko, mini market, gerai, atau semacamnya.
1. Memandang Fisik
Orang yang datang dengan pakaian sederhana, misalnya bersandal cepit, bakal diacuhkan oleh pegawai toko bermental babu. Kendati pun dilayani terdapat rasa ogah-ogahan serta setengah hati. Muka dan perilakunya tak ada rasa hormat.
Berbeda dengan orang yang berkulit bersih, baju necis, dan rapi yang mendatangi toko. Mereka akan menyambutnya penuh senyum. Apalagi yang telah melakukan belanja banyak. Semakin sumringah dia rela menjadi "budak".
2. Ingin Dihormati
Barangkali merasa gaji atau pendapatan perbulan lebih besar dari pada pelanggan yang sepatutnya wajib dilayani, membuat dia tinggi hati. Bukannya menghormati semua tamu secara adil, mereka malah ingin dihormati. Tidak mau disebut "buruh".
Namanya pekerja di toko, swalayan, mini market, atau yang semacamnya berapa sih penghasilannya. Paling cuman mentok gaji UMR. Itu pun kalau beruntung. Gaji yang jauh di bawah UMR lebih banyak. Tanpa bonus apapun, selain THR.
3. Bekerja Seenaknya
Walau ada CCTV, tanpa adanya pengawas (mandor) para pekerja yang bermental babu mudah bekerja seenaknya. Melayani pengunjung asal-asalan. Tidak gesit sehingga dapat menghemat waktu. Justru memperlama pelayanan.
Tatkala pembeli bertanya-tanya terkait barang atau produk di toko tidak sigap merespon. Menjawab semua pertanyaan disertai mimik muka tidak antusias dan serius. Intinya, tidak ada keprofesionalan maupun integritas dalam bekerja.
4. Penuh Curiga
Toko yang ada CCTV dan tidak mengharuskan pelanggan menitipkan jaket beserta tas, sudah barang tentu pelanggan bebas. Namun, masih ada saja pegawai yang penuh curiga pada pengunjung yang bawa tas dan jaket.
Untuk apa CCTV dipasang kalau tanpa ada guna. Dari pada sekadar curiga, lebih baik gunakan teknologi tersebut guna mengecek. Pastikan apakah benar orang yang dicurigai tersebut telah melakukan tindak pencurian.
5. Menipu
Merasa penghasilan menjadi pekerja hanya sedikit, sedang gaya hidup selangit, membuat mereka tega menipu. Sejumlah modus digunakan untuk mendapat ceperan "panas" tersebut. Anehnya, kebanyakan korban orang miskin dan awam.
Barangkali mau menipu orang kaya takut dituntut secara hukum. Sedang sesama orang jelata paling mentok dimaki-maki atau dikatain. Dianggap sudah bikin puas korban penipuan dalam melampiaskan kekecewaan. Sambil memasang muka tembok.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Sikap Karyawan Toko ini Menunjukkan Mental Babu"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*