Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Durhaka pada Orang Tua dan Mertua Gara-gara Menampik Jasa Mereka

Istilah durhaka tanpa melihat acuan formalitas tata bahasa maupun ilmu agama akan memiliki makna luas. Salah satunya ialah perbuatan ingkar terhadap nikmat yang telah diterima dari Tuhan, orang tua, penguasa, dan sebagainya. Menampik jasa-jasa mereka juga termasuk bentuk kedurhakaan.

Banjirembun.com

Bentuk kedurhakaan anak pada orang tua maupun mertua tidak hanya melawan secara agresif segala kebijakan represif mereka. Walau sebenarnya sang anak dalam posisi benar 100% dengan melawan balik secara frontal tetaplah salah. Sebab, seberapa salah pun orang tua tetap wajib dihormati.

Ada yang mengklaim dirinya tak durhaka pada orang tua maupun mertua karena selalu patuh perintah. Itu juga supaya anggaran dari orang tua terus lancar mengucur. Naifnya, dia malah menutup-nutupi apa-apa yang telah diterima dari mereka. Lebih parah lagi menampik jasa-jasa mereka.


Tak mau mengakui bahwa kebutuhan hidup sehari-hari hingga untuk membeli kebutuhan gaya hidup mewah disubsidi keduanya. Guna menyembunyikan itu semua, dengan fasih tanpa rasa dosa mengatakan "Walau gaji saya cuma 500 ribu nyatanya cukup. Saya juga heran mengapa bisa seperti itu."


Dia mengklaim uang 500 ribu itu berkah. Seakan menunjukkan dirinya orang yang suci sehingga layak mendapat keberkahan dari harta yang diterima. Serta seakan hidupnya bisa tercukupi hanya dengan kerja kerasnya sendiri tanpa peran bantuan orang tua dan mertua.


Sebuah retorika klasik bagi orang-orang yang ingin bersembunyi di balik "keajabian" dan keberkahan rizqi. Padahal sebenarnya dia juga mencari pekerjaan sampingan baik mandiri (wirausaha) maupun kerja di tempat lain. Itu pun juga belum jelas halal-haramnya alias syubhat.


Ketika dilakukan hitung-hitungan matematis ternyata angka yang ditemukan tak besar. Serta penghasilannya tak rutin. Kadang ada dan kadang tidak. Kadang kurang dan kadang lumayan. Antara pemasukan dengan pengeluaran tidak jauh beda sehingga sisa untuk simpanan teramat sedikit.

Ilustrasi anak mengabaikan nasihat orang tua (sumber gambar)

Anehnya, ada orang tua dan mertua yang justru tutup mulut. Barangkali mereka malu ketika tahu anak dan menantunya ternyata masih butuh sokongan bantuan. Baik itu yang sedikit tapi terus menerus maupun dalam skala banyak. Biarlah seperti itu agar anaknya dikatakan sebagai orang sukses.


Pentingnya Perencanaan Keuangan Rumah Tangga Agar Tak Durhaka pada Orang Tua dan Mertua

Ngomongin soal uang pasti membicarakan angka. Di mana angka merupakan sesuatu hal yang jelas, tak multitafsir, rijik, dan dapat dirumuskan. Jadi, saat ada orang yang bilang bahwa segala pemasukan dan pengeluaran yang diterima tidak bisa dihitung itu bohong besar. Apalagi dikatakan semuanya terjadi di luar nalar.

Banjir Embun

Lagi-lagi dengan berani dan muka datar tanpa rasa dosa mengatakan "Saya heran, saya dapat uang dari mana serta untuk apa semua terjadi begitu saja. Semuanya lalu lalang begitu saja. Nyatanya masih bisa hidup dan bisa untuk beli barang-barang yang dibutuhkan."


Kata siapa pengeluaran dan pemasukan tidak dapat dihitung? Sangat teramat bisa. Bagaimana tidak, angkanya sudah jelas. Proses mendapatkan dari mana juga bisa diruntut. Proses mengeluarkannya untuk apa saja juga bisa ditelusuri. Sungguh mengherankan jika dikatakan tak bisa dihitung.


Mungkin yang tak dapat diperhitungkan adalah rizki yang tak disangka-sangka. Di luar perencanaan dan perkiraan. Tiba-tiba duren runtuh begitu saja. Itupun kalau sudah diterima juga dapat dihitung sebagai pemasukan. Sangat jelas pemasukan dari apa. Misalnya mendapat hadiah dari Bank.

Uang dapat dihitung dan dituliskan (dicatat). Kalau ada yang mengatakan tidak dapat dihitung dan ditulis sebaiknya dia belajar sama anak kelas 5 SD. Belajar kembali penambahan (pemasukan) dan pengurangan (pengeluaran). Serta belajar menulis daftar catatan pemasukan dan pengeluaran apa saja yang telah dilakukan.


Buat apa ada auditor keuangan (pemeriksa laporan keuangan), akuntan publik, financial planner (perencana keuangan), dan financial trainer kalau uang itu tidak dapat dirinci. Keluar untuk apa saja dan masuk dari mana saja. Serta berapa jumlahnya. Itu semua perkara yang terlihat mata.


Masalahnya tinggal pada orangnya. Mau, mampu, dan telaten tidak melakukan hitung-hitungan rumit seperti di atas. Sayangnya, tidak semua orang memperhatikan hal yang terlihat sepele tapi penting ini. Bahkan masih banyak ibu rumah tangga yang tak menyadari pentingnya mengatur uang.


Jangan heran ketika melihat orang menganggur tapi punya uang untuk beli barang-barang mahal. Itu semua juga dapat ditelusuri uangnya dari mana dan berapa besaran uang yang diterima. Banyak kemungkinan terjadi bisa saja ia dapat penghasilan dari menulis. Bisa juga dari ortu dan mertua.


Baca: 5 Urutan Pos Pengeluaran Pribadi dan Rumah Tangga yang Wajib Diketahui


Perencanaan dan pencatatan keuangan bagi kehidupan rumah tangga teramat penting. Salah satunya ketika pendapatan mengalami peningkatan drastis. Misal dari biasanya hanya 4 jutaan perbulan menjadi 11 jutaan perbulan. Tanpa direncanakan yang terjadi adalah kegagapan dan kekagetan. Akhirnya kalap membeli barang yang tak dibutuhkan.


Tak Boleh Durhaka pada Jasa-jasa Tokoh Agama

Kalau seorang Kyai, Ulama, Ustadz, dan tokoh agama lain berkata tentang "keajaiban" rizki maka dapat dipercaya. Namun, ketika itu diucapkan oleh orang biasa yang levelnya jauh beda jangan begitu saja percaya. Mereka bukanlah orang alim yang tingkat kezuhudannya seperti tokoh agama tersebut.


Kehidupan tokoh agama penuh berkah. Bukan mereka yang mencari uang. Akan tetapi uanglah yang mencari mereka. Uang tersebut untuk membangun madrasah, pesantren, panti asuhan, dan yayasan sosial lain. Hidup mereka benar-benar untuk agama. Bukan untuk memenuhi gaya hidup.


Tak sedikit tokoh agama yang punya jasa besar pada umat Islam. Baik secara sosial-ekonomi maupun kejiwaan. Bagi yang pernah jadi penikmat bantuan dan pemberian mereka janganlah mendurhakai. Apa yang dinikmati sekarang ini bukanlah hasil kerja kerasnya sendiri 100%.

Banjir Embun

Tidak boleh sombong berbangga diri atas capaian finansial yang diraih. Ingat, ada tangan-tangan pihak lain yang membantu baik langsung maupun tidak langsung. Jangan sok jagoan merasa hebat dengan menampik jasa-jasa orang tua, mertua, tokoh agama, dan orang-orang sekitar.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Durhaka pada Orang Tua dan Mertua Gara-gara Menampik Jasa Mereka"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*