Bagi kalian yang aktif setiap hari di media sosial pasti tak asing dengan ungkapan hashtag. Istilah tersebut merupakan bahasa inggris yang berarti "tanda pagar". Kemudian frasa itu dipersingkat menjadi tagar. Sebagian hashtag atau tagar ada yang viral atau populer sehingga mencuri perhatian. Akan tetapi sebagian muncul di permukaan pun tidak. Banjirembun.com
Tanda pagar dalam media sosial kerapkali difungsikan menjadi ajang promosi, menyuarakan pendapat, mempengaruhi pendapat publik, membelokkan perhatian atau pengalihan isu publik, menyampaikan keluhan, hingga semata-mata untuk tujuan hiburan. Itu semua bisa terjadi secara alami. Sebaliknya juga disebabkan ada rekayasa.
Sekarang ini kekuatan tagar di media sosial tidak seperti dulu lagi. Ada banyak alasan. Di antara salah satunya nya kebijakan baru dari pengelola media sosial. Serta alasan lainnya karena banyak masyarakat yang tahu dengan trik hashtag tersebut. Akibatnya kini tagar dipandang lagi tidak efektif untuk merebut suara hati masyarakat.
Banyak orang tahu alasan tagar tertentu bisa viral di media sosial. Setidaknya ada tiga sebab hashtag di media sosial bisa viral. Lebih lengkap sebagai berikut.
1. Terjadi secara alami
Ketika ada peristiwa tertentu secara mendadak melanda banyak masyarakat bakal membuat nitizen kepo (bertanya-tanya) maupun menyuarakan isi hati. Misalkan ketiga aplikasi Insagram mengalami down (lumpuh) dalam waktu bersamaan di satu negara. Bakal muncul tagar #instagramdown di twitter atau media sosial lain.
Hal di atas terjadi karena banyak orang ingin mencari informasi apakah kelumpuhan instagram hanya terjadi pada dirinya atau memang lagi lumpuh massal. Akhirnya ia mencari informasi di twitter barang kali ada tagar tentang hal itu. Setelah tahu hasilnya ia juga ikut-ikutan bikin hashtag #instagramdown. Begitu pula banyak orang lainnya.
Banjir Embun
Ulah tagar bisa meledak juga dapat disebabkan postingan orang terkenal dan berpengaruh yang mencantumkan tagar tertentu. Lalu banyak fans, pengikut, dan penggemarnnya yang ikut-ikutan memasang tagar tersebut. Tak pelak efek bola salju terjadi. Di mana, terus menggelinding yang makin lama meluncur membuat ukuran bola salju makin membesar.
2. Ulah komunitas pemandu sorak
Ada komunitas tertentu yang siap melayani kebutuhan pihak tertentu untuk mengangkat tagar "khusus" menjadi viral. Terdapat tarif tertentu. Ada juga yang dilakukan secara sukarela karena keisengan, fanatisme, dan dorongan politik. Apalagi ketika misi politis, bisnis, maupun yang lainnya tersebut mencapai hasil memuaskan sangat mungkin dapat bonus tambahan. Tentu memerlukan dan mesti melibatkan orang banyak.
Setidaknya ada ratusan orang yang senantiasa siap untuk bergerak menulis tagar tertentu di media sosial pada waktu bersamaan. Mereka saling berkomunikasi dulu untuk merencanakan secara baik. Saat tiba waktunya hashtag tertentu dikumandangkan serentak oleh ratusan orang. Alhasil, tentu tagar tersebut bakal terdongkrak.
|
Ilustrasi tagar atau tanda pagar pada media sosial (sumber gambar) |
Tatkala tagar tersebut dipandang publik sangat layak untuk diikuti maka warganet (nitizen) akan serta merta ikutan membuatnya. Satu sama lain baik dari pemandu sorak maupun dari yang "murni" pengguna media sosial saling bersahutan. Obrolan tentang tagar tersebut menjadi panas. Banyak yang membicarakannya.
3. Ulah robot
Cara ketiga ini paling canggih. Agar sebuah tagar bisa mencuri perhatian publik tidak perlu melibatkan banyak orang. Cukup dengan menggunakan akun media sosial abal-abal yang dikendalikan robot. Pengelola atau pemilik robot cukup satu orang tapi bisa memiliki banyak robot yang menjelma menjadi akun medsos.
Akun-akun robot tersebut merupakan akun duplikat atau kloning. Walau kelihatannya beda tapi sebenarnya dikendalikan oleh orang yang sama. Tidak dikendalikan secara manual akan tetapi oleh sistem operasi komputer tertentu atau robot. Nah, akun-akun bodong tersebut akan bergerak agresif memposting tulisan tertentu disertai tagar.
Patut disyukuri, sekarang ini sistem pertahanan media sosial makin kuat. Ia sangat sulit lagi untuk disusupi akun-akun baru yang sebenarnya itu cuma akun robot. Ia sanggup menyaring mana akun asli serta mana postingan spam (sampah). Materi atau tulisan postingan memiliki kesamaan dari banyak akun lainnya bakal dicurigai oleh sistem pertahanan medsos.
4. Kombinasi Alami dan Rekayasa
Nomor 1 di atas merupakan contoh faktor alami tanpa rekaya yang jadi penyebab hashtag bisa trending. Namun, ketika nomor satu tersebut dikominasikan dengan nomor 2 dan 3 maka kualitasnya patut diragukan. Apalagi bila hanya kombinasi 2 dan 3 maka sudah dipastikan itu rekayasa. Intinya penggunaan robot pada nomor 3 sungguh tidak manusiawi.
Kombinasi 1 dan 2 masih bisa diperdebatkan. Ditelusuri mana yang lebih dulu memulai memasang tagar dan siapa pelakunya. Ketika itu dilakukan oleh sosok netral tanpa ada misi politik maupun bisnis lalu diikuti oleh para "pemandu sorak" seperti nomor 2 maka itu masih bisa dianggap sebagai tagar yang layak untuk diperhatikan.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Empat Sebab Hashtag atau Tagar di Media Sosial Menjadi Viral"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*