Cerita ini diriwayatkan oleh Imam Adz-Dzahabi rahimahullah. Kemudian dikisahkan ulang oleh salah satu Ustadz terkenal di hadapan jamaahnya. Sebagai penutup atas pengajian yang telah dilakukan pada sebuah Masjid.
Banjirembun.com
Ada seorang nelayan kecil yang sedang mengurusi ikan besar dan berkualitas bagus hasil tangkapan yang baru didapat. Bersamaan dengan itu lewatlah seorang pesuruh atau pelayan pimpinan dari sebuah wilayah di Irak. Ia cukup memiliki kedudukan.
Berhubung dia merasa sebagai pejabat dan tokoh masyarakat, setelah dia melihat ikan itu bikin hati tergoda. Ia lantas meminta pada nelayan miskin itu secara paksa. Bukan dibeli. Di pinggir pantai itu juga ia merampas milik orang lain.
Pejabat rendah itu berkata "Berikan ikan itu kepadaku!"
Nelayan itu menyahut "Saya tak bisa berikan, ikan ini ingin saya jual, karena saya butuh untuk memberi makan pada keluarga di hari ini".
Rupanya ia tak terima dengan jawaban nelayan tersebut. Tanpa basa-basi ia langsung memukul secara keras. Ia ambil ikan tersebut secara paksa. Akhirnya ikan itu berhasil di bawa menjauh dari pantai.
Sungguh aneh, saat perjalanan pulang ikan tersebut menggingit jari si pejabat rakus. Padahal saat dilihat tadi ikan tersebut sangat terlihat jelas sudah nampak tak bergerak dan mati. Ia merasakan kesakitan luar biasa tak terperi.
Mulut ikan tersebut tak bisa terlepas dari jari. Baru setelah dipotong bagian mulutnya akhirnya terbebas juga dari cengkraman gigi. Lantas ia melanjutkan perjalan ke rumah. Sampai di rumah dimasak terus dinikmati dagingnya.
Akibat memakan hasil zalim, pejabat tersebut di malam hari itu juga mengalami sulit tertidur. Badan terasa demam. Pada keesokan hari ia periksakan ke tabib (dokter). Tak dinyana, dokter tersebut memfonis ia terkena gargarina atau gangrene.
Penyakit ghargarin ialah kondisi kematian jaringan tubuh akibat infeksi bakteri yang fatal maupun kurangnya aliran darah. Gangren merupakan kondisi sakit yang serius yang dapat mengakibatkan amputasi hingga kematian.
Pejabat zalim itu akhirnya harus diamputasi jarinya. Itu tentunya agar infeksinya tidak menyebar ke seluruh tubuh. Pada waktu itu ilmu kesehatan belum sehebat sekarang. Jika orang terkena ghorgorin maka jalan satu-satunya amputasi.
Setelah satu jari dipotong bukannya sembuh, justru jari-jari lain di sekitaranya ikut merasa sakit. Supaya tidak terlambat maka diperintahkan untuk memotong semua jari di tangan tersebut. Rupanya, belum juga sembuh akhirnya dipotong telapak tangannya.
Ternyata kesembuhan belum datang. Dipotonglah seluruh tangan hingga ujung lengannya. Lagi-lagi tubuhnya masih saja tetap merasa sakit. Ia sangat sulit sekali untuk duduk. Makan tak nyaman. Rasa sakit tak kepalang bikin tersiksa.
Ia pun sudah putus asa untuk mengusahakan kesehatan dari jalur medis (kesehatan). Tokoh masyarakat yang tak patut jadi panutan itu memutuskan sowan (berkunjung) kepada alim ulama. Ia mulai sadar ada salah dan dosa pada dirinya.
Ia bertanya pada ulama "Bagaimana jalan keluarnya, saya tertimpa penyakit seperti ini?"
Ulama balik bertanya "Apakah kamu menyadari dari akibat atas perbuatanmu? Adakah sesuatu yang menjadi penyebab ini terjadi? Apa yang sudah tersirat dalam hatimu?"
Pejabat itu menceritakan semua dari awal hingga akhir.
Ulama memberi perintah "Pergilah pada nelayan tersebut. Cari lalu mintalah kehalalan ikan tersebut padanya."
Pencarian itu dilakukan. Sayangnya, nelayan itu sangat sulit ditemukan. Hampir penjuru kota ditelusuri. Setelah satu pekan dicari ketemulah si nelayan miskin. Dengan penuh semangat pejabat tengil teramat menyesal dan meminta maaf padanya.
Sambil tersungkur pejabat berkata "Tuan, maafkanlah saya".
Nelayan terkaget "Siapakah kamu?"
Ia menjawab "Saya si Fulan, beberapa hari lalu sempat merampas ikan milik Anda. Oleh sebab itu di sini saya meminta kehalalan atas itu."
Nelayan masih heran "Emangnya kenapa?"
Ia menjelaskan panjang lebar hampir sama cerita yang disampaikan kepada ulama yang didatangi sebelumnya.
Hati nelayan melunak sambil meneteskan air mata ia berujar "Saya sudah menghalalkan dan memaafkan kesalahanmu".
Sungguh luar biasa. Seketika itu juga seluruh rasa sakit di dalam tubuh menghilang. Ia sungguh gembira. Di tengah-tengah itu ia sempat penasaran. Ada sesuatu pertanyaan yang mengganjal dalam dirinya.
Untuk mengobati rasa ingin tahu tersebut ia bertanya "Apakah anda sempat mendoakan sesuatu keburukan pada saya saat saya menzalimi anda?"
Nelayan menjawab tegas "Iya, saya berdo'a pada Allah untuk meminta keadilan atas perbuatan buruk pada saya. Saya memohon pada Allah untuk menghukum orang yang telah menzalimi".
TAMAT
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Nyata: Gara-gara Gigitan Ikan Kecil, Jalan Hidup Orang Zalim Jadi Berubah Total"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*