Ada saja cara dilakukan pedagang makanan supaya jualannya laris manis. Mulai dari cara logis hingga cara-cara irasional yang cenderung mistis. Sebut saja seperti melakukan tindakan tertentu maupun memakai jimat khusus di makanannya.
Sebenarnya cara-cara tak logis itu bisa dilogikakan. Namun, itu masih bersifat subjektif. Tergantung dari sudut pandang orang yang melihat keampuhan jimat dan jampi-jampi tersebut dari sisi mana. Serta terkait dari keyakinan penggunanya.
Bagi orang yang terbiasa hidup teratur, punya prinsip, dan memegang norma pasti tak akan terpikir untuk menggunakan penglaris. Jangankan menerapkan, malah terbayang ada pedagang makanan yang berbuat janggal seperti itu pun tidak.
Mereka mengira bahwa semua penjual panganan memiliki pikiran seperti dirinya. Rasional, taat ajaran agama, dan punya rasa tak tega. Sayangnya, tak sedikit warung makan justru menzalimi dengan penuh enteng pada para pembelinya.
Para pemilik rumah kuliner itu hanya fokus pada tujuan agar usahanya laris. Dengan begitu keuntungan besar bakal diraih. Tak peduli apakah para pelanggannya bakal marah karena telah dibohongi, dizalimi, dan diperlakukan tak manusiawi.
Tentu mereka melakukan aksi biadabnya tersebut dengan rapi. Disembunyikan sedemikian rupa supaya tak diketahui banyak orang. Bahkan para pekerja, pegawai, karyawan, atau anak buahnya pun tak ada yang tahu.
Lalu apasih 3 contoh bentuk penglaris makanan paling biadab. Berikut ini penjelasannya.
1. Ludah
Meludahi di sini bukan kata majas, bias, atau perumpamaan. Para penjual memang benar-benar meludah sebagai ritual penglaris. Baik itu meludahi makanan yang dijual secara langsung maupun meludahi wadahnya sebelum diisi/tuang.
Bagi sebagian dukun dan orang yang mempercayainya, ludah dapat menjadi jimat terampuh. Intinya bagaimana supaya ludah penjual dapat masuk ke dalam perut si pembeli. Berapapun banyaknya terpenting syarat pesugihan terpenuhi.
Dari sudut pandang non gaib, penjual yang meludahi makanan yang dijajakan bakal merasa percaya diri. Dia merasa puas dan lega. Barangkali juga merasa hubungan antara pemilik usaha kuliner dengan pelanggannya bakal "bersatu". Paling tidak disatukan melalui simbol ludah.
Apapun alasannya, meludahi makanan yang dijual merupakan pelanggaran. Mana ada orang yang mau menikmati makanan yang telah diludahi orang lain. Apalagi orang tersebut bukan orang yang dekat dan disayangi. Sungguh perbuatan terkutuk.
Selain video tukang bakso pada link/tautan di atas, ada juga video pedagang siomay. Melakukan hal yang sama yaitu meludahi makanan langsung. Video di bawah kami dapat dari grup whatsapp.
Catatan: Video di atas belum kami validasi dan cek tingkat kebenarannya. Baik dari tinjauan telematika maupun dari sudut pandang hukum. Serta belum kami lakukan pengecekan ke media lain. Oleh sebab itu, kami peringatkan untuk selalu mematuhi asas praduga tak bersalah.
2. Kotoran Tubuh
Selain ludah, ada alat keji lain sebagai syarat penglaris yang tak kalah bikin muak. Contohnya seperti kotoran yang ada di kuku, rambut rontok, ketombe, daki (kotoran di kulit), dan tidak menutup kemungkinan masih ada yang lain.
Cara-cara di atas lumrah dilakukan oleh para usahawan yang kotor. Tidak lain tidak bukan supaya makanan yang dijual cepat laku. Konon metode tersebut sudah digunakan sejak zaman kuno. Apapun rupa kotoran yang jadi bagian tubuhnya dicampurkan ke makanan.
Nah, jika kalian tidak sengaja menemukan rambut di makanan yang baru dibeli maka patut waspada. Bisa jadi itu bukan perilaku yang tak sengaja (lalai). Melainkan memang disengaja untuk penglaris. Sunggu disayang untuk kotoran kuku, daki, dan kotoran lain yang kecil sangat sulit dideteksi.
3. Celana Dalam
Isu penggunaan celana dalam sebagai penglaris makanan sudah lama beredar. Akan tetapi sayangnya seperti ulasan nomor 2 di atas, sangat sulit untuk mendapatkan bukti kuat. Jangankan rekaman CCTV. Pembeli memergogi sendiri pun susah.
Jimat celana dalam paling banyak dipercayai menjadi senjata andalan pedagang bakso. Hampir semua cerita tentang penglaris menggunakan celana dalam yang beredar di internet dilakukan oleh abang bakso. Terutama yang mangkal atau berkios, bukan bakso keliling.
Biasanya pemilik usaha bakso mencampurkan "sari pati" celana dalam hanya pada kuahnya. Jadi kuahnya dimasak pada waktu dan tempat tersendiri. Para karyawan atau pekerja tidak diizinkan untuk ikut-ikutan. Bahkan untuk menuangkan kuah pun tidak diperbolehkan.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Macam Bentuk Penglaris Dagangan Paling Tak Manusiawi"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*