Istilah Book Shaming berasal dari bahasa inggris. Yakni, book yang artinya buku dan shaming yang artinya mempermalukan. Jadi tidak hanya ada istilah body shaming. Book shaming juga tak kalah bikin minder bagi penulis maupun pembacanya.
Banjirembun.com
Book shaming dapat diartikan perilaku mempermalukan, menghina, atau menyudutkan para pembaca dan penulis buku secara verbal maupun non verbal karena karya tulisan yang dibuat serta bacaan yang dinikmati jenisnya tak populer.
Sebagaimana body shaming, book shaming juga dapat merusak tatanan sosial. Muncul diskriminasi, seleksi alam yang radikal sehingga hanya ada satu genre buku superior, dan menutup mata dari keindahan atau kebenaran "lain".
Book shaming dapat membuat orang malas membaca maupun menulis. Bahkan, demi supaya tetap bisa membaca dan menulis merelakan diri ikut terhanyut membaca dan menulis tema yang sedang digandrungi banyak orang.
1. Merasa Berhak Menilai Buku
Orang boleh saja membaca banyak buku. Apalagi jenis buku tingkat dewa yang butuh IQ tinggi untuk memahami. Akan tetapi selama ia belum pernah jadi penulis buku, selama itu pula dia tidak berhak membandingkan apalagi menilainya.
Dengan ringan lidah memberi nilai suatu buku dengan predikat buruk. Padahal boleh jadi buku yang dianggap tak bermutu tersebut justru dapat memberi semangat, motivasi, dan inspirasi bagi banyak orang untuk bergerak menuju sukses.
2. Mencela Penulis
Mencela penulis buku karena dianggap masih kalah dengan penulis favoritnya merupakan salah satu indikasi book shaming. Siapapun punya hak untuk mengagumi penulis tertentu. Masing-masing orang punya gairah bacaan sendiri.
Mengagungkan dan mempromosikan penulis yang jadi idolanya juga tidak jadi masalah. Namun, tatkala sudah merendahkan penulis lain demi menjunjung tinggi penulis fanatiknya, itu tidaklah benar. Bebaskan manusia memilih.
3. Fanatik pada Jenis Bacaan
Memandang jelek genre atau jenis bacaan tertentu karena dianggap tak layak dibaca ialah ciri fanatik buta. Orang seperti itu telah menuhankan dan menganggap sempurna satu jenis buku tertentu. Serta menganggap yang lain nista.
Mengolok para pembaca yang sedang bermadu kasih dengan buku jenis lain juga ciri book shaming. Sekali lagi ditekankan bahwa silakan fanatik pada satu jenis buku. Akan tetapi menghardik penulis atau pembaca jenis lain adalah biadab.
4. Mendewakan Buku Lama
Memang harus diakui buku-buku zaman dulu yang populer di zaman sekarang teramat berkualitas. Perlu disadari bahwa zaman telah berubah. Kebutuhan manusia silih berganti. Termasuk terkait bacaan buku mesti disesuaikan dan diperbarui.
Banyak penulis di masa lampau yang tulisannya tenggelam. Tak terserap oleh masyarakat hingga kini. Begitu pula sebaliknya. Kelak para penulis di zaman sekarang bakal ada beberapa di antara mereka tulisannya yang awet tak lekang.
5. Jadi Penulis dan Pembaca Munafik
Orang munafik di sini maksudnya ialah tak menjadi diri sendiri. Berpura-pura jadi orang lain agar menyamai dan tak dicela banyak orang. Mereka malu membuat tulisan maupun membaca buku tertentu karena dianggap menyalahi keumuman.
Perilaku munafik tersebut dilanjutkan hingga hal-hal detail. Misalnya memberi ulasan atau komentar palsu atau tidak jujur. Baik di media sosial maupun saat diskusi. Enggan memberikan rekomendasi buku kesukaan. Serta membeli buku yang sebenarnya tak dibutuhkan.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ciri-ciri Perilaku Terindikasi Book Shaming, Jangan Pernah Minder Membaca dan Menulis"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*