Ada-ada saja yang dilakukan penjual panganan guna meraih keuntungan besar. Bukannya dengan cara jujur dan meningkatkan kualitas makanan supaya banyak pembeli, yang terjadi justru berbuat curang dan licik.
Sebagian pedagang mungkin menargetkan pengunjung sedikit tapi harganya tinggi. Selisih uang modal dengan laba sangat besar. Sedang yang lain memilih setiap porsi atau potong makanan keuntungannya kecil tapi pembeli membludak.
Dua strategi dagang di atas sangat umum dijalankan. Sayangnya, ada cara lain yang melanggar hukum negara, ajaran agama, atau kadang norma sosial dalam mencari rizqi. Di antara bentuk-bentuknya adalah sebagai berikut.
1. Memperlambat Pelayanan
Langkah licik pemilik warung supaya makanan kecil, gorengan, minuman kemasan, atau semacamnya dikonsumsi pelanggan yaitu memperlambat penyajian. Makanan utama yang dipesan diproses sangat lama dan di luar kewajaran.
Tentu sambil menunggu santapan berat diantar, perut pengunjung bakal meronta-ronta karena kelaparan. Apalagi tepat di depannya ada hidangan instan yang dapat dinikmati langsung. Akhirnya diambil jugalah hidangan menyilaukan itu.
2. Tidak Ada Label Harga
Waspada mengunjungi warung yang tak ada label harganya. Baik itu di sajian menu yang ada di atas meja maupun yang ditempelkan di dinding. Apabila ragu dan malu bertanya harganya berapa lebih baik urungkan niat untuk berkuliner.
Pendongkrakan harga secara ugal-ugalan bisanya dilakukan oleh penjual di jalan raya besar. Apalagi tatkala logat atau intonasi bahasa daerah pembeli bukan berasal dari wilayah sekitar. Makin berani saja mempermainkan harga.
3. Mengurangi Porsi
Pada beberapa kasus yang ditemui ada penjual makanan sengaja mengurangi porsi. Serta membedakan jumlah atau ukurannya antar pembeli musiman dengan pelanggan tetap. Padahal harga dan jenis panganan yang dipesan sama.
Biasanya yang sering melakukan pengurangan porsi adalah para pedagang makanan bertenda (non permanen) di trotoar pinggir jalan. Dijual sendiri tanpa ditemani oleh karyawan atau pelayan. Korbannya para wisatawan atau traveler.
4. Menggunakan Penglaris yang Tak Manusiawi
Ada saja cara dilakukan pedagang makanan supaya jualannya laris manis. Mulai dari cara logis hingga cara-cara irasional yang cenderung mistis. Sebut saja seperti melakukan tindakan tertentu maupun memakai jimat khusus di makanannya.
Baca: 3 Macam Penglaris Warung Makan Paling Tak Manusiawi [Ada Rekaman CCTV]
Sebenarnya cara-cara tak rasional itu bisa dilogikakan. Namun, itu masih bersifat subjektif. Tergantung dari sudut pandang orang yang melihat keampuhan jimat dan jampi-jampi tersebut dari sisi mana. Serta terkait dari keyakinan penggunanya.
5. Tak Menjaga Kualitas Makanan
Penjaja makanan yang serakah memilih untuk tidak ambil pusing tentang hasil olahan tersebut sehat atau tidak. Terpenting pelanggan senang dan mau balik lagi. Meski panganan yang dijual ternyata sangat berbahaya bagi tubuh.
Makanan yang sudah lama tidak laku dimasak/olah kembali. Daripada basi dan dibuang lebih baik dipanaskan lantas besok disajikan. Belum lagi tentang masalah seteril/higinas saat proses memasak. Serta pemakaian pewarna, pengawet, dan perasa dari bahan kimia.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Bentuk Kecurangan dan Kelicikan Pedagang Makanan untuk Meraih Untung Besar"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*