Mengasuh anak bukanlah perkara mudah. Tak cukup hanya menumbuhkan dan menjaga kesehatan badan mereka tapi perlu pula memperhatikan mental atau jiwa anak. Menghindari pola asuh buruk sangat baik untuk masa depan buah hati.
Banjirembun.com
Setiap bayi yang terlahir di dunia mempunyai hak untuk hidup. Tidak hanya diberi air susu ibu (ASI). Lebih dari itu, kebutuhan kasih sayang dan perhatian tak boleh ditinggalkan. Usia bayi hingga 2 tahun walau tak bicara, hati mereka teramat sensitif.
Seringkali luka batin pada diri anak lebih mudah teringat dan membekas hingga tua dari pada luka tubuh. Perasaan kecewa, direndahkan, tertindas, terlecehkan, atau semacamnya bakal tertanam di alam bawah sadar hingga dewasa.
Secara fisik mungkin pertumbuhannya normal. Akan tetapi psikologis atau emosionalnya mengalami masalah. Dalam masa perkembangan hingga dewasa senantiasa membawa luka batin, dendam, dan traumatis. Dampaknya hingga sampai dewasa.
Komunikasi sehat antara orang tua atau pengasuh dengan anak harus selalu dijaga. Sebuah pantangan saat mengasuh anak memberikan pengaruh negatif. Baik itu berupa perkataan maupun tindakan. Misalnya terlalu sering menyalahkan.
Semua itu dapat mengganggu performa dan kepribadian si anak hingga di masa datang.
1. Destruktif
Perilaku destruktif yang dapat mengahancurkan, melemahkan, dan menakutkan bagi si anak teramat buruk bagi jiwa dan raganya. Misalnya seperti menampar, mencubit, menggigit, dan membuat trauma bagian tubuh lain pada anak.
|
Ilustrasi perilaku destruktif orang tua pada anak (sumber gambar) |
Pola asuh buruk yang merusak batin anak ialah membuli (berkata kasar), membentak, marah (cerewet), memelototi, diacuhkan, diabaikan, dan perilaku yang tak sesuai lainnya. Baik itu secara verbal maupun non verbal.
2. Membiarkan
Terlalu keras mendidik anak memang tidak bagus. Namun, memanjakan dan membiarkan anak begitu saja juga jadi hal buruk. Membuat anak bebas melakukan dan memilih sesuatu berakibat pada mental anak. Mereka bakal jadi egois atau bahkan psikopat.
Tindakan cuek, jarang diajak bicara, hingga memberi keleluasaan tak terbatas pada anak untuk mengambil keputusan malah berakibat lebih fatal. Anak bakal tak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Serta merasa sepi.
Sekali saja salah dalam melakukan pola asuh, apalagi dilakukan terus-menerus tidak cuma berdampak ringan. Hal-hal berat seperti melangkar pidana, boros, merusak alam, dan lain-lain sangat mungkin dilakukan. Sikap memanjakan yang berkepanjangan itu merusak kepribadian.
3. Memaksakan
Pola didik zaman dulu dengan zaman sekarang beda. Sungguh tak bijak memaksakan pola asuh orang tua zaman dulu dipraktikan di masa modern. Dunia sekarang ini telah berubah. Teknologi dan akses komunikasi semakin canggih.
Hal baik yang harus dilakukan orang tua ialah terus belajar mendidik anak. Jadi tak hanya anaknya yang dipaksa belajar dan mampu memahami orang dewasa. Jangan pernah merasa yakin pola asuh yang diterapkan sudah benar.
Sikap otoriter pada anak juga buruk. Anak hanya dijejali tapi tak diberi kesempatan untuk bersuara dan bertanya. Selalu didekte, dikontrol, dan diperintah. Tanpa memberikan kesempatan pada anak untuk mandiri dan berkreativitas.
4. Plin-plan
Setiap peraturan, prinsip, dan kebijakan yang diterapkan pada si anak harus dilakukan secara konsisten. Tentunya orang tua juga harus memberi contoh. Keputusan yang plin-plan tak cuma membuat anak bingung, tapi juga kecewa dan sulit percaya lagi.
Oleh sebab itu, saat menasehati anak lakukan dengan hati-hati. Jangan asal bicara hanya demi mendiamkan anak yang menangis maupun supaya anak mau menuruti kemauan orang tua. Sebab seringkali anak mensikapi serius setiap orang tua bicara dengan nada datar.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Hindari 4 Pola Asuh Buruk pada Anak, Lindungi Masa Depan Buah Hati"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*