Menjadi Dosen tidak hanya butuh kepintaran, luas wawasan, pengetahuan mendalam, maupun kedisiplinan. Semua yang disebutkan itu bakal mentah tatkala ia tak pandai retorika. Yakni, teknik merayu individu maupun massa.
Banjirembun.com
Dalam merayu komunitas atau kelompok di satu lokasi yang sama tidaklah mudah. Tak cuma diperlukan lihai dalam berargumentasi. Lebih dari itu masih diperlukan emosi yang stabil. Serta punya karakter menarik saat berbicara.
Sebaliknya, retorika saja tanpa berisi ilmu juga bakal tak ada arti. Apa yang disampaikan hanya kosong belaka. Menjadi sebuah pernyataan yang cuma menghibur. Tanpa memberikan kontribusi secara signifikan pengembangan keilmuan.
Apesnya, di zaman yang mengalami perkembangan pesat ini tak sedikit mahasiswa yang jago retorika. Ia mampu mempengaruhi teman-teman mahasiswanya. Sanggup menggerakkan mahasiswa untuk bersuara.
Mahasiswa-mahasiswa seperti bakal jadi perhatian Dosen. Apalagi kalau mereka berani pada Dosen. Bakal jadi mahasiswa paling ditakuti. Sebagaimana 5 hal kasus di bawah yang kadang dilakukan mahasiswa.
1. Merekam Video/Audio saat Mengajar
Adakalanya mahasiswa melakukan perekaman secara sembunyi-sembunyi. Duduk paling depan mendekati Dosen. Biasanya itu hanya mereka suara atau audionya. Kadang juga ada yang terus terang lantas minta izin untuk merekam.
Bagi Dosen yang tak biasa tentu bakal risih. Khawatir rekaman tersebut bakal disalahgunakan. Disebarluaskan atau tindakan lain yang bikin tak nyaman. Terlebih lagi ketika rekaman video. Dosen yang suka duduk bakal makin terganggu.
2. Menagih Nilai
Bagi sebagian Dosen mungkin mengajar adalah kegiatan enteng. Malah bisa saja sesuatu menyenangkan. Akan tetapi saat urusan penilaian ia merasa berat. Lebih-lebih Dosen itu punya prinsip jujur, objketif, dan serius dalam menilai.
Proses penilai bisa juga dilakukan dari awal semester. Langsung diinput ketika selesai ujian, tes, atau menilai karkarter mahasiswa. Namun, ada kalanya pakai sistem marathon. Semua kertas ujian baru dikoreksi di akhir semester.
3. Melaporkan pada Kaprodi atau Dekan
Bagi sebagian mahasiswa mungkin ketidakhadiran Dosen menjadi kegembiraan tersendiri. Tak peduli hadir atau tidak. Sedang untuk yang lainnya mungkin menjadi gangguan. Ia tak suka ada dosen yang suka telat maupun jarang masuk.
Tak tinggal diam. Mahasiswa yang terganggu itu bakal melaporkan perilaku Dosen yang dianggap tak profesional. Bisa ke dosen wali, kaprodi, dekan, atau bahkan langsung jajaran pimpinan tertinggi di kampus.
4. Aktif Bertanya di Kelas
Dalam bertanya ada banyak tujuannya. Memang karena ingin mencari tahu. Dapat pula karena ingin cari perhatian. Lebih parah lagi karena hanya ingin mengetes sejauh mana kemampuan Dosen. Serta hanya asal tanya tanpa beban.
Para mahasiswa aktivis kampus biasanya yang sering ingin tampil beda di antara temannya. Sekaligus ingin menunjukkan keunggulan organisasinya dengan menjadi sok kritis. Sayangnya, bukannya dilakukan dengan penuh moral tapi malah mengorbankan harga diri Dosen.
5. Mengisi Angket Kinerja Dosen
Pengisian angket untuk menilai kinerja dosen kadang dilakukan secara wajib. Ada pula dilakukan tidak wajib karena pengambilannya dengan acak. Paling tidak seringkali ada kotak saran untuk memberi masukan di dekat kantor kampus.
Teramat berbudi luhur ketika angket itu diisi memang untuk memberi masukan bermanfaat. Demi kebaikan dan pengembangan bersama. Bukan digunakan menjatuhkan Dosen tertentu. Ironisnya, masih ada mahasiswa yang mengisi angket deskriptif dengan kata-kata merendahkan martabat.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Hal yang Paling Ditakutkan Dosen dari Mahasiswa"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*